CH. 03

26K 2.2K 30
                                    

Keheningan menyelimuti dua orang yang berada di ruang makan besar nan megah itu. Tapi sayang sekali, tidak ada orang lain selain mereka berdua.

Ivy merutuki kebodohannya saat memasuki ruangan tadi, bisa-bisanya ia memuji seseorang yang baru ia temui secara terang-terangan.

Mungkin jika di dunianya dulu tidak masalah, sekarang? Ivy tidak yakin jika lelaki yang ia puji secara tidak sengaja itu akan membiarkannya begitu saja.

“Makanlah.” Suara berat lelaki itu membuyarkan lamunan Ivy, sontak Ivy menganggukkan kepalanya pelan dan segera memakan makanannya dengan anggun.

Setelah Ivy dan lelaki itu menuntaskan sarapannya, Ivy hendak meninggalkan ruangan itu secepat mungkin karena tidak tahan dengan tatapan dingin yang dilontarkan lelaki itu.

Belum sempat Ivy menaruh pisau dan garpu di atas piring, tiba-tiba—

“Ada yang ingin saya bicarakan.”

Hancur sudah rencana Ivy yang mau meninggalkan ruangan secepat mungkin. Ivy menelan ludahnya kasar dan melihat ke arah lelaki itu yang jaraknya empat kursi dari tempat Ivy duduk.

“Y-ya tuan?”

Lelaki itu sedikit terkejut tatkala Ivy mengucapkan ‘tuan’. Ada rasa sedih yang tidak ia mengerti hinggap di hatinya.

“Apa kamu ingat saya?” Pertanyaan itu keluar tiba-tiba dari mulut lelaki itu, bahkan lelaki itu bingung kenapa ia justru menanyakan hal tersebut.

Ivy spontan memiringkan kepalanya dengan ekspresi heran. Tatapan polos yang mengarah ke lelaki itu membuat orang yang ditatap Ivy merasa sedikit gemas dan sedih di saat yang bersamaan. Tapi ingat ya, sedikit!

Ivy mencoba menerawang ingatannya, setelah beberapa saat akhirnya Ivy membulatkan matanya. Astaga, ia baru mengingat siapa lelaki di depannya ini. Bagaimana bisa ia tidak mengenalinya sejak awal bertemu?

Zach Ivory. Orang-orang biasa mengenal lelaki ini sebagai Duke Ivory. Zach sudah mengurus kediaman Ivory sejak umurnya belasan tahun karena ayahnya yang iseng memberikan kedudukannya pada Zach.

Entah apa yang pria tua itu pikirkan saat melakukan keisengannya, berakhirlah Zach yang harus bekerja keras demi kelangsungan dan kekuasaan wilayah Ivory.

Tapi Zach dapat melakukan semuanya dengan lancar tanpa hambatan, terima kasih pada otak jenius dan didikan keras ayahnya itu. Ya, meskipun iseng memberikan kedudukannya, pria tua itu pasti memiliki tujuan tertentu seperti menjadikan putranya sehebat saat ini.

Mengingat hal itu, Ivy jadi sedikit penasaran dengan sosok kakek dari Ivy Ivory. Dalam ingatannya, ia tidak pernah bertemu dengan sang kakek sama sekali. Seketika Ivy merasa sedih, apakah selama ini sosok Ivy Ivory tidak menerima kasih sayang sama sekali dari keluarganya?

Sedangkan Zach hanya diam mengamati perubahan ekspresi wajah Ivy dari waktu ke waktu, awalnya ekspresi serius, lalu berubah menjadi kagum, kemudian berubah lagi menjadi sedih. Zach sedikit penasaran dengan isi kepala Ivy.

Namun Zach memiliki ego yang besar, jadi ia tidak menanyakan apa yang Ivy pikirkan dan hanya diam menunggu jawaban dari gadis yang ada di hadapannya ini.

“Ya… saya ingat.”

Jawaban Ivy membuat Zach merasa lega entah karena apa, namun Zach langsung mengalihkan hal tersebut.

“Saya dengar kepala kamu terbentur, jadi saya mengutus pengawal pribadi untukmu. Dia akan menjaga dan melayanimu mulai besok. Saya tidak ingin lagi ada berita yang tidak mengenakkan sehingga saya harus mengunjungi mansion ini.”

Ucap Zach ke intinya dan langsung pergi meninggalkan Ivy yang diam membeku setelah mendengar penuturan Zach.

Saat mendengar suara pintu tertutup baru Ivy sadar dari lamunannya.

“Astaga, ayahnya Ivy cukup menyeramkan…” Ivy mengelus dadanya pelan dan segera beranjak dari kursinya.

Saat ia berdiri, baru Ivy sadar akan sesuatu.

“Pengawal pribadi? Erland?” Batin Ivy menebak-nebak.

Lantas Ivy meloncat kegirangan di dalam ruang makan itu. Wajahnya terlihat sangat bahagia dan hatinya tidak sabar menanti sosok Erland yang dituliskan memiliki rasa cinta pada Ivy Ivory.

Namun saat suara pintu ruangan terbuka, Ivy langsung diam dan berusaha terlihat seanggun mungkin. Untung saja Myra yang membuka pintunya, entah apa jadinya jika orang lain yang membuka pintu itu.

Bisa malu jika ketahuan loncat-loncat seperti anak kecil tadi.

***

Zach Ivory tidak mengerti apa yang terjadi padanya saat mendapat kabar bahwa putri bungsu keluarga Ivory mengalami kecelakaan hingga kepalanya terbentur dan dikabarkan juga karena benturan tersebut akhirnya Ivy mengalami lupa ingatan.

Sebelum adanya acara sarapan bersama, entah mengapa Zach sudah merasa kehilangan sesuatu sehingga ia butuh melihat putri bungsu yang tidak pernah ia beri rasa kasih sayang itu.

Ia juga tidak mengerti apa yang merasuki dirinya ketika tiba-tiba ia memerintahkan prajurit terbaik dari pasukan keluarga Ivory untuk menjadi pengawal pribadi Ivy.

Zach benar-benar bingung, apakah ada yang salah dengan dirinya atau memang seharusnya begitu? Entahlah, ia sendiri tidak mengerti.

Namun saat melihat keadaan Ivy baik-baik saja saat sarapan bersama tadi membuatnya merasa bahagia dan lega tanpa Zach sadari.

Dan sebenarnya ia merasa sedikit tidak nyaman saat langsung meninggalkan Ivy setelah menyampaikan keputusannya bahwa Zach mengutus pengawal pribadi untuk putri bungsunya itu.

Tapi apa mau dikata jika ego Zach lebih besar daripada perasaannya.

Zach segera pergi ke ruangan kerjanya untuk mengalihkan pikiran, ia tidak ingin terlalu memusingkan perasaannya sendiri.

Sayang, saat memasuki ruang kerja, ia langsung disambut dengan surat yang berasal dari pria tua yang tidak ia sukai.

‘Sudah 16 tahun kau tidak menghampiriku bocah! Aku sangat merindukan cucu perempuanku itu, jangan bilang kau mengabaikannya selama aku tak ada! Andai aku bisa meninggalkan wilayah ini aku akan menghampiri cucu perempuan kesayanganku. Aku hanya mendapatkan kabar burung saja dan itupun berasal dari pelayan, tidak berasal darimu. Dasar bocah nakal, jika kau tidak membawa cucu perempuanku tahun ini, aku akan menjemputnya sendiri. Titik!’

Zach memijat pangkal hidungnya yang terasa berat. Ia lelah dengan kelakuan pria yang satu itu.

Tiap bulan pria tua itu akan mengirimkan surat yang rata-rata isinya sama. Namun isinya kali ini sedikit berbeda karena ia berkata akan menjemputnya sendiri.

Zach sungguh tidak habis pikir kenapa ayahnya itu sangat ingin bertemu putri bungsu yang menjadi penyebab istri tercintanya meninggal dunia.

Tidak, bukan seperti itu. Zach sebenarnya sadar Ivy tidak bersalah sama sekali, bahkan semuanya sudah menjadi takdir, mungkin hati kecil Zach masih belum menerima kenyataan itu meski sudah bertahun-tahun lamanya.

Tapi sepertinya Zach mulai menyadari sesuatu saat ia membaca kata-kata ‘mengabaikan’ di surat yang dikirim ayahnya itu kali ini.

Sudah berapa lama ia mengabaikan putri bungsunya? Ivy Ivory? Ini sudah ke 16 tahun kah? Apa iya sudah selama itu?

Zach tidak menyadarinya karena terlalu fokus dengan pekerjaan dan ia sengaja melakukan itu supaya tidak memikirkan putri bungsunya.

Setelah beberapa waktu ia berpikir… Cukup. Ini sudah terlalu lama baginya mengabaikan putri yang harusnya ia beri kasih sayang itu. Sudah waktunya untuk Zach melakukan apa yang harus ia lakukan.

Namun tanpa Zach sadari, ia sebenarnya sudah sangat terlambat, putrinya yang asli sudah tidak ada lagi. Andaikan ia menyesal dan meminta maaf-pun rasanya sia-sia.

Lalu? Apa yang akan dilakukan Zach setelah ini?

Ivy As an Extra Character? [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang