Two : Time And Pain

72 29 48
                                    

"Aleaaaaaaa!" Panggil Azura dari ujung parkiran sembari berlari. Hal itu membuat gadis berambut panjang itu berbalik, ia sudah tahu apa yang membuat temannya sedemikian bersemangat.

"Gimana-gimana? Buruan cerita!" Alih-alih lekas bercerita Alea justru merentangkan kelima jarinya, ia menghitung satu persatu hingga akhirnya bos yang sudah kehilangan wibawa nya itu tiba.

"Aleaaaaaaa!" Altaf berlari menghampiri kedua temannya dan di saat yang sama membuat Azura melebarkan mulutnya.

Setibanya Altaf, Azura lebih dulu memukul Altaf. "Lo tuh kalo di kantor wibawa di pake dikit kek! Kalo anak buah lo liat gimana?!"

"Sakit, Ra, lo gak ada sopan-sopannya sama bos sendiri. Lagian ini masih pagi belum ada yang dateng. —Skip." Altaf segera beralih pada Alea. "Gimana acara pertemuan sama calon suami lo kemarin? Baguskan pilihan gue?!"

Satu gelengan kepala sudah menjawab pertanyaan kedua temannya.

"Kenapa lagi kali ini? Terakhir kali juga lo diputusin, kirain kalau gak pacaran bakal berjalan lancar upaya lo mencari suami ini."

Azura tampak prihatin sementara Altaf melebarkan matanya karena terkejut sendiri dengan gagasan yang ada dikepalanya.

"Hah? Jangan bilang lo!"

Alea tersenyum hambar, menandakan apa yang dipikirkan Altaf bener adanya. Azura melihat kedua temannya secara bergantian. "Apa? Gue gak ngerti! Apa woy?!"

"Aduh Alea! Kan gue udah bilang gak semua orang suka lo ajak ngomong tentang khayalan lo sama mesin waktu itu."

"Tapi kan itu bisa bantu gue nilai perspektif dia tentang masa lalu, masa depan, dan waktu. Gue gak mau ah sama orang yang suka mubazirin waktu!"

"Itu bener, tapi kalo tiap hari, Al? Ini karena kita teman lo aja. Nih si Zura aja sering pura-pura kabur yang katanya sahabat sehidup semati kalau lo udah bahas-bahas itu."

Pandangan Altaf dan Alea kini terfokus pada Azura yang tersenyum polos, seolah tidak ada yang salah dengan pilihan nya meninggilkan Alea yang sedang membicarakan mesin waktu.

"Sorry Al, Altaf bener sih kali ini. Jujur deh, gue sendiri kadang bosen dengerin lo ngomongin ituuuu mulu meski gue tau alesannya kenapa lo pengen balik terus ke masa lalu."

"Kan" satu kata khas orang Indonesia untuk menyalahkan keputusan yang keliru diambil. Yang kini terucap dari mulut Altaf itu seperti tamparan mutlak pada Alea. Namun gadis itu tidak kehabisan akal untuk membantah.

"Ah itu sih dia nya aja yang egois—"

"Hey!"

"Yang egois itu siapa sih sebenernya?"

"—ya dia lah, liat di drama Attorney woo, Jun Ho mau aja kok di ajak ngomongin paus tiap hari meski gue yakin dia bosen. Tapi kan dia sesuka itu sama Woo young Woo jadinya dia bersedia. Kalo cowok-cowok yang kemarin tuh—"

"Itu drama Alea! Fiksi!" Kali ini Azura dan Altaf berseru bersamaan hingga membuat orang-orang yang hendak masuk kantor memusatkan perhatian pada mereka.

Orang-orang itu pasti sekarang sedang berfikir apa yang dilakukan wakil direktur, kepala divisi marketing dan manajer divisi IT itu berkumpul, apakah akan ada kerjaan tambahan hari ini? Atau rapat dadakan? Mereka tidak tahu saja ini sedang membahas perkara jodoh di realita dan ekspektasi jodoh.

U-turn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang