CH. 01

28.3K 2.2K 34
                                    

Sudah 3 hari berlalu sejak Ivy berpindah raga. Ia sudah beradaptasi jauh lebih baik daripada saat pertama kali datang ke dunia ini.

Sebenarnya Ivy sedikit bingung karena ia merasa beradaptasi terlalu cepat. Sempat tersirat di dalam benaknya apakah karena terlalu banyak membaca novel transmigrasi membuatnya lebih mudah beradaptasi?

Ivy juga masih mengingat saat pertama kali ia tahu bahwa dia menempati raga tokoh figuran ini, Ivy langsung mengerti bahwa ia bertransmigrasi.

Mungkin karena Ivy paham bahwa ia harusnya sudah meninggal namun dirinya masih bisa bernapas.

Ivy juga mengingat bagaimana caranya raga yang Ivy tempati ini meninggal.

Di novel, tertulis bahwa saat ada pesta di kerajaan, semua bangsawan dituntut untuk hadir karena Pangeran Xander ingin merayakan acara tunangannya dengan Luna Dustine.

Brianna yang saat itu benar-benar sudah di luar kendali, memutuskan untuk mencoba membunuh Luna.

Gadis antagonis itu memberi sebuah racun mematikan di minuman Luna. Tapi tentu saja ia tidak akan memberikannya secara langsung.

Hingga entah bagaimana, ada seorang pelayan yang melewati Brianna. Pelayan itu membawa minuman yang serupa dengan minuman yang sudah Brianna berikan racun.

Brianna mengikuti pelayan itu dan ternyata insting Brianna tepat. Pelayan itu akan memberikan minuman yang ia bawa pada Luna.

Sontak Brianna menukar minuman tersebut dan tersenyum sinis di balik kerumunan orang.

Ivy Ivory saat itu baru datang dan memberikan ucapan selamat pada Luna yang ada di panggung utama. Lantas ada seorang pelayan yang menghampiri Luna dan Ivy.

Ivy hanya diam saja saat Luna mengambil minuman dari pelayan itu. Namun saat ia akan beranjak pergi, tiba-tiba perutnya terasa nyeri dan ada pedang yang menembus dari perut Ivy.

Darah mulai mengalir dari dalam perutnya. Saat Ivy menoleh ke arah belakang, ada Pangeran Xander yang memandangnya dingin seraya memegang pedang yang menembus perutnya itu.

"Pasti kau sudah bersekongkol dengan Brianna si jalang itu ya? Kau sengaja berada di dekat Luna untuk memastikan bahwa Luna meminum racun itu kan?!" Tuduh Pangeran Xander.

Ivy yang tidak mengerti apa-apa hanya bisa terdiam saat pedang sudah di tarik dan tubuhnya jatuh karena lemas.

Sedangkan orang-orang di dalam istana mulai riuh karena kejadian itu.

Ivy sontak melihat ke arah sekitar dan ia baru sadar bahwa minuman yang di pegang Luna tadi sudah jatuh berceceran di lantai.

Luna hanya menangis sesenggukan seraya di peluk oleh tunangannya, Pangeran Xander.

"S..saya.. tidak bersalah yang mulia..." Bantah Ivy lirih karena menahan rasa sakit yang menjalar di area perutnya.

"Kau kira aku akan percaya dengan kata-katamu? Tidak akan!" Pangeran Xander terlihat muak dengan apa yang barusan Ivy ucapkan.

Ivy yang mulai kesusahan mengendalikan kesadarannya sempat merasa sedih saat melirik ke arah ayah, kakak pertama, dan kakak keduanya yang terlihat sama sekali tidak peduli padanya.

Entah apa yang mereka bertiga pikirkan hingga tetap diam seraya menatap Ivy dingin seolah-olah Ivy memang bersalah.

Padahal tidak sama sekali.

Di akhir hayat Ivy, hanya pelayan dan pengawal pribadinya yang menghampiri Ivy dan membela Ivy.

"Anda keterlaluan yang mulia! Nona saya tidak ada hubungannya dengan semua ini!" Bantah pengawal pribadi Ivy.

Ivy As an Extra Character? [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang