CH. 08

21.7K 1.9K 33
                                    

Sudah beberapa hari berlalu semenjak kejadian Zach menangis di depan Ivy. Dan sekarang keseharian Ivy mulai sedikit berubah.

Ivy tidak makan sendiri lagi, melainkan ada Zach di sampingnya yang menemani ketika sedang sarapan dan makan malam. Ada beberapa hal juga yang sedikit demi sedikit Zach bicarakan dengan Ivy seperti waktu sarapan kali ini.

Ivy sudah menyelesaikan sarapannya begitupun dengan Zach, sebelum Zach kembali bekerja ia akan berbincang sebentar dengan putri bungsunya itu.

“Apakah makanan hari ini enak?” Tanya Zach seraya menatap Ivy lembut.

Ivy menoleh ke arah Zach dan sedikit tertegun ketika membalas tatapan ayahnya itu, wanita mana yang tidak terpesona oleh duda di depannya ini. Zach itu sangat tampan, sempat terbesit di pikiran Ivy bahwa Zach itu lebih cocok jadi sugar daddy daripada Julian.

Astaga, maafkan putrimu ini Julian. Ivy tau Julian tampan tapi Zach lebih tampan daripada Julian hehehe.

“Ehm, enak ayah.” Balas Ivy seraya tersenyum pada Zach.

“Syukurlah, jika tidak… ayah akan mengganti menunya.” Ucap Zach seraya tersenyum tipis. Sedangkan Ivy hanya terdiam sembari tetap tersenyum pada ayahnya.

Di sisi lain… Christopher, asisten pribadi Zach. Ia merasa bahagia melihat ayah dan anak perempuan di depannya ini mulai akrab satu sama lain. Yah, untuk kali ini ia menjadi penonton di sudut ruang makan untuk menunggu majikannya itu menghabiskan waktu bersama putrinya.

“Ah… ayah baru ingat, mulai hari ini ayah akan bekerja dari mansion ini. Jadi ayah tidak akan pergi ke istana. Ayah juga memutuskan untuk libur kerja selama 5 hari, jadi apakah ada yang kamu inginkan? Seperti pergi ke suatu tempat atau…?”

Pernyataan Zach sukses membuat Ivy membulatkan matanya, dengan polos Ivy membuat ekspresi yang cukup lucu bagi Zach. Oh ayolah apa yang merasuki duda di depannya ini? Tiba-tiba saja mengambil keputusan untuk kerja dari mansion dan mengambil hari libur. Sangat aneh.

Ivy tidak tau saja bahwa Zach sedang mencoba untuk mengenal Ivy lebih dalam, mungkin kencan bersama putrinya juga merupakan cara yang bagus kan?

Zach terkekeh kecil melihat ekspresi Ivy yang memelototinya lucu itu. Putri kecilnya ini jika dilihat lebih lama memang sangat imut dan menggemaskan. Ah… kemana saja ia selama ini. Kenapa Zach baru menyadari bahwa putrinya ini memiliki sisi polos yang menggemaskan?

Karena kekehan Zach, akhirnya Ivy tersadar dan spontan berkata,

“I-itu, Anu… Pantai!” Ucap Ivy sedikit meninggikan nada suaranya. Menyadari hal itu spontan Ivy menggigit pipi dalamnya seraya menundukkan kepalanya, merutuki kebodohan yang baru saja ia lakukan.

Ditambah lagi Zach mulai menatapnya datar dan menghampiri Ivy.

“Tamatlah sudah…” Batin Ivy menangis.

Tak Ivy kira Zach justru datang untuk mengelus kepala Ivy. Sontak Ivy mengangkat kepalanya dan melihat Zach tersenyum lembut pada Ivy.

“Ayo berangkat.”

Ivy dibuat cengo oleh Zach. Astaga, apa ia akan pergi menuju ke pantai?

***

Ivy menatap pemandangan indah di depannya saat ini. Ombak laut yang tenang dengan permukaan bergelombang memantulkan kilauan cahaya yang indah. Apalagi pasir putih halus bersih yang dipenuhi hiasan dan hewan laut.

Pertama kalinya Ivy bisa melihat pantai secara langsung, selama ia hidup hanya bisa membayangkannya saja. Tak dapat menyembunyikan kebahagiannya, Ivy sampai tidak sadar bahwa matanya sudah berbinar melihat laut di depannya seraya tersenyum lebar tatkala angin berhembus pelan menyapu lembut pipi halusnya.

Zach menatap putrinya dari samping, baru ia sadari pula bahwa kecantikan istrinya menurun pada Ivy. Apalagi warna mata yang khas milik istrinya itu, Ivy mewarisinya. Tidak seperti dua putranya yang lain.

