Untouch

1.1K 87 5
                                    

.

.

| WARNING DI SETIAP CHAPTER
SHOUNEN-AI/YAOI/BL/BXB
SILAHKAN TEKAN TOMBOL KEMBALI JIKA TIDAK SUKA |

.

.

______________________________________

Untuk hari ini Dylan tidak mengoceh tentang Ryan. Melainkan menguasai pikirannya. Dia terus-terusan memikirkan bagaimana cara dia akan memulai percakapan normal dengan Ryan tanpa terlalu canggung dan kaku agar tidak terlihat aneh.

Mungkin aku harus minta maaf?

Dia terlalu sibuk memikirkannya sampai-sampai dia tidak sadar akan kehadiran gadis rambut pink di sampingnya.

"Dylan!"

Dylan langsung tersadar dari pikirannya dan sedikit berjengit kaget.

"Kenapa kau daritadi mengabaikan panggilanku?" Ucap Dolly kesal karena sedari tadi memanggilnya namun tidak kunjung dijawab.

Yang ditanya hanya memalingkan wajahnya malas dan menghela napas. "Sebenarnya ada apa?"

Dolly menyilangkan tangannya sambil menatapnya tegas. "Kenapa kau selalu begitu diam di sekolah, bahkan di kelas?"

Dylan mengerutkan alisnya bingung karena pertanyaan yang tidak pernah ditanyakan Dolly sebelumnya.

"Apa bahkan kau berinteraksi dengan anak-anak lain? Aku tidak pernah melihatmu bicara dengan anak-anak lain selain kami."

Dylan paham betul siapa yang dimaksud kami. Dia tidak tahu ke mana pertanyaan itu mengarah namun dia hanya menajwab, "Apa kau mengejekku?"

Dolly menghentakkan kakinya kesal karena daritadi Dylan hanya membalas pertanyaannya dengan pertanyaan lain.
"Jawab saja pertanyaanku, Dylan!"

Dylan mendecakkan lidahnya.
"Aku bicara dengan beberapa anak lain."

"Dan siapa mereka? Jangan-jangan kau hanya membayangkan saja." Lanjut Dolly dengan meremehkan.

Dylan memutar matanya, mulai jengah menghadapi teman satunya ini. "Dan kenapa itu penting bagimu?"

"Dan kenapa kau tidak langsung menjawab saja?" Ucap Dolly sama geramnya. Tangannya gatal sekali ingin mencekik anak laki-laki itu saking kesalnya.

"Hanya anak-anak yang pernah satu kelompok mengerjakan tugas denganku." Dylan menjawab apa adanya.

Dolly diam sejenak seperti sedang berpikir. Ekspresi wajahnya berubah-ubah dari serius, bingung, berpikir, lalu serius lagi.

"Ya, ya. Jadi yang ingin kau katakan adalah kau tidak pernah bicara dengan anak-anak lain kecuali kau dilibatkan, misalnya dengan anak-anak perempuan di sekolah ini?"

"Untuk apa?"

Dolly mengangkat satu alisnya. "Apanya yang untuk apa?"

"Kenapa juga aku harus bicara dengan murid perempuan di sini?" Ucap Dylan yang tanpa sadar kalimatnya bisa sangat-sangat fatal dan berpotensi mengungkapkan rahasianya.

Dolly terdiam sebentar memikirkan perkataannya barusan.

Dylan yang baru tersadar membelalakkan matanya dan cepat-cepat berusaha untuk mengoreksinya.

"Yah, maksudku, itu kan akan aneh kalau tiba-tiba aku bicara dengan seorang gadis tanpa ada maksud yang jelas. Mereka kadang bicara padaku, ya, apalagi ketua kelas kita perempuan, uhh...." Dylan beralasan. Berharap semoga Dolly akan mempercayai ucapannya dan segera melupakan kalimatnya sesaat sebelumnya.

Can I Love You? [Dylan x Ryan - Tobot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang