part 5 (C)

17 1 0
                                    

Kaisar berulang kali mendatangi perbatasan,  Steven masih berada disana bahkan ini sudah 2 minggu berlalu,  tidak ada tanda-tanda Al atau Jihan bahkan Jordan kembali. Sebenarnya dunia apa yang sebenarnya Steven ciptakan.

"Kaisar," panggil Tayson menyerahkan sebuah surat takdir yang biasanya tidak boleh diberitahukan pada siapapun.

"Apakah yang kamu katakan?”

" Hanya itu yang bisa saya dapatkan hingga saat ini,  untuk siapa Al sebenarnya,  tidak ada yang tahu bahkan perangkai takdir sekalipun, aneh,  begitu muncul,  mati lalu datang kembali," ucap Tayson. Menyerahkan beberapa lembar catatan si Tang yang suka sekali mengarang cerita.

"Pergilah," kata Kaisar.

Tayson menunduk hormat lalu pergi. Kaisar menatap tumpukan kertas itu,  kemudian memilih pergi ke tepian Danau yang cukup tenang. Malam penuh gemintang,  bulan enggan datang,  hingga jalan terlihat gelap,  tidak ada cahaya selain dari obor.

*****

Shasa dan Devano entah sejak kapan saling memiliki dan membalas perasaan mereka. Semua orang menatap iri saat hanya Shasa yang diinginkan Devano,  dia adalah Pangeran paling tampan diantara seluruh Pangeran. Tidak heran banyak yang ingin menjadi selirnya.

"Apakah Pangeran sudah dibutakan oleh Shasa,  dia gadis biasa dengan penampilan sederhana," ejek seorang Putri bangsawan.

"Mungkin disihir oleh wanita licik itu," sahut temannya.

"Bukan... Pangeran yang baik hati kasihan saat melihatnya buruk rupa dan tidak bisa memiliki suami," ejek yang lainnya.

"Bukan... Kalian lupa Pangeran hanya ingin melindungi,  jadi dia hanya budak yang harus dilindungi," ejek Putri yang terlihat sangat cantik.

Shasa menatap Devano,  "apakah aku semenyedihkan itu?” tanya Shasa.

Devano hanya mengangkat kedua bahunya.

Shasa tertawa " Jika seorang Putri bangsawan suka bergosip,  bagaimana memberi contoh yang baik untuk pelayannya," ucap Shasa dengan lantang. "Menyebarkan sesuatu yang belum tentu benar itu namanya menuduh,  menuduh tanpa bukti itu namanya mencemarkan nama baik," lanjut Shasa.

Putri bangsawan itu menatap Shasa dengan tatapan mengerikan,  Shasa tertawa melihat tingkahnya "jika tidak terima,  baiklah,  lebih nikmat jika ditantang bermain pedang," ucap Shasa. Shasa berpaling sambil mengangkat kedua bahunya,  "jika tidak ingin kalah aku harap berhentilah berpikir bahwa kau terhebat Tuan Putri Bangsawan." Ejek Shasa.

Devano mengenggam tangan Shasa. "Kau tidak bisa memegang pedang,  kemarin pagi setelah terbangun,  kau berlatih dan menjatuhkan pedang beberapa kali, tanganmu terlalu halus untuk memegang benda kasar seperti itu, " bisik Devano mengingatkan. Shasa tersenyum,  tentu saja itu benar tapi bukan karena Shasa hanya tidak pernah mengenggam pedang yang di tempa khusus untuk oranglain. Jadi ada rasa yang berbeda.

"Demi harga diri sebagai wanita yang ada disisimu,  aku harus belajar lebih cepat, tidak perduli bagaimana sulitnya,  aku akan berjuang sebisaku, " bisik Shasa. Devano akhirnya mengangguk dan menyerahkan satu pedang yang dia bawa.

Shasa dengan santai berjalan mendekati singgasana Raja. "Hormat Yang Mulia Raja, semoga hidup sejahtera selamanya," ucap Shasa menunduk hormat.

"Bangkitlah Nona," jawab Raja dengan pelan.

"Terima kasih Raja," ucap Shasa.

Shasa bangkit dari hormatnya, setelah itu Shasa mengatakan "sebelum hukuman itu dilakukan izinkan hamba mengadakan pertunjukan Yang Mulia?”

" Pertunjukkan?”

"Benar,  ada beberapa Putri Bangsawan yang sedikit ingin melihat kemampuan terbatas hamba dalam bermain pedang,  apakah Yang Mulia mengizinkan?” tanya Shasa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 02, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

God Blood (Shasa X Zent)Where stories live. Discover now