Please Behave

796 68 8
                                    


.

.

| WARNING DI SETIAP CHAPTER
SHOUNEN-AI/YAOI/BL/BXB
SILAHKAN TEKAN TOMBOL KEMBALI JIKA TIDAK SUKA |

.

.

______________________________________

Pagi ini Kory bertingkah aneh. Dia terus membuntuti Ryan ke manapun dia pergi. Dari sudut pandang orang lain, dia terlihat seperti anak-anak nakal yang sedang mencari saat yang tepat untuk mengganggunya.

Ryan tidak begitu mempedulikan hal itu pada awalnya, sampai akhirnya dia membalikkan badannya untuk menatap anak laki-laki di depannya.

"Kory?"

Kory yang juga langsung menghentikan langkahnya hanya menjawab singkat. "Apa?"

"Apa yang sebenarnya kau inginkan?"

"Apa? Aku tidak meminta apa-apa."

"Kau terus mengikutiku."

"Siapa bilang?"

Ryan menghela napas. "Kau tahu, semua orang bahkan menyadarinya."

Kory yang tidak punya apa-apa lagi untuk dijadikan alasan pun mendecakkan lidahnya sambil menghentakkan kakinya. "Yah, aku hanya sedang mengawasi!"

"Mengawasi apa?" Ryan mengerutkan keningnya.

"Aku tidak yakin kau ingin tau."

Lagi-lagi jawaban dari Kory membuatnya menyerah untuk bertanya lebih jauh. "Terserahlah, tapi berhenti menguntitku seperti itu."

Kory cemberut. "Kau tidak punya hak untuk memutuskan apa yang harus ku lakukan."

"Dan aku punya hak atas privasiku." Ryan berjalan melewati adiknya. "Jangan menggangguku, aku tidak ingin membuat Dylan menunggu lebih lama."

Hanya dengan satu nama itu muncul, Kory langsung menghadangnya. "Hah, untuk apa kau menemuinya?"

"Kenapa? Kami—"

"Ryan, kau bisa berteman dengan siapapun, tapi Dylan mencurigakan." Kali ini Kory terlihat sangat serius, baik dari nadanya maupun ekspresi wajahnya.

"Apa yang kau bicarakan, Kory? Dylan itu teman kita, 'kan? Kenapa kau berkata seperti itu?" Tanya Ryan sambil menyilangkan tangan.

"Kau hanya tidak tau. Dia menjadi semakin aneh, terlalu sering berada di sekitarmu. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya tapi bagaimana jika dia punya niat tersembunyi?" Kory terlihat sangat serius sekarang.

"Kory, tenanglah. Dylan adalah Dylan, dia temanku juga. Jika kau punya masalah dengan dia, selesaikanlah dengan baik-baik." Ryan memutuskan selesai berurusan dengan adiknya dan melanjutkan aktifitasnya.

Kory memelototinya saat Ryan mulai menjauh. "Baiklah. Aku akan menyelesaikannya."

______________________________________


"Dolly!!!"

Gadis berambut pink yang sedang meminum susu kotaknya hampir tersedak saat mendengar seseorang menerikkan namanya.

"Apa!?"

Layla meletakkan tangannya di mulutnya. "Ups. Maaf."

Dolly menatapnya menuntut penjelasan. "Apa yang membuatmu begitu histeris?"

"Itu dia yang ingin kukatakan padamu, Dylan dan Kory berkelahi!"

"Apa!?" Dolly memekik keras sebelum meninggalkan susu kotaknya di atas meja lalu berlari keluar kelas.

.

.

.

"Sudah menyerah?!" Kory mengangkat kedua tangannya bersiap untuk memukul.

Dylan terlihat seperti habis didorong sampai terjatuh. Dia menepuk-nepuk lengan bajunya yang kotor sambil menatap tajam pada Kory. "Aku bahkan tidak mengerti apa masalahmu!"

"Kau masalahku!" Kory balas berteriak.

Anak-anak lain berkumpul di lapangan itu. Kebanyakan hanya penasaran dengan apa yang terjadi dan tidak tertarik untuk mencampuri urusan mereka berdua.

"Kau bicara omong kosong, Kory." Dylan tidak terlihat ingin menyerang namun dalam posisi defensifnya.

"Hei, teman-teman, tolong jangan berkelahi!" Salah satu anak laki-laki berkata saat Dolly dan Layla tiba.

"Kalau begitu mengapa begitu sulit untuk menjawab pertanyaanku!?!" Kory berteriak kesal sambil menerjang maju dan memegang kerah baju Dylan dan melayangkan pukulannya.

"Hei! Hentikan!" Dolly mencoba lari ke depan namun Layla memegangi tangannya.

"Jangan! Mereka sedang gila, Dolly! Kau bisa terluka!"

Dylan diam saja tidak menjawab perkataan Kory.

"Aku akan melakukan apapun untuk menjauhkannya dari orang sepertimu!" Kory terlihat akan memukul lagi namun Dylan menangkap tangannya.

Dylan menatapnya tajam sambil menggertakkan giginya. "Aku tidak melakukan apa-apa." Dylan mendorongnya kuat-kuat sampai Kory tersandung ke belakang.

"Mereka benar-benar harus dihentikan." Dolly melepaskan tangannya dari genggaman Layla.

"Hentikan kebodohan kalian!" Dolly menghentikan Dylan yang hampir memukul Kory.

Kory berdiri sambil masih memelototi Dylan. "Minggir, Dolly, ini urusan antar laki-laki."

"Dan bagian ini adalah urusanku."

Dolly menampar mereka berdua dengan kekuatan yang tidak main-main.

"Kalian pasti sangat suka kebodohan kalian ditonton banyak orang kan? Layla!"

Layla berjalan mendekat lalu menampar keduanya.

Dua anak laki-laki itu hanya diam terpaku setelah mendapat tamparan keras dari Dolly dan Layla.

"Reo, bubarkan yang lain dan panggilkan Ryan." Ucap Dolly pada salah satu teman yang berdiri tidak jauh dari mereka.

Dolly kembali pada mereka berdua dengan ekspresi kesalnya. "Sekarang, mau jelaskan pada kami atau menunggu Ryan?"

"Kenapa kau harus memanggilnya kemari?" Tanya Kory sambil merengut.

"Pertama, hanya dia yang bisa membuatmu bicara yang sebenarnya. Dua, dia yang paling pintar dalam situasi seperti ini. Tiga, siapa yang tau dia ada kaitannya dengan ini."

Layla menatapnya. "Itu masuk akal."

____________________________________________________________________________

| Ayeyy, apapun itu, yang penting aku update :) |

19 Maret 2023

Can I Love You? [Dylan x Ryan - Tobot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang