..
| WARNING DI SETIAP CHAPTER
SHOUNEN-AI/YAOI/BL/BXB
SILAHKAN TEKAN TOMBOL KEMBALI JIKA TIDAK SUKA |.
.
____________________________________________________________________________
"Aduh!"
"Maaf! Ada urusan mendesak!" Ucap Dolly pada seorang siswa yang tidak sengaja ditabraknya selagi ia berlari.
Para siswa di sekitar memandanginya dengan aneh saat Dolly terus berlari di lorong. Biasanya Dolly siswi teladan.
"Kory!"
"Ah— es krimku!" Kory yang terkejut karena suara keras Dolly tidak sengaja menjatuhkan es krimnya ke lantai.
Sekarang Kory menatap Dolly galak. "Apa masalahmu?!"
Dolly membungkam mulutnya. "Ssshh! Jangan marah-marah dulu sekarang! Ada yang lebih penting."
Kory menepis tangan Dolly dari mulutnya dan menatapnya meminta penjelasan.
"Apa itu benar?" Tanya Dolly setelah beberapa saat diam.
"Bisakah kau tidak membuatku kesal sehari saja?! Jangan setengah-setengah kalau bertanya! Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."
Dolly memutar matanya dan berkata dengan nada mengejek, "kau jadi mudah marah cuma gara-gara es krim yang jatuh?"
"Itu es krim dari Ryan!"
Dolly berkedip. Yah, pantas saja. "Kebetulan sekali, dia yang ingin kubicarakan."
"Apa?"
"Bagaimana hubungan Ryan dan Dylan akhir-akhir ini dari sudut pandangmu?"
Kory menyipitkan matanya. Dia sudah janji tidak akan cari masalah lagi, dan dia juga baru saja berbaikan dengan Ryan. Dia tidak ingin menimbulkan pertengkaran lagi. Lagipula membicarakan Dylan bukan hal favoritnya.
"Tidak ada yang istimewa. Semua seperti biasanya. Seperti yang seharusnya. Seperti teman pada umumnya. Sudah? Sekarang biarkan aku lewat." Kory hendak berjalan pergi namun Dolly menghalangi.
"Jawaban macam apa itu? Kau habis salah makan atau apa?"
Kory menghela napas dengan dramatis. "Dengar, jika ada yang ingin kau ketahui tentang Ryan atau Dylan, tanyakan pada mereka langsung, jangan padaku."
______________________________________
Situasi antara Dylan dan perasaannya semakin rumit. Dylan merasa bimbang, terkadang merasakan cemburu ketika melihat orang lain dekat dengan Ryan. Setiap kali perasaan itu muncul, dia mencoba menekannya dan berpikir bahwa itu hanya akan memperumit situasi dan menambah masalah, bukan hanga dengan Ryan tapi juga yang lain.
Dylan sedang bersantai di bawah pohon sambil menggambar sesuatu di kertasnya.
Terlalu asyik dengan gambarnya dan belum menyadari keberadaan seseorang di belakangnya."Astaga, jadi Layla serius?!"
Seriuan itu membuat Dylan melompat kaget dan langsung menyembunyikan kertasnya. Dia berbalik hanya untuk melihat Dolly yang syok. Tatapannya terpaku pada kertas di tangan Dylan.
"Apa yang kau lakukan di sini, Dolly?" Dylan yang gugup berusaha menyembunyikan ekspresi cemasnya.
Dolly yang tercengang dan terdiam beberapa saat akhirnya mengeluarkan suara, "Kau benar-benar menyukai Ryan?!"
Dylan merasakan wajahnya memanas, dia terperanjat dan menjawab dengan gelagapan, "Ap— Aku tidak—"
"Aku melihatnya, Dylan! Kau menggambar Ryan, kau suka Ryan-" Dylan segera menutup mulut Dolly dengan tangannya agar dia diam. Ia panik, khawatir bahwa orang lain mungkin mendengar pembicaraan mereka.
"Shh! Diam, Dolly! Aku tidak suka Ryan atau apa pun!" bisik Dylan, mencoba mengendalikan keadaan.
Dolly mencoba melepaskan tangan Dylan dari mulutnya. "Bohong! Aku menyadari perubahan sikapmu pada Ryan, Dylan, aku tidak bodoh. Aku tidak pernah menyangka bahwa kau—"
Dylan panik, mencoba menenangkan Dolly, "Dolly, berhenti!" potong Dylan dengan wajah cemas. "Ini bukan sesuatu yang harus diketahui semua orang."
"Ha! Jadi itu benar? Layla bilang begitu. Aku tidak percaya, ini terlalu gila!"
Dylan mencoba menyangkal, tetapi ekspresinya mengkhianati perasaannya.
"Baiklah, mungkin aku sedikit ... menyukainya.""Tolong, jangan memberitahu siapa pun, terutama Ryan. Aku belum siap menghadapi semuanya."
Dolly yang masih mencoba mencerna informasi, akhirnya mengangguk. "Ya, baiklah. Mungkin hanya akan ku beritahukan pada Layla. Dia tidak akan membocorkan hal semacam ini, tenang saja."
Dylan tampak lebih tenang dan menghela napas lega.
"Aku tidak tau kau ... Maksudku, tidak pernah terlintas di pikiranku bahwa kau menyukai sesama jenis dan orang itu adalah Ryan. Layla lebih cepat tanggap, ya, dia menangkapnya dari awal tapi aku menyangkal untuk percaya." Dolly menatap Dylan lurus ke matanya dan meletakkan kedua tangan di bahunya.
"Itu tidak berarti aku menganggapmu aneh atau tidak setuju dengan itu, oke? Perasaanmu adalah milikmu, terserah kau mau suka siapa. Ini lumayan mengejutkanku, tapi aku mendukungmu, kau tau?"
Dylan menatapnya antara tidak percaya dan terharu. "Aku ... Terima kasih, sudah mau mengerti."
Dolly tersenyum tipis. "Ini tidak akan mudah, dengan Kory. Sekarang perkelahian kalian menjadi lebih masuk akal. Asal kau tidak main-main dengan Ryan, aku mendukungmu."
Dylan sedikit menundukkan kepalanya, menatap rumput di bawahnya. "Aku tahu, aku tidak pernah ingin menyakitinya. Aku ingin mengungkapkan ini dan ... Apapun jawabannya akan kuterima, tapi— aku merasa aku masih harus mendalami perasaanku. Aku tidak ingin mengacau."
Dia sungguh ingin Ryan tahu apa yng dia lihat darinya, dia ingin Ryan mengerti bahwa dia menyayanginya lebih dari teman yang sudah seperti saudara. Cepat atau lambat Ryan harus tahu, dia sadar akan itu. Waktu yang tepat tidak akan pernah datang, waktu yang tepat hanya bisa ada saat dia yakin dan mau melakukannya.
"Jangan terlalu khawatir. Semua akan baik-baik saja."
____________________________________________________________________________
•
•
•
| Dah tu, update. Kpn kpn lagi|
•
•
1 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Love You? [Dylan x Ryan - Tobot]
FanfictionWARNING BL (Boys Love) Mengandung sho-ai/yaoi/bxb/bl/malexmale. DLDR Perjuangan Dylan yang selalu berkelahi dengan perasaannya sendiri, berada dalam kebimbangan dan kegelisahan karena rasa ketertarikannya pada temannya sendiri. Rasa yang berusaha ia...