CH. 04

25.7K 2.2K 4
                                    

Ivy sedang berjalan menelusuri perpustakaan yang ada di mansion ini. Betapa terkejutnya dia saat melihat banyak sekali buku-buku yang tersusun rapi di rak-nya.

Lalu ia mencoba untuk mengambil salah satu buku yang menarik perhatiannya. Sampul buku itu berwarna biru navy dengan corak rumit serta warna emas yang menghiasi pinggiran sampul buku itu.

Tidak ada judul yang tertulis di bukunya, namun Ivy merasa kagum saat membuka buku bersampul biru navy itu.

Bukunya menjelaskan tentang sihir yang ada di dunia ini. Ivy tidak mengira bahwa ia akan menemukan penjelasan tentang sihir.

Tapi di sana dituliskan bahwa yang memiliki sihir hanya orang-orang tertentu, bahkan hanya ada 1 dari ratusan juta orang yang memilikinya.

Di buku itu juga dituliskan bagaimana caranya merasakan energi sihir dalam tubuh dengan cara-cara yang begitu rumit. Ivy tidak terlalu mengerti hal itu karena baru mengenalnya, biarlah ia pikirkan nanti.

Namun ada sesuatu yang menarik, magical beast. Tidak seperti sihir, magical beast bisa di cari di hutan yang memiliki energi sihir. Namun jarang sekali ada orang yang dapat memilikinya.

Meskipun magical beast adalah hewan yang memiliki energi sihir dan dapat dijadikan sebagai peliharaan atau penjaga pribadi, magical beast sendiri memiliki sifat pemilih.

Mereka tidak akan datang kepada siapapun jika tidak ada sesuatu yang menarik di dalam diri manusia itu.

Kecuali jika dapat memancing perhatiannya entah melewati apapun yang di sukai oleh magical beast, mungkin ada kesempatan untuk memilikinya.

Ivy menutup buku bersampul biru navy itu setelah selesai membaca keseluruhannya. Ia tersenyum tipis tatkala ia melihat banyak sekali buku yang bisa ia baca. Ia mengira saat memasuki dunia ini hobinya akan terhenti namun sepertinya tidak, Ivy suka sekali membaca.

Namun ia menghela napasnya pelan saat mencoba mengingat ingatan dari sosok Ivy Ivory yang jarang sekali membaca buku.

Memang benar bisa membaca dan menulis, namun keseharian Ivy Ivory dulu rata-rata hanya menghadiri pesta teh dari bangsawan lain dan mencoba untuk menarik perhatian keluarganya. Tidak ada hal lain lagi yang ia lakukan.

Pendidikan dalam kaum wanita pun hanya di ajarkan untuk mengerti tata krama, cara berdansa, merajut, dan beberapa kegiatan kewanitaan lainnya.

Meskipun Ivy Ivory sudah menyelesaikan itu semua, namun Ivy yang sekarang merasa hal itu sedikit membuang waktu karena tidak terlalu menarik bagi Ivy.

Baiklah, sepertinya sudah cukup baik untuk mengawali pagi hari Ivy dengan membaca buku. Akhirnya ia sedikit melupakan kebodohan yang Ivy perbuat kemarin.

Memuji terang-terangan dan melupakan sesaat seseorang yang penting seperti Zach Ivory sungguh membuatnya tak habis pikir. Untung urat malunya masih tersambung.

Tetapi hari ini Ivy akan bertemu dengan Erland, memikirkan hal itu sontak ia merasa tidak sabar untuk mengetahui bagaimana sosok seorang Erland.

"Kak Myra, boleh minta tolong?" Tanya Ivy seraya mengembalikan buku yang ia baca ke rak-nya kembali.

"Apapun nona... Sebutkan saja." Balas Myra dengan lembut.

"Hehehe, Ivy mau minum teh di taman, tapi Ivy takut merepotkan kak Myra." Ivy menyegir lucu seraya menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

Sedangkan Myra reflek mengelus puncak kepala Ivy dengan lembut.

"Tidak perlu sungkan nona, saya akan melakukan apapun untuk nona." Ucap Myra seraya tersenyum lembut.

Ivy As an Extra Character? [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang