MENDENGAR suara tangisan dari kamar Haekal, Naya langsung memasuki kamar. Dapat ia lihat Renza menangis dalam tidurnya, dia menghampiri Renza kemudian menepuk pundak Renza.
“Bunda.. jangan tinggalin aku..” lirih Renza dalam tidurnya.
“Renza.. nak, bangun sayang..”
Kedua kelopak mata itu terbuka, semua itu hanya mimpi.
Mimpi yang Renza harap menjadi sebuah kenyataan.
Sangat kecewa, itu yang Renza rasakan saat ia membuka matanya. Ia kembali menangis, alunan isakan nya terdengar menyedihkan di teling Naya. Gambaran yang ia harap adalah sebuah kenyataan ternyata hanya sebuah bunga tidur yang Tuhan berikan pada dirinya.
Dengan segera ia membawa Renza dalam pelukannya.
"Sth.. kamu anak kuat sayang.. bunda pasti bangga punya seorang putra kuat kayak kamu.." kata Naya yang bertujuan memberikan semangat untuk Renza.
Pelukan dari Naya membuat Renza merasakan pelukan dari seorang ibu yang sudah lama tidak dirasakan oleh nya. Namun tetap saja, ia berharap dapat merasakan pelukan hangat dari bunda seperti dulu lagi.
Dia berharap bunda memeluknya saat dia terjatuh, dia berharap bunda memeluknya saat dia ketakutan, dia berharap bunda memeluknya saat dia kedinginan. Banyak harapan yang Renza pasrahkan kepada Tuhan untuk keinginannya, namun sampai sekarang ia bahkan tak merasakan pelukan dari bunda nya.
"Bunda.." lirih Renza dalam tangisannya.
Naya mengelus puncak kepala Renza lembut, ia paham dengan perasaan anak itu sekarang, "Kamu hebat, kamu kuat.. terus bertahan ya?"
~~
Sudah 2 hari ini Jana sudah tersadar, ia selalu melamun memikirkan keadaan Renza yang entah bagaimana sekarang.Setiap ia tanya keadaan Renza pada Alanda jawabannya tetaplah diam, tak ada suara yang keluar dari Alanda.
Ia melamun karena larut akan pikirannya, helaan nafas kembali ia lakukan. Jana meraih handphonenya kemudian menghubungi Mahendra yang Jana yakini pasti tahu akan keadaan Renza.
"Bang Hendra, gue mau tanya tentang keadaan bang Renza.. dia baik kan?"
Disana Mahendra tak kunjung menjawab walau sudah tersambung.
"Bang?"
"Iya, dia di rumah Haekal,"
Disana Jana mengerutkan keningnya, "bang Renza ngapain ke rumah bang Haekal?"
"Maaf Na, gue gabisa bilang.. lu harus denger dari dia langsung.. gue tutup telponnya, bel sekolah udah bunyi.."
Setelah itu Mahendra menutup telponnya, Haekal yang berada di depan lelaki itu menghela nafasnya panjang, "Jana?" Tanya Haekal yang dibalas anggukan dari Mahendra.
"Keadaan Renza gimana?" Tanya Mahendra.
"Ya begitu, dia kadang melamun terus bahkan ga jarang juga gue tanyain, tapi dia selalu bilang gapapa," kata Haekal seraya meneguk minuman kaleng miliknya.
"Gue benci Renza selalu ngomong 'gapapa', seolah itu udah moto hidupnya.. padahal gue yakini dia lagi enggak baik-baik aja."
Mahendra terdiam, Renza memang seperti itu, terlalu memiliki banyak luka yang dipendam sendiri.
Sedangkan di sana Jana menghela napasnya berat seraya melihat layar handphone yang menampilkan gambar dirinya dan Renza sebagai wallpaper.
Jana merindukan Renza. Demi Tuhan, ia ingin kembali mendengar Renza yang selalu cerewet mengingatkan dia untuk makan, melihat wajah teduh Renza yang selalu memberikannya ketenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembaran Kertas || RENJUN Feat. JAEMIN
De Todoʟᴀᴋᴜᴋᴀɴ, ᴊᴀʟᴀɴɪ, ʀᴀꜱᴀᴋᴀɴ.. ᴍᴇɴᴀɴɢɪꜱ ᴊɪᴋᴀ ᴅɪᴘᴇʀʟᴜᴋᴀɴ ʟᴀʟᴜ ᴛᴇᴛᴀᴘ ʙᴇʀᴛᴀʜᴀɴ ᴡᴀʟᴀᴜ ꜱᴜᴅᴀʜ ᴅɪ ᴜᴊᴜɴɢ ᴊᴜʀᴀɴɢ ~𝓡𝓮𝓷𝔃𝓪 𝓟𝓻𝓪𝓽𝓪𝓶𝓪 𝓒𝓪𝓴𝓻𝓪𝔀𝓪𝓵𝓪 ❗TAHAP REVISI❗ mungkin akan ada beberapa bab yang berubah mengingat cerita ini sedang tahap revisi, ter...