***
Al membuka mata pelan, menatap Kaisar yang terlelap, tangan Kaisar memeluk erat pinggang Al, Sedangkan Al ternyata meletakkan kepala miliknya tepat di dada Kaisar. Tangan Al berada di atas dada sebelah kiri.
"Apakah aku boleh bertanya Dewi Bulan? Dia Zentku bukan... Dia adalah Zentku yang kau siksa sama menyedihkan sepertiku," batin Al.
Tidak ada jawaban.
Al mengenggam jarinya kuat-kuat, "Kau benar Pho, Dewa selalu bermasa bodoh dengan apa yang pahlawan lakukan," batin Al.
Al mengangkat tangannya, menyentuh pelan pipi Kaisar, lalu turun ke bibirnya. "Apakah aku begitu tampan, hingga kau te𝚛us menatapku tanpa mengedipkan mata" ucap Kaisar, perlahan kedua manik mata terbuka, lalu bertemu dengan sepasang manik mata milik kaisar.
Al bangkit dari tempat tidur, lalu bersujud dan berkata dengan keras "saya pantas dihukum mati." Al melakukan itu dengan spontan, mungkin jika ada orang disana selain Kaisar berwajah batu, mereka akan tertawa dengan sangat keras. Melihat betapa bodohnya kelakuan Al.
"Akhirnya tubuhku lebih baik, ah terima kasih sudah menyembuhkanku," batin Al. Perlahan membenarkan posisinya, kini dia berdiri dengan tenang.
"Aku tidak memerintahkanmu berdiri," ucap Kaisar. Bangkit dari posisi tadi, dan kini duduk di pinggir tempat tidur.
Al menatapnya, lalu tersenyum pelan, "hamba hanyalah hamba, Kaisar tidak akan mengampuninya, sekalian saja bersikap kurang ajar, bukannya sama saja? Lagian, hukuman apa lagi yang akan kau berikan padaku, mungkin usiaku sudah mencapai akhir, " ucap Al. Nadanya sama tenang dengan suara Kaisar tadi. Dia tau sebenarnya semua hampir berakhir, dan akhir dari ke
"Astaga! " teriak Al.
Al teringat sesuatu.
"Jordan... Jihan," ucap Al dengan khawatir, seharusnya penawar yang dia berikan bereaksi dan mereka akan baik-baik saja sekarang. Tanpa mengatakan apapun Al menghilang.
"Tidak sopan," ucap Kaisar. Lalu menghilang.
****
Al sudah berada dihalaman rumah yang ditinggali Jordan dan Jihan, Al berlari membuka pintunya. Jordan dan Jihan terbaring di ranjang, Tayson duduk di sebelahnya. Tayson terlihat tenang, bahkan hampir sama tanpa ekspresi seperti tuannya. Benar-benar membosankan. Jika berada di istana langit harus selalu berwajah datar, untuk apa susah-susah manusia harus berkultifasi menjadi dewa.
"Apakah sudah membaik?" tanya Al. Begitu memasuki ruangan itu, tanpa menyapa Tayson.
"Belum, mereka belum sadar dan kondisinya masih sama," ucap Tayson. Berbalik, melihat Al yang berjalan ke arahnya.
"Dimana Zaidan?" tanya Al. Dia hanya menemukan Tayson yang duduk di samping Jordan dan Jihan.
"Dia sedang ada urusan," ucap Tayson.
Al menepuk pundak Tayson, "pulanglah, pasti melelahkan menjaga mereka semalaman, aku yang akan menjaganya kali ini," ucap Al.
"Baiklah," ucap Tayson. Tayson bergegas pergi tanpa mengatakan apa-apa.
"Aneh... Kenapa mereka tidak sadar, bukankah Ai sudah mendapatkan apa yang dia inginkan? Lagi pula aku menetralkan energinya lebih cepat dari yang Ai mampu, " gumam Al. Perlahan tangan kananya menyentuh tangan Kiri Jihan, lalu memejamkan mata. Dan tangan Kiri Al menyentuh tangan Kanan Jordan. Al memejamkan mata. Menelusuri, setiap inci tubuh mereka dengan kekuatan yang biasa dia gunakan.
YOU ARE READING
God Blood (Shasa X Zent)
HorrorAdakah yang tau sebenarnya siapa aku? Sebenarnya siapa aku? Adakah yang bisa menjelaskan? Tolong jelaskan sebenar-benarnya, siapa aku ini (Alicia, Al, Natasha) "Aku merelakan kenangan, setengah kekuatan dan juga sebuah perasaan mendalam yang ter...