PART 4 (B)

5 0 0
                                    

Al merasakan ada yang berbeda dari sentuhan tangan Jihan,  auranya sangat akrab dan kuat. Al menajamkan indranya,  menelusuri apa yang terjadi dengan tubuh Jihan. Setelah cukup lama dia menyadari sesuatu.

"Racun First! Apakah dia gadis yang aku tolong dulu? Tapi aku menyerap hampir 50 persen racun dalam tubuhnya, bagaimana bisa menjadi kuat dan semakin kuat, " batin Al.

Al mengenggam tangan Jihan,  perlahan racun yang dua kali lipat lebih ganas itu diserah tubuh Al,  teramat pelan caranya menyerap hingga Jihan tidak merasakan apapun. Al harus segera melakukan itu,  jika tidak atau menundanya,  Jihan akan dikuasai sepenuhnya oleh racun dan akan berbuat sesuatu di luar nalar. Mungkin karena racun itu bersarang di hati,  apapun keputus asaan yang Jihan rasakan akan mempengaruhi besar atau kecil kekuatan yang menghalangi perkembangan racun itu,  semakin kecil kekuatan akan semakin lemah tubuh Jihan.

Saat Al sedang berada di dalam tubuh Jihan membersihkan setiap inci racun yang mengelilingi tubuh Jihan.

Al membuka mata dengan cepat melepaskan tangan Jihan lalu menghilang.

Tangan Al mengeluarkan darah hitam kebiruan,  jadi dia segera menghilang.

Tapi sebuah tangan menahannya.

Greb

"Kau selalu saja kabur," bisikan itu sangat pelan namun jelas.

Al berusaha melepaskan cengkraman itu,  namun sia-sia. "Aku tidak ada urusannya denganmu," gumam Al,  dia menyembunyikan tangan yang tidak di cengkram pria itu.

"Kau melukai orangku," bisiknya.

Al memutar bola matanya,  bosan mengatakan bahwa dia hanya menolong 'hanya ingin menolong'. "Oh iya jika racun yang barusan aku berikan tidak segera di beri penawar maka dia akan mati," gumam Al.

"Kau..." ejeknya.

Al tersenyum,  dia tidak bisa melihat jelas siapa yang mencengkram tangannya,  namun dia tau,  orang itu punya kemampuan yang cukup tinggi,  mungkin lebih tinggi darinya.

"Segeralah pergi,  jika tidak dia akan dikuasai racun itu," ucap Al dengan santai.

Pria itu berusaha mencengkram pundak Al yang mengeluarkan darah hitam. Lalu membalikkan tubuh Al dengan kuat namun tidak kasar.

"Kaisar," gumam Al.

"Iya... Ini aku," jawabnya.

Al berusaha mendorong tubuh Kaisar dengan sekuat tenaganya, hanya menggunakan satu tangan,  sementara tangan lain berusaha menahan darah yang keluar dengan kekuatannya. "Maaf Kaisar,  calon istri anda lebih membutuhkan dari pada aku,  anda harus segera menolongnya jika tidak,  dia mungkin... Mungkin... Mungkin tak akan selamat," bisik Al.

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

Al menghitungnya dalam hati,  namun Kaisar masih berada di hadapannya. Kenapa Kaisar batu ini tidak beranjak pergi atau setidaknya melepaskan cengkraman tangannya. Al terus memutar bola matanya,  lalu

Clikkkk

Al menghilang begitu saja.

Kaisar tersenyum tipis lalu pergi.

Jihan membuka mata setelah Tayson memeriksanya tidak lama kemudian,  Kaisar mendekatinya,  "hati-hati dengan perasaanmu sendiri," ucap Kaisar,  lalu pergi.

God Blood (Shasa X Zent)Where stories live. Discover now