Five : The Story About Friend, Past, False

36 17 52
                                    

Pernah mendengar sepenggal kalimat yang berbunyi, semua orang bisa menjadi teman yang baik tetapi tidak semua teman baik itu bersedia meminjamkan telinga nya?

Alea seperti mengerti betul maksud dari kalimat tersebut. Ini tentang Azura, gadis kecil berpipi tirus dengan perawakan proposional yang memiliki rambut panjang lurus berwarna hitam legam itu memang teman yang baik, setia dan suport sistem terbaik yang pernah Alea memiliki setelah semua orang di hidupnya pergi.

Walaupun Alea mengerti juga mengerti kalau Azura mungkin juga sama bosannya seperti semua lelaki yang ia temui untuk mencari calon suaminya itu. Tetap saja rasanya sulit untuk bisa tidak sakit hati saat gadis itu pergi dengan alasan pekerjaan di tengah ia berkisah.

Ya meski bisa jadi alasan itu memang betul, lagi pula timing Alea bercerita memang tidak tepat. Mereka sedang di kantor, di tempat dimana mereka harusnya bekerja bukan membicarakan masalah pribadi yang sebenarnya itu-itu saja.

—ah udahlah, ini salah gue juga sih. Emang gue yang harus minta maaf.

Dirumah nya yang sepi itu, kini Alea duduk di sofa dengan bercahayakan lampu temaram. Tidak ada suara apapun selain detik jam dinding. Gadis itu sedang menimbang untuk menelpon siapa terlebih dulu.

Sampai kemudian ia teringat dengan seseorang yang membatalkan jadwal keluar nya untuk menemani Alea di kantin hingga jam pulang kerja.

"Halo, Pak Al"

Di seberang sana bosnya itu tertawa pelan. "Ini udah diluar jam kerja, Al. Gak perlu lo panggil pake pak lagi. Ada apa? Gak biasa banget lo telpon gue duluan."

"Mau minta maaf"

"Hah?"

"Iya, saya mau minta maaf, Pak karena tadi saya kerja gak profesional sampe bolos dua jam kerja dan ganggu jadwal kerja bapak. Kedepannya itu tidak akan terjadi lagi. Saya janji."

"Hah?"

"Hah heh hah heh mulu lo ah! Gue lagi minta maaf ke bos gue, Al. Tolong mengertilah."

Diseberang sana sekali lagi, Altaf tertawa sebelum kemudian berdehem pelan. Intonasi suaranya pasti akan berubah. "Baik Alea, saya terima permintaan maafnya. Kedepannya saya juga minta tolong untuk jangan terlalu membawa masalah pribadi ke kantor ya."

Terdengar Altaf menghela nafas sejenak, hal itu membuat Alea tetap diam. Bosnya belum selesai bicara. "Karena gue temen lo, Al. Makanya gue gak bisa fokus kerja kalau lo kayak gitu. Mau di pecat karena gak bikin gue gak profesional, tapi lo aset perusahaan. Bisa abis gue sama bokap. Jadi gue minta tolong banget nih, sebagai teman dan sebagai bos ya."

"Iya, iya."

"Yaudah bukain pintu sekarang. Dingin tau diluar."

"Kan gue udah bilang nanti minta maafnya! Lo emang gak pernah dengerin gue ya"

Alea dapat mendengar suara Azura di sebelah Altaf. "Hah bukain pintu maksud lo—"

"Ah lama lo mah"

Terdengar bunyi bel berkali-kali. "Aleaaaaaa udah kek telponan sama Altafnya. Bukain pintu biarin kita masuk! Ngobrol nya nanti aja!"

Nah kan, tidak ada angin di tidak hujan. Setelah apa dilakukan kedua temannya itu tadi. Kini lihat apa yang sedang terjadi.

Baiklah, keduanya temannya ini terlalu gemas. Alea akan terima kali ini jika Azura kembali pura-pura tidur lagi saat ia bercerita.

.

Alea menyukai burger double cheese, pizza hawai dengan buah nanas sebagai toping dan es teh manis. Sebuah perpaduan yang tidak apik bukan? Meski begitu kedua temannya tidak keberatan akan hal itu.

U-turn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang