Four : Some Hourglass, Someone With Eyeglasses

56 21 87
                                    

Hari senin kali ini dimulai dengan sedikit muram di kantor, tidak secerah biasanya. Hal ini dikarenakan istri salah satu seorang petinggi perusahaan dikabarkan meninggal pagi ini.


Waktu di dunia ini tidak berhenti meski satu nyawa telah pergi meninggalkan segala yang ada, itu terbukti dengan mereka yang masih harus lanjut bekerja meski baru pulang dari rumah duka.

Sementara Alea sendiri sedari tadi duduk di tempatnya belum menyentuh mouse sedikitpun. Gadis itu sibuk dengan pikirannya sembari memutar-mutar gantungan baru di tasnya berbentuk jam pasir.

Ia memang sedih mendengarkan kabar kematian ini, tetapi ada yang lebih mengganggu pikirannya dibandingkan kabar duka tersebut.

Sabtu kemarin, saat ia berolahraga bersama dengan Azzam. Lelaki berkacamata itu tidak sengaja menginjak gantungan kunci berbentuk jam pasir yang tergeletak dijalan. Jumlahnya cukup banyak ada sekitar sepuluh buah seukuran jari kelingking.

"Kok bisa sih gantungan kunci kaca gini berceceran dijalan." Azzam berjongkok untuk memunguti sisanya dan membersihkan serpihan kaca yang ia injak sebelumnya agar tidak melukai penggunaan jalan yang lain.

"Kaki lo gak apa-apa?" Alea lebih dulu memeriksa telapak kaki lelaki itu.

"Oh gak apa-apa, kan gue pake sepatu." Azzam lantas memperlihatkan telapak sepatu nya yang baik-baik saja. "Ini buang kemana ya? Gak ada tempat sampah limbah berbahaya."

"Kita bawa aja dulu. Nanti kalau ketemu baru dibuang."

Keduanya melanjutkan kegiatan olahraga dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan mereka tidak berbicara satu sama lain karena Alea terus memandangi gantungan berbentuk jam pasir itu.

"Lo tertarik?" Azzam memberikan satu pada Alea.

"Ini punya orang, Zam. Kalau di cariin gimana?"

Lelaki berkacamata itu tertawa pelan. "Dari awal kita berniat buat buang ini karena justru di buang sama yang punya. Kalau lo mau satu, ambil aja."

Seutas senyum terlukis di wajah Alea. Entah mengapa ia senang mendapatkan gantungan kunci itu. Padahal seingatnya ia tidak butuh gantungan kunci baru.

Tapi baiklah, Alea menerima nya dan terus menimang-nimang ditangannya selama sisa perjalanan olahraga nya bersama Azzam.

Kegiatan olahraga itu selesai dengan Azzam mengantarkan Alea pulang karena, tidak ada sarapan pagi bersama seperti yang dilakukan banyak geng lain ketika memutuskan untuk berolahraga bersama sebab Altaf dan Azura ternyata benar-benar 'lari' meninggalkan Alea dan Azzam berdua saja.

"Makasih udah nganterin gue"

"Sama-sama"

"Sorry juga"

"Buat cerita tentang film interstelar dan mesin waktu sepanjang jalan kesini"

Alea yakin sekali, ia belum pernah melihat orang lain selain Altaf yang tersenyum setulus Azzam tersenyum pagi itu. "Nggak apa-apa, gue seneng kok denger nya. Gue juga kebetulan punya ketertarikan tentang sains dan legenda urban yang sering di sangkut pautin sama penemuan mesin waktu"

U-turn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang