Part 1 (A)

93 6 0
                                    


"Pelayan!" Teriakan itu menggema di seluruh ruangan.

Seorang putri cantik dengan mengenakan mahkota berbentuk kupu-kupu, sedang menahan amarah, ruangan terlihat berantakan, dan yang lebih mengejutkan ada seorang pelayan dengan tenang terlelap di sofa.

Setelah mendengar teriakan Sang Putri, pelayan dengan cepat bangkit dan membungkuk hormat.

"Salam hormat, Tuan Putri," ucap pelayan itu. Rambut berantakan,  lingkaran mata menghitam, wajah kusut tak beraturan.

Plaaakkkk

Tamparan itu melayang mulus pada pipi pelayan, membuatnya sedikit terkejut dan langsung jatuh ke tanah, sudut bibirnya mengeluarkan darah, spontan tangan pelayan mengelus pipinya perlahan sembari mengusap sudut bibirnya.

"Pelayan tak berguna, bagaimana bisa kau tidur, ruangan ini sangat berantakan, aku menggajimu bukan untuk males-malesan,  apalagi tiduran di jam kerja,  mana tanggung jawabmu!" geram Tuan Putri. Memang suasana dalam ruangan terlihat berbeda,  lantai penuh dengan debu,  meja kotor bekas makanan,  dan bunga di atas meja mengering.

Pelayan itu mencoba bangkit, bukan berdiri melainkan berlutut. Dengan kedua tangan terlentang memanjang,  kedua ujung jemarinya menyatu. Memberi hormat dengan tulus kepada Tuan Putri yang dengan angkuh menyilangkan tangan dan memalingkan wajahnya. Benar-benar tidak mirip bidadari surga.

"Tuan Putri Windra, anda tidak perlu marah, jangan marah, jika Kaisar mendengar, kemungkinan besar dia akan datang," ucap pelayan setianya. Mengusap pelan pundak majikannya. Sangat di sayangkan iblis seolah telah merasuki pikiran Putri Windra.

Mila, seorang pelayan senior yang sudah melayani Tuan Putri selama 2000 tahun. Sebenarnya Dewa sama sekali tidak mengerti bagaimana tepatnya menghitung waktu, karena dalam istana langit tingkat 10 ini tidak ada siang atau malam. Bulan atau bintang bahkan matahari tidak akan berani datang. Yang ada hanya terang,  siang malam sama saja. Istana tetaplah sunyi dan sepi.

"Haruskah aku mengemis?" Batin pelayan.

"Apakah pantas seorang pelayan melawan majikannya, harusnya kau, bersujud menyembah Tuan Putri kami," ejek pelayan lainnya, membuat Si pelayan yang tanpa sengaja tertidur itu heran.

"Maaf Tuan Putri, Mila dan Yuni, Hamba hanyalah bawahan yang lemah, karena kelelahan terlelap beberapa saat," ucap Pelayan itu dengan menundukan kepalanya.

"Siapa namamu?" Tanya Mila.

"Nama?" Tanya pelayan itu, sedikit kebinggungan.

"Iya, apakah kamu tidak punya nama bodoh," gertak Yuni.

Entah sejak kapan, yang terlihat sekarang bukan hanya dua orang pelayan dan satu ratu iblis. Akan tetapi sekarang, puluhan penjaga, pelayan dan seorang yang lebih tegas memandang, dengan tatapan datar.

"Salam hormat, Putri Windra, ada apakah gerangan, Kaisar sedang terlelap, bagaimana jika dia bangun karena suara ricuh diluar ini?" tanya Pria itu. Windra memandangnya lalu dengan cepat tersenyum manis.

"Pecat dia," ucap Putri itu.

"Maaf Tuan Putri, anda tidak bisa seenaknya seperti ini," sanggah pelayan itu, kini dia berdiri tegak. Tidak ada yang berani berdiri tegak,  saat mereka bersalah atau semua akan semakin runyam.

"Lancang!" Teriak Putri Windra.

"Memang lancang," sahut Mila.

Pelayan itu tersenyum, lalu membenarkan baju bagian bawah yang sedikit jatuh ke lantai,  beberapa bagiannya memang ada sedikit noda tanah.

God Blood (Shasa X Zent)Where stories live. Discover now