Ivy bangun lebih siang daripada biasanya. Saat ia membuka mata, Ivy langsung disambut oleh Myra yang sedang membersihkan kamarnya.
"Selamat pagi nona." Sapa Myra seraya tersenyum lembut pada Ivy.
Ivy segera meregangkan tubuhnya dan bangkit dari kasur sembari menggosok pelan matanya.
"Eungh... pagi kak..." Ivy sekali lagi meregangkan tubuhnya dan sedikit melakukan gerakan yang aneh bagi Myra. Padahal gerakan 'stretching' bagus untuk melatih otot kita supaya tidak kaku.
"Apa yang anda lakukan nona?" Tanya Myra heran.
Ivy menoleh ke arah Myra dan menyudahi apa yang sedang ia lakukan tadi. "Olahraga kak, apakah ada yang salah?"
Myra menggelengkan kepalanya pelan seraya mempersiapkan gaun yang akan digunakan Ivy hari ini.
"Tidak, hanya saja saya belum pernah melihat gerakan-gerakan seperti yang anda lakukan barusan."
Ivy yang mendengar penuturan Myra hanya menganggukkan kepalanya saja tanpa berniat untuk menjelaskan lebih lanjut. Mungkin akan sedikit aneh jika dibahas lebih dalam gerakan yang berasal dari dunianya yang lalu, jadi Ivy memutuskan untuk diam saja.
"Nona, saya melupakan sesuatu. Kalau tidak salah hari ini tuan muda pertama akan datang, namun saya tidak tahu kapan. Sebelum saya masuk ke kamar nona, tuan Christopher datang menemui saya untuk memberitahukan hal tersebut kepada anda." Kata Myra tiba-tiba.
Ivy memiringkan kepalanya sedikit seraya ber-oh ria. Di dalam ingatan sosok Ivy Ivory terakhir kali ia bertemu kakak pertamanya adalah sekitar 1 tahun yang lalu sebelum lelaki itu dikirimkan ke medan perang.
Itu-pun tidak bertemu secara langsung melainkan hanya melihat kakaknya dari jauh. Ingin rasanya bermanja dengan kedua kakaknya namun mereka berdua selalu menjauh dan salah satu di antara mereka bahkan menggunakan kata kasar untuk mengusir gadis berambut putih macaroon itu.
Ivy menggelengkan kepalanya pelan mengingat memori raga yang ia tempati ini, kasihan sekali. Namun entah mengapa, wajah kedua kakaknya terlihat tidak jelas. Apakah kedua kakaknya itu terlalu menyakiti hati kecilnya hingga tubuh ini menciptakan pertahanannya sendiri?
Supaya tidak mengingat rasa sakitnya maka penyebab rasa sakit itu dihilangkan dari ingatannya? Apakah begitu? Entahlah, Ivy tidak terlalu peduli dengan hal itu. Bagi Ivy saat ini lebih penting untuk mencoba semua hal baru daripada memikirkan hal yang tidak perlu.
Jadi Ivy berencana untuk belajar memanah, dan sebelum itu ia akan mencoba untuk meminta ijin terlebih dahulu pada Zach. Daripada menimbulkan masalah, lebih baik ia mencoba cara aman dulu. Jika tidak boleh, maka Ivy akan menjalankan rencana kedua, yaitu kabur diam-diam dan berlatih bersama Erland.
Eh... Erland bisa memanah bukan?
Ah sudahlah, lebih baik segera bersiap untuk sarapan bersama Zach.
***
Dan di sinilah Ivy berada sekarang, melihat seseorang yang memiliki perawakan mirip seperti Zach sedang berdiam diri di depan pintu ruang makan.
Ivy memiringkan kepalanya heran. "Apa yang ayah lakukan di sana? Kenapa diam saja? Kenapa tidak langsung masuk?" Batin Ivy heran dengan berbagai pertanyaan muncul di kepalanya.
Di sisi lain, lelaki yang Ivy lihat sedang berdebat dengan pikirannya sendiri.
"Sarapan bersama? Dengan badut itu? Ck... merepotkan. Apa yang ayah mau sebenarnya?" Pikir lelaki itu, untungnya ia pandai mengontrol ekspresi sehingga hanya wajah datar saja yang bisa dilihat oleh orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ivy As an Extra Character? [Hiatus]
FantasyIvy Steinfeld, merupakan seorang gadis yang manis, polos, dan ceria. Ia memiliki sebuah riwayat penyakit jantung yang membuat ia tidak bisa beranjak kemanapun selain berada di rumah sakit. Namun apa yang terjadi jika Ivy memasuki raga dari salah sa...