04. SELALU SEPERTI ITU

30 8 0
                                    

ALANDA pergi ke kamar Renza setelah dirinya sampai dirumah, masuk kedalam perlahan kedalam kamar lalu melihat keadaan Renza. Alanda menatapnya dengan pandangan kosong, ada wajah orang yang dia sayangi di wajah Renza.. setiap dirinya menatap Renza dia selalu teringat akan wanita yang selalu mengisi hatinya, namun disisi lain juga dirinya sangat tidak suka melihat wajah Renza karena mengingatkan wanita yang sudah mengecewakan dia.

Sehingga membuat dirinya bersikap kasar tanpa disadari, “Andai aja kamu bisa membanggakan ayah seperti Jana, Renza. ayah ga mungkin kasar sama kamu” kata Alanda lalu pergi dari sana karena dia lelah bekerja dari pagi hingga menjelang pagi seperti ini.

Perlahan Renza membuka matanya, dia tersenyum tipis bersamaan dengan air mata yang keluar saat mendengar perkataan Alanda. Selalu dibandingkan dengan Jana yang notabene nya adalah adik sendiri memang sudah biasa tapi siapa yang selalu tahan jika dibandingkan terus-menerus?

Yang penting ayah kesini buat liat keadaan gue, positif thinking aja Za..

Batin Renza lalu kembali menutup matanya.

----
Pagi pun datang, ayah dan Jana sedang sarapan pagi sebelum berangkat ke aktivitas masing-masing, sedangkan Renza ia masih sibuk didalam kamarnya entah apa yang sedang dilakukan karena saat pak Adi membawa makanan serta obat pintu kamar Renza terkunci dan saat pak Adi bertanya Renza sedang apa Renza hanya berkata 'nanti Renza turun pak,'

Dan tak ada yang bisa dibantah oleh pak Adi, “Ayah, kata Bu guru Jana akan ikut lomba untuk pelajaran IPS hari ini, ayah ngizinin Jana ga?”

Alanda tersenyum bangga pada Jana yang sudah Jana ketahui apa arti senyuman itu, “Tentu boleh, ayah bangga kalau kamu terus ikut lomba seperti itu..” Jana tersenyum getir mendengarnya.

Tapi Jana capek, ayah...

“Yaudah nanti Jana bilang sama wali kelas,” kata Jana lalu kembali memakan nasi gorengnya; menu sarapannya.

Suara langkah kaki menuruni tangga terdengar, Jana mengalihkan atensinya pada sumber suara lalu ia menemukan sang kakak yang sudah siap dengan seragamnya.

“Renza, Kamu mau sekolah nak? Kan dokter sudah bilang kemarin.. kamu harus istirahat dulu biar keadaan kamu kembali pulih.” Renza menatap pak Adi seraya tersenyum saat mendengar teguran dari pak Adi.

“Renza harus sekolah, pak. Renza bakal istirahat di UKS kalau udah jam istirahat, Renza juga bawa obatnya kok tenang aja..” katanya dengan lembut.

Jana meletakkan sendok nya lalu menghampiri Renza, “Kalau Abang masih ga enak badan jangan dipaksain, disekolah ga ada Jana yang bakalan jaga Abang..”

Renza tersenyum.

“Ada bang Dimas juga kok, bang Mahendra juga udah mau mulai masuk, Jana jangan khawatir.. Abang ga papa.”

“Tapi bang—”

“Biarin aja Jana, semua yang terjadi bakal ditanggung sama dia sendiri.”

Jana berbalik menatap Alanda kecewa, “dengerin apa kata ayah, semua bakal Abang tanggung sendiri.. Abang berangkat sekolah ya? Sampai nanti,” Jana menatap kepergian Renza dalam diam, ada rasa kecewa pada apa yang ia lihat.

Alanda; dia membiarkan anak sulung nya untuk pergi ke sekolah padahal ia tau sendiri jika Renza sedang sakit dan kejadian itu baru kemarin bukan seminggu yang lalu.

“Ayo kita berangkat, keburu telat.” Alanda berjalan keluar mendahului Jana.

Jana menunduk, rasanya ia ingin marah pada ayahnya namun dia tidak bisa melakukan nya..

Lembaran Kertas || RENJUN Feat. JAEMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang