Seven : A Day In The Past

25 11 57
                                    

Untuk membuktikan ini hanya mimpi yang terlewat nyata yang orang-orang sebut, lucid dream— atau Alea sungguh berhasil kembali ke masa lalu dengan cara yang belum bisa ia temukan—Alea memutuskan untuk mulai merekam video pengakuan dirinya dengan kamera merek jadul yang gadis itu miliki hadiah dari ayah ibunya tahun lalu.

Hal ini ia lakukan, agar saat ia tiba-tiba kembali ke masa depan. Dirinya bisa mencari file rekaman ini di masa depan dan menjadi bukti nyata bahwa dirinya memang kembali ke masa lalu. Karena meski sudah sepuluh tahun berlalu, kamera itu tetap berfungsi dengan baik dan di masa depan kamera tersebut tersimpan rapih di lemari penyimpanan di kamar Alea

"Take satu." Alea duduk di depan kamera di sebuah taman sebelum sampai ke sekolah. "Hai, gue Alea. Ini rekaman pertama gue di masa lalu. Kemarin usia gue dua puluh tujuh tahun, hari ini usia gue tujuh belas tahun dan pake seragam SMA. Alea di masa depan, kalau lo liat video ini kelak. Ini bukan lo halu atau salah ingatan. Lo beneran Kembali ke masa lalu woy!"

Selesai merekam video pengakuan, Alea segera melanjutkan perjalan menuju sekolahnya yang kurang dari seratus meter itu dengan berlari. Meski sering berangkat dengan ayahnya dari rumah, Alea selalu minta turun di taman yang berjarak seratus meter dari sekolah. Alasannya karena ia ingin menikmati berjalan di alam sekitar sebelum sumpek seharian karena pelajaran nanti. Dan itu tetap tidak berubah meski Alea kembali dari sepuluh tahun di masa depan.

Kini gadis itu berlarian menuju sekolah karena hampir terlambat, rupanya di hari pertama kembali ke masa lalu bukan hanya tidak merubah kebiasaan Alea berjalan-jalan melewati taman tetapi juga kebiasaan terlambatnya.

Ketika sampai ke sekolah, masuk ke dalam kelas. Semuanya benar-benar sama seperti yang di ingatan nya.

Melihat Azura dengan membaca buku dan di ganggu oleh Altaf sehingga gadis yang masih mengikat rambutnya dengan gaya braids itu mengamuk.

Dan oh—mata Alea tertuju pada seseorang yang sedang membaca buku di sebelah Altaf— ternyata Altaf benar, lelaki berkacamata yang ia temui di taman dan ia ajak berkenalan dengan gampangnya sabtu lalu itu rupanya benar-benar teman sebangku altaf—teman SMAnya.

Alea mengamati sejenak dari kejauhan. Tidak ada yang berbeda dari Azzam di masa depan dan Azzam masa SMA selain bingkai kacamata yang lelaki itu gunakan. Kini Azzam menggunakan bingkai kacamata lebih tebal seperti anak SMA pada jaman itu.

"Hai semuanya"

Alea akhirnya menghampiri dan menyapa ke tiga orang yang sudah lebih dulu duduk itu.

"Aduh Al, Al, lo tuh kapan sih gak telat! Untung bu Asri masuknya diundur loh."

"Kali ini gue setuju sama Zura. Lo tuh rumahnya gak jauh-jauh banget dari sini tau. Hadeuh cape gue—"

"—ngarang alesan buat nyelamatin lo dari guru yang patroli pagi." Alea mengucap kan kelanjutan kalimat yang sama dengan Altaf sehingga mata lelaki itu terbelalak. Bagaimana bisa Alea menebak apa yang dipikirkannya.

Sementara Alea hanya menggidikkan bahunya sembari tersenyum, jelas saja dirinya bisa menebak kalimat itu. Alea ingat betul hari pertama Altaf memarahinya dengan perkataan itu, ia tidak menyangka inilah hari pertama itu. 

Gadis itu menyimpan tasnya dipinggir meja, lalu duduk di sebelah Azura. Ia berbalik ke belakang menatap Azzam yang bekumt bicara sepatah katapun, ia hanya tersenyum melihat keributan yang ada. Sekali lagi Alea menatap Azzam dengan seksama. Benar, ini Azzam yang ia anggap orang asing sebelum nya.

—bisa-bisanya gue lupa manusia rupawan ini.

"Hai, Zam"

"Hai, Al" lelaki itu mengangkat kepalanya dan menatap Alea dengan takzim.

U-turn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang