21. PASAL RENZA

39 7 2
                                    

Alanda melihat Renza dari kaca pintu ruang darurat. Banyak alat yang dipasangkan di tubuh itu, samar-samar ia mendengar suara monitor. Hatinya terasa sakit dan sesak.

"Ada masanya Renza lelah dengan semuanya."

Perkataan William tempo lalu kembali terngiang di telinganya, apa ini yang William maksud?

Kaki itu tak berdaya menumpu lagi. Tubuhnya meluruh jatuh ke lantai rumah sakit. Dimas mendekat berusaha menenangkan Alanda namun tak juga ada reaksi dari pria itu. William menepuk pundak Alanda, "sekarang kamu paham apa yang saya katakan?" Lirih William.

Alanda menangis tanpa suara, "Saya menyia-nyiakan kehadirannya.. saya benar-benar bodoh..!" Lirih Alanda dengan memukul kepalanya.

Dimas serta William berusaha menghentikan aksi Alanda, "apapun yang terjadi, Renza berhak memilih keputusannya.." ujar William yang tak dapat didengar jelas oleh Alanda.

~~

Jana berjalan seiringan dengan Wenny, tak lupa ada canda tawa yang terjadi diantara mereka.

Ada dua kantong plastik berisikan belanjaan pokok di tangan kanan kiri Jana, "bunda mau masak apa emang? Kok beli bahan makanan banyak?"

Wenny tersenyum, "Bunda mau bikin steak ayam kesukaan kamu dan martabak manis kesukaan abang mu, dia masih suka martabak kan?" Lantas jana mengangguk semangat.

"Iya bunda, sampai sekarang dia masih suka sama makanan yang satu itu..! Wahh gak sabar pengen makan masakan bunda lagi deh!" Ujar Jana senang. Wenny tersenyum melihat tingkah anak bungsunya itu.

Kemudian keadaan hening beberapa saat, hingga tiba handphone Wenny berdering. Dengan susah payah ia mengambil handphone yang berada di dalam tas, Jana yang melihat itu pun menawarkan diri untuk mengambil alih belanjaan yang dibawa Wenny.

"Makasih sayang.." ujar Wenny kemudian menerima telpon dari Naya.

"Iya Naya kenapa?"

"..."

Sontak Wenny menghentikan langkahnya. Mendapati Wenny yang berhenti langkahnya pun ikut berhenti, "Kenapa Bun—"

"A-apa..?" Ujar Wenny dengan air mata yang terjun tiba-tiba. Sontak jana meletakkan belanjaan nya kemudian mengelus lembut punggung Wenny.

Wenny menjatuhkan handphonenya dan menangis sejadi-jadinya, "bunda.. ada apa?" Ujar Jana yang terlihat sangat khawatir. Air matanya terus menetes membuat Jana heran.

Jawaban tak kunjung ia dapatkan. Ia menghela napas panjang, "Tenang.. bunda tenang dulu.. bilang ke Jana, ada apa..? Apa yang dibilang sama tente Naya?" Ujarnya terheran.

Wenny terus menangis, ia terlihat gelagapan karena bingung apa yang harus dilakukannya. "R-renza.. dia keritis, nak.."

Bagaikan petir yang menyambar dirinya, Jana tertegun atas ucapan Wenny.

••

Alanda terus menggenggam tangan dingin Renza, banyak penyesalan yang ia runtuki. Sikapnya yang tegas pasal belajar, peringkat, dan perilaku pada Renza. Hal yang membuatnya sangat menyesal adalah, kenapa Renza terus diam saat dirinya diperlakukan seperti itu?

"Maaf pak saya tidak beri tahu ini kepada bapak, Renza memaksa saya untuk bungkam.. dia bilang dia akan melukai dirinya jika saya mengatakan itu.. maaf.." perkataan pak Adi ia ingat kembali.

Alanda menunduk menumpahkan kesedihannya, berapa banyak kebenaran yang belum ia ketahui lagi dari Renza?

"Maaf nak.. maafkan ayah.." ia menunduk dalam, sudah berapa kali kata itu meluncur dari mulut Alanda.

Lembaran Kertas || RENJUN Feat. JAEMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang