CH. 12

16.7K 1.5K 7
                                    

Beberapa hari telah berlalu semenjak Ivy menerima ingatan soal perlakuan Romero di masa lalu secara dadakan itu. Ivy masih mengingat bagaimana tangannya gemetaran akibat mendengar kata-kata yang Romero lontarkan di masa lalu.

Bukannya bagaimana, pasalnya Ivy Steinfeld hidup di lingkungan yang bahkan tidak ada kata-kata kasar pada kehidupan sebelumnya. Sehingga Ivy kaget saat menerima ingatan yang penuh akan kata-kata hinaan pada Ivy Ivory.

Sekarang, Ivy hanya menghela napasnya kasar seraya pergi menuju ke perpustakaan. Selama beberapa hari ini ia hanya mengurung dirinya di kamar untuk menyesuaikan diri kembali. Zach sempat mengunjungi Ivy karena ketidakhadiran Ivy saat makan malam, dan Zach sendiri memahami Ivy bahwa ia butuh waktu untuk sendiri. Ya meskipun begitu, Zach tetap mengunjungi Ivy tiap malam untuk memastikan keadaan Ivy baik baik saja.

Ketika Ivy memasuki perpustakaan, ia tidak melihat siapapun di sini, namun terdapat tumpukan buku soal politik yang terbuka di meja khusus membaca.

"Politik... Apakah Ayah sempat datang kemari? Atau justru..." Kata Ivy dengan suara kecil yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

"Ah sudahlah, aku ingin melanjutkan membaca buku tentang sihir saja." Batin Ivy tak peduli dan pergi mencari buku yang pernah ia baca beberapa waktu lalu.

Jika kalian masih ingat dengan buku berwarna biru navy dengan corak rumit serta warna emas yang menghiasi pinggiran sampul bukunya, itulah yang Ivy cari.

Sedangkan di sisi lain, Myra sedang pergi ke dapur untuk menyiapkan kudapan yang bisa Ivy konsumsi sambil membaca nanti.

"Oh, ini dia!" Seru Ivy senang ketika menemukan buku yang ia cari.

Spontan Ivy mengambilnya dan pergi ke tempat duduk yang ada di dekat jendela perpustakaan. Membaca dengan sinar matahari hangat yang menyinari kita seraya melihat pemandangan dari taman yang indah, bukankah itu tempat yang bagus untuk membaca?

Ivy segera mendudukkan dirinya dan lanjut membaca bukunya.

" ''Cara memeriksa jika kita memiliki sihir, coba untuk membayangkan sihir yang seperti serpihan cahaya yang berkumpul menjadi satu dan lihat pada telapak tanganmu. Jika terdapat bola cahaya yang kecil, maka kau memiliki kekuatan sihir.'' Eh? Maksudnya?" Ivy membaca kalimat itu berulang kali.

Setelah dirasa puas dalam memahami kalimatnya, Ivy melihat ke sekitar, mengedarkan pandangannya ke seluruh arah.

"Tidak ada orang... Haruskah kucoba?" Batin Ivy penasaran dengan tata cara memeriksa kekuatan sihir.

"Serpihan cahaya, serpihan cahaya..." Ivy membayangkan sesuatu sesuai dengan apa yang ia katakan, yaitu serpihan cahaya yang berkumpul menjadi bola cahaya.

Seketika Ivy merasakan adanya rasa hangat yang menjulur ke seluruh tubuh lalu berkumpul ke tangan kanannya yang sedang menengadah ke atas.

Saat Ivy membuka matanya, ia terkejut dengan apa yang ia lihat.

Bola cahaya berukuran kecil yang sedang melayang di telapak tangannya. Ivy juga bisa melihat adanya serpihan cahaya kecil yang menyerupai debu halus keluar dari telapak tangannya.

"Cantiknya..."

Baru saja Ivy mengagumi apa yang ia lihat namun tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar perpustakaan.

"EH.. EH! ADA ORANG! INI GIMANA??! CARA NGILANGINNYA GIMANA??!" Cicit Ivy panik seraya melihat bola cahaya dan pintu perpustakaan bergiliran.

Tiba-tiba sebuah ide muncul di pikiran Ivy, "Oh! Kalau dibayangkan serpihan cahayanya hilang bagaimana? Ugh, apapun itu harus kucoba!"

Ivy As an Extra Character? [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang