Revenge (Part 4)

24 1 6
                                    

Mendengar perkataan Julian, sontak membuat semua siswi kaget, bahkan tak sedikit siswa yang terkejut mendengarnya. Julian menghampiri Andreas yang tertunduk, ia melihat jika perasaan Andreas sedang berkecamuk. Marah, kesal, sedih, geram, entah apa yang sedang ia rasakan menjadi pikiran Julian. Ia pun menepuk bahu Andreas dan mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja. Rizal yang berusaha untuk tenang menjadi geram mendengar balasan dari Andreas. Bagaimana tidak, Andreas yang tampak sangat mengenaskan itu masih bisa memberikan respon yang mengejutkan semua yang ada di kelas itu.

"Lo gila ya Ndre! gimana bisa lo bilang ini cuma salah paham?!"  ucap Rizal kesal

"Hey Ndre, aku tau kamu itu orang yang tegas, sebelumnya aku ngga mau ikut campur urusan ini, tapi setelah menyaksikan apa yang udah terjadi di sekolah ini, dan juga pada orangtuamu aku ikutan kesel loh Ndre!"  ucap seorang siswi

"Ya, karena aku udah gak mau memperpanjang masalah ini lagi, maafkan aku semuanya, aku bukanlah ketua kelas yang baik. Justru karena kecerobohanku untuk menyusut kasus ini, kalian jadi ikut terseret"  ucap Andreas tertunduk

"Gak... Gak boleh! Lo jangan buat malu kita-kita ya Ndre! Cowok macam apa lo kalo nyerah gini aja, setelah kejadian ini mata gue jadi makin terbuka, gue bakal bantu lo selesaikan masalah ini!"  ucap salah satu siswa

"Betul itu, kalo perlu papaku bisa jadi pengacaramu buat tuntasin masalah ini, Ndre!"  balas siswa lainnya

"Ndre, lo gak liat mereka semua ngedukung lo, ayo dong semangat"  ucap Rizal

"Ehm, sepertinya Andreas Erwanto sudah tidak peduli dengan Ibu Maya ya?"  ucap Julian

Andreas tertegun dan terheran mendengar perkataan Julian. Ia pun menanyakan kenapa Julian bisa berkata demikian. Julian menjelaskan jika Ibu Maya akan dirundung rasa bersalah sepanjang hidupnya jika kasus kematian orang tua Andreas masih belum terpecahkan. Seketika Andreas tertunduk dan menangis. Ia merasa sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi, ditambah lagi ia merasa akan sangat menyesal jika membuat Ibu Maya tidak bisa menunaikan janjinya. Namun di sisi lain, ia masih memikirkan jika kasus ini dilanjutkan maka akan menyeret banyak pihak lagi, dan ia tak mau hal itu terjadi.

Sementara itu, kondisi Reza sudah dipastikan membaik dan ia pun dimasukkan kedalam sel biasa bersama dengan Arga. Arga menceritakan banyak hal yang ia sesali semasa ia mempercayai Ibu Rossa. Dia sama sekali tak mengira jika akan dijerumuskan oleh Ibu kandungnya sendiri serta mengorbankan orang lain yang kini menjadi orang yang mendukungnya.

"Aku heran denganmu, bisa-bisanya kau mendukung orang yang sudah jelas-jelas membuatmu masuk kesini"  ucap Arga

"Ya, tiap orang pasti punya sisi kelam kan? tapi aku yakin selagi matahari masih bisa bersinar ya itu tandanya kita masih bisa membuat hidup kita lebih terang"  ucap Reza sembari memberi senyum kecilnya

"Wahh jujur aku malu banget, semenjak terkena kasus ini, aku tau apa itu arti sahabat sejati. Bahkan di kondisimu yang sempat drop, mereka masih saja datang dan memberi dukungan padamu"  ucap Arga tertunduk

"Sudahlah Ga, lupakan itu semua, sekarang kita fokus saja untuk membenahi diri kita beberapa tahun kedepan" ujar Reza

"Saudara Argasatya dan Rezadian, ada seseorang yang ingin bertemu kalian. Silakan keluar" ucap salah satu polisi

"Maaf, Ibu ini siapa ya? dan ada perlu apa ingin bertemu kami?"  tanya Reza

"Arga, Reza... saya Ibu Maya. Ibu dari Julian dan Rizal"  jawab Ibu Maya

"Apa maksud kedatangan Ibu kesini? Untuk memberikan bukti baru dan memperpanjang hukuman kami? Cihh baiklah aku terima itu!!"  ucap Arga

"Ehh tenang, Ibu sudah dengar semua dari Andre. Maksud kedatangan Ibu kesini hanya untuk memastikan jika kalian baik-baik saja"  jelas Ibu Maya

JUST TELL ME THE TRUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang