⚠️WARNING⚠️ Cerita banyak mengandung adegan dewasa dan memiliki unsur kata² kasar di dalamnya🔞 dimohon untuk yang belum cukup umur 21++ untuk tidak membaca cerita ini....
"Ibu, aku tidak bisa menikah dengannya!" ia berseru. "Apakah ibu tidak meliha...
Laura tersenyum pada dirinya sendiri untuk kesekian kalinya saat ia mengingat apa yang terjadi semalam.
Wanita itu merasa sulit untuk berkonsentrasi pada pekerjaan di depannya dan ia memaksa dirinya untuk menghapus gambar erotis dari pikirannya, setidaknya untuk sementara.
Kebahagiaan yang murni dan menghancurkan bumi yang ia rasakan berada di luar harapannya dan Laura mendapati dirinya menginginkan lebih dari itu.
Mungkin Hyden menganggapnya sebagai teman kencan biasa, tetapi baginya, itu lebih dari itu. Itu adalah perasaan kepuasan dan euforia yang intens yang bisa disamakan denga cinta, mungkin.
Laura sebaiknya mengalihkan pikirannya dari gagasan seperti itu dan fokus pada pekerjaannya. Ia adalah Wakil Presiden perusahaan jadi ia tidak harus bertindak seperti orang bodoh yang sedang mabuk cinta.
Wanita itu menggeliat ke kanan dan ke kiri untuk merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Kemudian Laura bergegas untuk pulang, ia kemudian berdiri, meninggalkan kantornya dan mendapati dirinya menuju ke ruangan suaminya.
Ketika ia sampai di meja sekretaris suaminya, wanita itu menghentikannya seperti biasa.
"Tuan Hyden tidak ada, Nyonya." wanita itu berkata dengan datar dan Laura mengerutkan keningnya.
"Apa dia keluar?" tanyanya.
Wanita itu sedikit mengangguk, "Dia pergi keluar untuk acara makan malam." jawab Joy.
Makan malam masih dua jam lagi, tapi... Batinnya, Laura menggelengkan kepalanya dengan ringan dan memberikan senyum palsu.
"Oh, benar. Dia bilang dia akan mengadakan jamuan bisnis, aku lupa." bohongnya.
Joy menatapnya dengan ekspresi meremehkan, "Apakah dia bilang dia akan makan malam dengan Rebecca?" ucapnya dengan menyeringai tipis tapi masih terlihat olehnya.
Laura terkesiap dalam hati. Tetapi ia tidak ingin wanita di depannya itu melihatnya telah di kalahkan, Laura tetap memperlihatkan senyum di wajahnya dan mengangkat dagunya ke arah wanita itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dia dengannya?" Laura menjeda ucapannya, "Ada masalah dengan itu?" lanjutnya.
Joy mengerutkan keningnya. "Ah..."
Laura tersenyum lebar, senang ia menang kali ini meskipun dirinya harus berpura-pura.
"Selamat sore, Joy." Laura menyeringai dan pergi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.