Spontan Zach menyelipkan rambut Ivy ke belakang telinga empunya, Ivy yang terkejut langsung menoleh ke arah Zach. Masih dengan senyum lebarnya Ivy menatap Zach polos dan berkata,

“Terima kasih ayah.”

Zach tertegun ketika mendengar penuturan tersebut dari Ivy. Baru kali ini ia merasakan hatinya menghangat tatkala melihat wajah cantik nan manis putrinya tersenyum lebar pada Zach.

Tak menunggu lama lagi Ivy berjalan mendekati laut, ia penasaran dengan rasa ombak yang dapat menyentuh kakinya itu.

Ivy sempat melepas dulu sepatunya dan mengangkat gaunnya sedikit, membiarkan air laut bersentuhan dengan kulit kakinya.

Zach sempat terkejut saat Ivy melepaskan sepatunya, tapi ia tersenyum tipis ketika melihat wajah Ivy yang tersenyum lebar hingga matanya juga ikut tersenyum.

“Cantik.” Batin Zach.

“Ayah kemari~” Panggil Ivy pada Zach. Zach meghampiri Ivy namun sedikit jauh dari putrinya.

“Ayo ke sini lagi ayah, kenapa berdiri jauh di sana?” Zach hanya tersenyum mendengar suara Ivy.

“Ayah di sini saja.” Zach menggelengkan kepalanya pelan menolak halus ajakan Ivy. Mendengar pernyataan itu Ivy mengerucutkan bibirnya dan terbesit ide yang bagus di otak kecilnya.

Tanpa aba-aba, Ivy menyiramkan air laut pada Zach.

“Astaga!” Zach terkejut tatkala bajunya sudah basah akibat ulah putrinya itu. Ivy seketika menegang menyadari kebodohan yang sudah ia lakukan. Tapi tak ayal senyuman jahil terbit di wajah Ivy.

“Ups, maaf. Dadah ayah.~” Reflek Ivy berlari menjauhi Zach.

“Ivy! Kemari kamu!” Teriak Zach seraya mengejar Ivy.

“Tidak mau! Nanti ayah hukum Ivy, Ivy tidak suka dihukum!” Balas Ivy berteriak masih sambil berlari. Perasaan bahagia juga menjalar di hati Ivy, akhirnya ia bisa berlari lepas tanpa harus mengkhawatirkan kesehatan tubuhnya lagi. Terima kasih tuhan, sudah memberi Ivy kesempatan untuk hidup merasakan bahagianya hidup sehat tanpa kekurangan.

Zach yang melihat Ivy berlari lebih jauh, sontak Zach mempercepat langkahnya dan menangkap Ivy seraya mengangkat Ivy dari belakang.

“Hahaha! Kena kamu! Dasar putri nakal.”

“Ah!” Ivy terpelonjak kaget tatkala kakiya tidak menyentuh tanah lagi. Lalu Zach berputar seraya mengangkat Ivy.

“Hahahahaha! Ini menyenangkan! Ayo putar lagi ayah!”

“Baiklah. Satu, dua, tiga!”

Dan akhirnya pasangan putri dan ayah itu menghabiskan waktu mereka dengan gelak tawa bahagia di pantai hingga menjelang matahari terbenam.

***

Seorang lelaki dengan perawakan mirip seperti Zach tengah melihat indahnya langit malam di depan tenda yang menjadi tempat lelaki itu beristirahat. Mata tajamnya menelisik bintang-bintang yang tengah berkilauan di atas sana menemani rembulan yang bersinar lembut di gelapnya langit malam.

Wajah lelaki itu benar-benar mirip seperti Zach, yang membedakan adalah tatapannya lebih tajam, gaya rambut, serta terdapat tahi lalat kecil di sebelah mata kiri lelaki itu. Dan… terlihat lebih muda daripada Zach.

Ia lantas menundukkan kepalanya membaca ulang surat yang dikirim oleh Christopher, asisten pribadi Zach.

“Apa yang dipikirkan olehmu ayah?” Monolog lelaki itu seraya meremas kertas berisikan perintah Zach untuk lelaki itu segera mengunjungi mansion keluarga Ivory.

Lantas lelaki itu mau tidak mau masuk ke tendanya kembali dan menunggu hari esok untuk pergi menuju mansion yang juga ia hindari sama seperti Zach  dulu.

Lelaki itu tidak ingin menemui adik perempuannya yang selalu bertingkah manja padanya, hal itu membuat dirinya muak. Apalagi riasan tebal yang selalu menempel pada wajahnya itu, apakah dia ingin mencoba berdandan seperti badut?

"Ck, menyebalkan."

Ivy As an Extra Character? [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang