RENZA membuka kedua mata lalu berkedip selama beberapa kali saat dirasa kepalanya berat saat diangkat, ia melihat keatas dan dapat dia lihat cahaya menerobos masuk dari sela-sela atap.
Renza mencoba untuk bangkit namun dirinya tak mampu untuk berdiri, Renza kembali memutuskan untuk menyenderkan kepalanya di tembok agar tak terlalu merasakan pusing lagi. Renza menatap pintu dengan sayu berharap Alanda datang membantunya.
Renza tersenyum akan halusinasinya.
“Terlalu berharap ga baik, Ren..” lirihnya lalu kembali menutup mata perlahan menikmati rasa pusing yang menghantam kepalanya.
Ceklek!
Renza tak terusik dengan suara itu sebab dia tak mendengarkan, entah memang tidak dengar atau apapun itu namun di wajahnya dia terlihat sangat damai.
“Renza,”
“Renza, kamu dengerin ayah?”
Alanda kemudian mendekat dan menyentuh bahu anaknya agar bangun dari tidurnya, namun goncangan yang ia lakukan tidak membuat Renza membuka matanya. Didalam hati Alanda sama sekali tidak panik, dia malah terlihat emosi saat Renza tidak merespon panggilannya.
“Renza! Mau jadi pemalas ya kamu?! Ini udah mau siang Renza! Adik kamu aja udah siap buat berangkat ke sekolah sedangkan kamu malah enak-enakan tidur!! Gimana masa depan kamu kalau kamu ga ada usahanya kayak gini?!”
Renza kemudian membuka matanya perlahan lalu ia menemukan Alanda yang entah berbicara apa Renza sendiri tak dapat mendengar.
Alanda merasa perkaranya diabaikan oleh Renza, sangking emosinya Alanda menarik tangan Renza menuju kamar.
Setelah sampai dikamar Renza, Alanda menghempaskan tautan tangan mereka begitu saja. Renza tetap menunduk takut menatap Alanda serta merasa pusing yang amat dahsyat di kepalanya.
“CEPAT KAMU BERSIAP! KALAU KAMU TERUS BEGINI CARANYA AYAH BAKAL KELUARIN KAMU DARI SEKOLAHAN!!” Kemudian Alanda menutup pintu kamar dengan kasar menimbulkan suara nyaring dan beberapa foto yang terpasang di tembok bergetar.
Renza pun juga langsung menuju kamar mandi dengan langkah yang gontai, dia masih pusing, garis bawahi itu.
Setelah selesai dengan aktivitas mandinya Renza berdiri didepan cermin setelah selesai memakai seragam sekolahnya yang lain, dia menatap seluruh luka yang berada di wajah, lebam biru yang menghiasi, tak lupa juga kulit di lengannya yang sedikit sobek. Ia mengobati luka itu kemudian memperban nya, kemudian ia memakai alat pendengar miliknya yang sudah lama.
Renza menghela nafas berat, ia mengambil sikat gigi serta odol untuk dirinya membersihkan gigi. Renza menunduk seraya menyikat giginya dengan menutup mata agar rasa pusing lebih mendingan kemudian Renza berkumur-kumur agar busa didalam mulutnya hilang.
Renza kemudian mengangkat kepalanya kembali yang otomatis langsung melihat bayangannya dicermin. Dan betapa terkejutnya Renza menyadari darah mengalir dari hidungnya, dia pun segera membersihkannya. Berkali-kali Renza mencoba membersihkan namun darah segar itu terus keluar walaupun hanya sedikit, jika begini terus bagaimana caranya agar Alanda tidak mengetahuinya?
Tok!
Tok!
Tok!“Renza, kamu mandi atau apa sih? Kenapa lama sekali?! Cepat keluar, Jana akan terlambat kalau nunggu kamu terus-terusan!”
Renza berpikir keras ingin apa, darah tidak mau berhenti keluar, sangking paniknya Renza tak tau apa yang harus di lakukan sehingga menghabiskan banyak waktu. Dia bahagia dari ucapan ayahnya jika mereka bertiga akan berangkat bersama, namun Renza juga tak mau Alanda serta Jana tau jika keadaannya sedang seperti ini.. Renza dilema..
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembaran Kertas || RENJUN Feat. JAEMIN
Diversosʟᴀᴋᴜᴋᴀɴ, ᴊᴀʟᴀɴɪ, ʀᴀꜱᴀᴋᴀɴ.. ᴍᴇɴᴀɴɢɪꜱ ᴊɪᴋᴀ ᴅɪᴘᴇʀʟᴜᴋᴀɴ ʟᴀʟᴜ ᴛᴇᴛᴀᴘ ʙᴇʀᴛᴀʜᴀɴ ᴡᴀʟᴀᴜ ꜱᴜᴅᴀʜ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ᴊᴜʀᴀɴɢ ~𝓡𝓮𝓷𝔃𝓪 𝓟𝓻𝓪𝓽𝓪𝓶𝓪 𝓒𝓪𝓴𝓻𝓪𝔀𝓪𝓵𝓪 ❗TAHAP REVISI❗ mungkin akan ada beberapa bab yang berubah mengingat cerita ini sedang tahap revisi, ter...