PART 3 (C)

7 0 0
                                    

Al merebahkan tubuhnya di lantai kayu,  ruangan bagian belakang istananya,  menatap langit,  menghitung satu persatu bintang yang berkelip riang. Ruangan terbuka yang cukup sederhana,  tidak ada banyak perabotan sehingga Al bisa saja terlelap disana untuk sementara waktu.

"Pho," panggil Al.

"Ada apa Yang Mulia," jawab Pho.

"Aku mau minum anggur," ucap Al.

Pho dengan cepat mengambil dua gelas dan sebotol anggur merah yang sengaja dia beli tadi siang dipasar terdekat.

"Ada kripik kentang?" tanya Al lagi.

Pho menghela napas, "kita hidup jauh dari masa itu Sha,  setelah masa modern yang kamu hancurkan kini dunia harus mengulang kejayaannya lagi,"

"Aku memang perusak," ucap Al.

Al langsung mengenggam botol anggur dan meminumnya. "Pho... Apakah salah jika aku masih merindukannya?" ucap Al setelah menghabiskan satu botol anggur.

"Tidak... Perasaan tidak pernah salah... Yang salah keegoisan," jawab Pho.

Al menangis memeluk Pho, "aku benar-benar bodoh," bisik Al.

Pho tersenyum,  "gadis bodoh,  kenapa minum anggur sebanyak itu,  bahkan dulu kau hanya suka minum coklat panas dengan mie ekstra pedas," bisik Al.

"Yang Mulia datang!" teriakan dari luar membuat Pho terkejut.

"Yang Mulia Raja?” ucap Pho

Dengan cepat Pho menarik Al yang setengah sadar,  memapahnya dengan susah payah lalu menidurkannya ditempat tidur.

Pho membuka pintu.

" Hormat Yang Mulia Raja," ucap Pho,  bersujud di hadapan Raja.

"Cia... Cia...," panggil Raja.

"Cia? Siapa Cia," batin Pho.

"Pho kenapa berisik,  aku lelah Pho," ucap Al, bangkit dari tempat tidur.

Para pelayan pergi meninggalkan ruangan itu,  Pho juga pergi,  meninggalkan Al, membiarkan Al menghadapi masalahnya sendiri.

Raja berjalan mendekati Al.

"Pho... Aku mau minum anggur lagi,  berikan padaku sebotol lagi, " ucap Al,  dia kini duduk di kursi dekat pintu,  memainkan rambutnya,  menunggu Pho.

Al memandang Pho,  "cepatlah," ucap Al lagi.

Raja hanya berdiri dan diam.

"Aku akan menceritakan padamu, tentang sebuah kisah," gumam Al. Memandang bulan yang sedang bersinar terang, dia membuka lebar-lebar jendelanya.

"Pho," bisik Al.

Airmatanya terjatuh,  "apakah... Apakah..." Belum selesai Al mengatakan sesuatu,  airmatanya mengalir semakin deras, beban yang harus dia tanggung menyesakkan dada,  kerinduan atau rasa kasihan bercampur menjadi satu.

Raja langsung memeluk Al.

"Apakah berat berada disini?"

Al mengangguk.

"Berada disisi orang yang mempunyai banyak pemilik itu sangat berat," gumam Al.

"Maksudmu?"

"Dalam hidupku,  sekali saja dalam hidupku,  aku berharap Dewa... Atau siapapun itu mengerti."

"Tentang."

"Aku tidak mau dicintai oleh pria yang sudah punya pendamping,  apapun alasannya,  apapun kewajibannya,  aku hanya ingin dia milikku, dia hanya mencintaiku, milikku," gumam Al. Tangannya menghapus airmatanya lalu mengacak-ngacak rambutnya kasar.

God Blood (Shasa X Zent)Where stories live. Discover now