Nine : Back To The Future Everything Has Change

24 3 0
                                    

Alea terbangun karena hentakkan keras yang terasa begitu menyakitkan di dadanya. Apa yang baru saja terjadi hingga terasa begitu mengejutkan? Alea mengambil posisi duduk untuk mengatur nafas.

Tunggu dulu— Alea melihat ke sekeliling. Kini ia berada di kamar apartemennya, bukan lagi rumah masa kecilnya. Gadis itu melihat ke seluruh tubuhnya yang bukan lagi mengenakan kaos berwarna biru langit dan celana kuning kotak-kotak yang ia gunakan kemarin malam sebelum tidur. Kini mengenakan kaos hitam dan celana olahraga berwarna abu-abu—baju yang ia gunakan tempo hari sebelum dirinya terbawa ke masa lalu.

Ini di udah dimasa depan—seketika Alea melupakan soal kegiatan menenangkan diri yang hendak ia lakukan, ia segera bergegas menuju lemari penyimpanan dan meraih kamera jadulnya yang benar saja masih tersimpan dengan baik.

Dengan tidak sabaran Alea berusaha mencari video yang dirinya rekam selama kembali ke masa lalu hingga — "ketemu!"

Dilihatnya dengan seksama, video yang hanya menampilkan wajahnya saja. Benar itu wajah Alea yang sekarang, ternyata berbeda sekali dengan wajah Alea saat masa SMA yang sebenarnya saat dibanding dengan foto kelulusan SMA yang terpajang tepat disisi kanannya.

Ini menjadi bukti yang lebih kontrit dari hasil pembicaraan dengan Azzam siang itu. Ia benar-benar bisa kembali ke masa lalu, tapi apa yang membuatnya tiba-tiba kembali ke masa depan sekarang?

"—jam pasir itu kunci perjalanan waktu. Dan waktu dimasa lalu yang dituju adalah saat-saat yang paling lo rindukan."

"Gue gak rindu banget sama kehidupan masa depan gue sih, tapi gue pengen cepetan bisa ke masa depan lagi karena—"

Alea terdiam sebentar, berusaha mengingat apa yang baru saja terjadi.
"—Altaf! Iya gue pengen banget ke masa depan lagi karena gue pengen tau keadaan Altaf dimasa depan."

Gadis itu segera meraih ponselnya, hendak menghubungi Altaf. Tidak butuh waktu lama hingga sambungan telepon itu diterima.

"Ada apa lo ngehubungin gue jam segini?" Alea menghela nafas demi mendengar suara berat itu, berarti Altaf masih hidup dimasa kini. Kecelakaan itu tidak merenggut nyawanya.

"Lo baik-baik aja, Al?"

Alea mendengar Altaf berdehem di seberang sana. Gadis itu cepat-cepat mengecek jam yang rupanya pukul dua pagi. Jelas saja Altaf masih tertidur.

"Ada juga gue yang tanya, lo baik-baik aja? Gak biasanya banget telpon dini hari kayak gini." Suara Altaf terdengar serak, ia terbangun karena Alea meneleponnya.

"Oh itu hehe, gue tiba-tiba khawatir aja sama lo."

Altaf tertawa pelan. "Gue baik Al, gak ada yang perlu lo khawatirin."

"Okey deh, yaudah lo lanjut tidur sana. Maaf ganggu lo, sampe ketemu di kantor nanti."

"Hem, lo juga. Selamat malam Al"

Tanpa perlu membalas ucapan selamat malam dari Altaf, Alea sudah memutuskan sambungan telpon. Hatinya kini terasa lebih lega.

Setidaknya malam ini, Alea belum benar-benar mengingat apa yang telah terjadi sepuluh tahun terakhir.

Kejutan menyakitkan itu telah menantinya bahkan sebelum Alea mendapatkan persetujuan bersediakah ia menerima nya.

.

Suasana kantor pagi tidak banyak berubah meski tidak ia tapakkin ubin besar berwarna putih itu selama hampir sepuluh hari—semua masih sama persis seperti yang Alea ingat.

Orang-orang masih setia menyapa nya dengan ramah, sesekali ada yang membahas tentang produk terbaru perusahaan yang laris dipasaran berkat andil kerja keras Alea dan tim.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

U-turn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang