10. MENGINGAT KEMBALI

28 6 0
                                    

MALAM ini Renza belajar dengan Josy, untuk mendapatkan hal yang di inginkan ia harus berjuang..
terlebih lagi untuk Alanda, Renza tidak mau membuat Alanda kecewa atas apa yang ia raih.

Dari raut wajah, Josy bisa melihat keseriusan disana. Jujur Josy merasa kasian dengan Renza bahwasanya Renza dituntut untuk serba bisa oleh Alanda, terlebih lagi Josy sangat kenal bagaimana sifat Alanda. Dia sangat terobsesi akan nilai serta kedudukan pertama sehingga prinsip yang ia terapkan pada hidupnya diterpakan juga pada kedua anak-anaknya.

Ditambah lagi kepribadian Renza seperti bundanya, lemah lembut, selalu menurut jikalau diperintah, murah senyum, dan hal yang lebih menyakitkan lagi keduanya sama-sama menyembunyikan luka dibalik senyum manisnya.

Josy tidak mau tambah menekan Renza dalam belajar saat les seperti ini, namun Alanda sendiri yang menyuruhnya. Josy sudah menolak tapi Alanda sendiri menyakinkan bahwa hal itu dilakukan agar menjadikan Renza pribadi yang kuat dan sukses suatu saat nanti.

Josy menunduk memikirkan semua itu lalu kembali mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Renza.

“Renza..” panggil Josy, Renza yang menunduk mengerjakan tugas pun mendongak untuk menatap wajah Josy.

“Iya kak?”

Josy menggeleng lalu berkata, “kita udahan belajarnya, ini udah jam sebelas malam.”

“Tapi kenapa? Biasanya sampai jam dua belas malam kan?” Tanya Renza yang masih tak mendapatkan jawaban, Josy sendiri juga bingung ingin memberikan alasan apa pada Renza.

“Kamu mau ulangan, tidak boleh lelah. Kamu mau Alanda marah sama kamu karena ikut ulangan susulan? Dia ga suka sama hal yang kaya gitu, Za.. kamu tau itu, kita lanjutin belajarnya besok,” Josy berkata dengan tegas hingga Renza mau tak mau menuruti perkataannya, singkatnya Josy pun pulang dengan Renza yang mengantarkan sampai depan gerbang. Setelahnya Renza kembali menutup gerbang dan masuk ke dalam rumah.

Dikamar, Renza tidak segera tidur. Ia menuju meja belajarnya untuk kembali belajar, ia tidak takut akan perkataannya yang dikatakan Josy. Karena prinsipnya, jika dia sakit untuk kebahagiaan sang ayah maka dia siap melakukan hal itu.

Renza belajar serta mencatat beberapa hal yang penting dalam materi kemudian menelusuri materi yang tidak ia pahami di laptopnya agar tau maksud materi tersebut, kemudian ia mengerjakan beberapa soal yang belum selesai dari Josy tadi. Bukannya Renza tidak patuh dengan perintah seseorang, ia hanya ingin hasil belajarnya bisa memuaskan Alanda, jadi biarkan Renza egois dalam hal ini.

Mungkin jika menyangkut tentang nilai Renza sangat sensitif, apalagi perkataan Alanda yang akan membuatnya semakin terkucilkan.. dalam belajar Renza sama sekali tidak kelelahan, dari wajahnya ia terlihat fokus dan tak ada lelah disana walaupun jam sudah menunjukkan pukul 02.45.

Dirinya memang tidak terlihat lelah namun tubuhnya tetap membutuhkan istirahat, karena tubuh Renza sedang tidak sehat. Dan pada akhirnya dadanya kembali terasa berat dan senap.

Renza mulai bernafas dengan tak beraturan, ia memukul dadanya hingga menimbulkan suara, Matanya tertutup rapat menahan rasa sakit, bibirnya mengatup agar tidak mengeluarkan suara.

Kepalanya ia sandarkan pada kursi, namun tangannya tetap memukul dadanya sendiri. Ini yang Renza benci, saat dirinya ingin berusaha selalu ada hambatan ditengah jalan nya, apakah sebegitu penasarannya Tuhan dengan seberapa bisa perjuangan Renza sehingga selalu memberikannya banyak cobaan?

Renza meraba kotak diatas mejanya untuk mencari kunci laci, lalu membuka laci meja saat kunci sudah ditemukan. Ia mengambil botol aspirin lalu menuang isinya, ia langsung memasukkan beberapa butir obat tanpa memikirkan berapa jumlahnya karena demi apapun dadanya tidak hanya sesak tapi juga nyeri.

Lembaran Kertas || RENJUN Feat. JAEMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang