Chapter 4: Solving the Cases

30 4 6
                                    

Setibanya di Rumah Sakit, mengikuti alamat kamar baru Andreas yang diberitahukan oleh Vano, Rizal dan Julian akhirnya menemukan kamar barunya Andreas. Vano pun menyambut kedatangan mereka seperti biasanya. Tak lama berselang, Julian terlihat berbisik dengan Vano. Rizal menanyakan hal apa yang sedang dibicarakan, Julian pun menjelaskan jika ia sudah tidak punya waktu lama untuk tinggal disini dan ia segera memanggil beberapa tukang yang akan merenovasi rumah Andreas. Andreas menolaknya dengan alasan hal itu tak seharusnya dilakukan oleh Julian. Namun Julian tetap dengan pendiriannya untuk melakukan itu dan berkata jika ini adalah bentuk hadiah sebelum dia pergi. Tak terasa air mata Andreas pun menetes dan membasahi sprei kasurnya.

"Ehh Ndre, lo kok nangis?? Apa masih sakit?" tanya Rizal dengan nada sedikit panik

"Nggak Zal, aku cuma terharu, kenapa kalian baik banget sama aku, apalagi saudaramu itu, kita bahkan belum pernah kenal dekat sebelumnya, tapi dia membawa Vano untuk menjagaku, dan sekarang malah ingin membenahi rumahku" ucap Andreas sambil menghapus air matanya

"Lian emang gitu Ndre, dia orangnya mudah simpati dengan orang lain, yaa walau agak ngeselin sih, tapi jujur gue juga belum siap kalo dia harus pergi" ucap Rizal

"Sudahlah, sekarang lebih baik kau fokuskan saja untuk dirimu dulu Andreas, karena dengan begitu aku bisa tenang meninggalkan adikku jika kau bersamanya" ucap Julian

"Benar sekali Tuan Muda, Andreas juga banyak cerita kepada saya jika dia dan Adik Tuan Muda sudah dekat, walaupun sering bertengkar ringan karena mulutnya Adik Tuan Muda itu" ujar Vano sambil menahan tawa

"Heh Stevano! emangnya mulut gue kenapa? Lagian lo juga Ndre, ngapain coba pake bilangin kita sering gelud" ucap Rizal dengan nada sedikit tinggi

Seketika Andreas teringat dengan ayah dan ibunya yang membuat tangisnya makin tak terbendung. Julian dan Rizal mulai panik karena khawatir jika si Andreas menahan sakitnya dan tak mau cerita. Kemudian Vano memanggil perawat untuk mengecek kondisi Andreas. Perawat mengatakan tak ada yang perlu dikhawatirkan karena Andreas memang tidak ada apa-apa, itu hanya tangis biasa sebagai luapan emosi yang dikeluarkan Andreas.

Tiba-tiba HP Julian berbunyi dan bergegas keluar ruangan untuk menerima panggilan itu. Tak lama setelah itu, Julian berkata jika ia harus pergi ke suatu tempat untuk membeli keperluannya. Setelah berpamitan, Julian pun pergi dari Rumah Sakit itu. Entah kenapa Rizal mulai merasa tak tenang, dia seperti merasa jika Julian sedang dalam kondisi yang tidak aman sekarang, namun perasaan itu dia bendung agar tetap terlihat tenang di depan Andreas.

Dalam perjalanan, tangis Julian kembali pecah karena mengingat semua momen bersama adiknya yang selama 8 tahun terpisah karena perceraian kedua orang tua mereka. Julian merasa berat hati ingin meninggalkan Rizal, namun karena paksaan dari ayahnya dan Julian juga pemegang posisi penting di perusahaan ayahnya, ia pun harus merelakan itu. Tiba-tiba di perjalanan, lagi-lagi karena tidak fokus berkendara, Julian kembali menyenggol seseorang.

"Hey, maaf, apa kau tak apa-apa?" tanya Julian cemas

Pria tersebut pun menjawab jika ia baik-baik saja. Julian kembali menanyakan hendak kemana pria itu, dan ia pun menjawab jika ia harus segera pulang karena baru saja terlibat sebuah kasus besar. Sebagai penebus rasa bersalahnya, Julian pun menawarkan tumpangan untuk mengantar pria tersebut ke tujuan yang ia mau. Sepanjang perjalanan, pria tersebut menyesali perbuatannya karena telah membahayakan nyawa seseorang sampai terucap sebuah kalimat dari mulut pria itu yang membuat Julian terkejut dan tertegun sejenak.

"Andreas Erwanto... dia hanya beruntung dalam hal ini" ucap pria tersebut dengan nada kesal

Julian mulai kepikiran pasca mendengar kalimat tersebut. Bagaimana tidak, Andreas sudah mengaku jika Reza pelakunya namun pria yang ditemuinya ini justru menginginkan Andreas tidak selamat, sampai akhirnya Julian berhasil mendapatkan benang merah dari semua cerita yang dikatakan pria itu. Sesampainya di tujuan, Pria tersebut mengucapkan terima kasih dan langsung pergi dengan tergesa-gesa. Kecurigaan Julian semakin tinggi, namun di satu sisi dia sangat sedih karena harus meninggalkan Rizal adiknya.

JUST TELL ME THE TRUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang