12. RENZA DAN JANA

31 6 0
                                    

SETELAH bel pulang berbunyi Jana melangkahkan kaki menuju halte bus untuk pulang, ia berjalan dengan tangan yang ia tenggelamkan ke saku celana, karena hari ini suhu Jakarta terasa dingin, yang mana membuat tubuhnya menggigil.

Jakarta, suasana malam khas ibu kota Indonesia itu terlihat indah saat lampu-lampu menghiasi di setiap jalanan. Gerimis pun turun membuat semua perlahan-lahan menjadi basah.

Jana menatap lurus kearah depan dengan wajah yang terlihat sangat lelah, mapel ujian hari ini cukup sulit. Jana takut mendapatkan nilai yang tak diharapkan.

Jana menghela nafasnya panjang kemudian melihat arloji yang melingkari pergelangan tangannya untuk melihat pukul berapa sekarang.

“Jam setengah enam.. bis nya kok belum dateng ya?” Jana menatap kesana kemari untuk memeriksa bus yang sedang ia tunggu, namun netra nya melihat seseorang yang Jana kenali. Jana menyipitkan matanya agar bisa melihat lebih jelas lagi namun busnya sudah datang sehingga menutupi seseorang yang sedang Jana curigai.

Tak ingin ambil pusing, Jana bangkit dari duduknya lalu berjalan naik ke bus untuknya pulang.

Dijalan, Jana tidak melakukan apa-apa selain menyenderkan kepalanya di jendela bus seraya menatap luar dari jendela bus yang sedikit basah karena gerimis.

Bus berhenti tepat di halte selanjutnya, beberapa penumpang pun masuk kedalam bus kemudian bus kembali berjalan. Salah satu penumpang yang baru saja datang duduk di samping Jana, Jana sendiri tidak peduli karena tidak ada rasa tertarik atau bahkan rasa penasaran siapa yang duduk disampingnya, hingga tiba teguran ia dapatkan.

“Permisi, gua boleh pinjam handphone lo? Gua mau menghubungi keluarga gua, tapi handphone gua mati karena kehabisan baterai.." kata pria yang duduk disebelah Jana.

Jana mengangguk lalu merogoh handphonenya di saku celana kemudian memberikan benda pipih itu pada pria yang duduk disampingnya.

“Ini,” ujar Jana seraya menyerahkan handphonenya.

“Makasih.”

“Iya..” Jana tersenyum kepada pria itu, kemudian pria itu terlihat seperti sedang mengetik sesuatu, setelah selesai pria itu memberikan benda pipih itu kembali kepada Jana.

“Sekali lagi, makasih bro," katanya yang dibalas senyuman dan anggukan dari Jana.

“Iya, sama-sama,” balas Jana.

Jana menyimpan handphone nya dan menatap luar kembali, matanya perlahan tertutup. Hal itu tidak mengalih dari pandangan pria yang ada disampingnya.

pria itu merasa tidak asing dengan wajah Jana, dan wajah Jana yang sedikit pucat membuatnya sedikit merasa khawatir, ia ingin bertanya namun ia urungkan karena melihat Jana yang kelihatannya sudah larut dalam mimpi.

Karena tidak ingin terlihat ikut campur dalam urusan orang lain pria itu membenarkan tudung Hoodie nya dan ikut menutup kedua matanya sampai ia menunggu tempat yang dia tuju.

~~
Bus sudah berhenti di terminal, bus pun sudah tak ada lagi penumpang kecuali satu pemuda yang tertidur dengan menyandar ke jendela bus. Sang supir kemudian menghampiri pemuda itu.

“Nak, bangun.. bus sudah sampai terminal dan sudah berkeliling halte, tapi kamu gak turun di halte yang bapak hampiri.. kamu ga pulang..? Cepat pulang ya, ini udah larut, nanti orang rumah khawatir kamu ga pulang-pergi,”perintah pak supir itu.

Jana menatap pak supir kemudian tersenyum lembut, “iya pak saya bakal pulang kok, maaf ini saya kecapekan pak mangkanya tidak bangun, saya permisi..” Jana mengambil tasnya lalu keluar dari bus setelah berpamitan dengan pak supir.

Lembaran Kertas || RENJUN Feat. JAEMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang