Found the Truth

18 1 4
                                    

"kamu kenapa bisa tau rumah ini Lian? perasaan tadi ga ada yang buntutin mama deh" tanya Ibu Maya heran

"Hehehe, aku tau dari Vano ma, waktu itu dia sempet ngobrol dengan Arga dan ngebahas soal Pak Hendrik ini" jelas Julian

"Oh ya? Lalu apa saja yang kalian bahas dengannya Nak?" tanya Pak Hendrik lembut

Julian menuturkan jika Arga sangat menyesali perbuatannya dan berulang kali menunjukkan raut wajah penuh kecewa dengan sesekali menonjok tembok atau menggebrak meja. Mendengar hal tersebut Pak Hendrik langsung tertunduk dan mengatakan bahwa ia juga merasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan Arga dari Rossa. Ibu Maya pun menambahkan jika baru saja ia menemui Arga dan menyampaikan jika anaknya baik-baik saja, mendengar hal tersebut muncullah senyum kecil di bibir Pak Hendrik

"Syukurlah jika dia baik-baik saja, dan kalau Ibu tidak keberatan apakah besok Ibu dan Nak Julian menemani saya untuk menemui Arga?" pinta Pak Hendrik

"Dengan senang hati Pak, aku akan menemanimu. Besok jam 9 pagi aku akan kesini" jawab Julian semangat

"Oh iya Pak, maaf sebelumnya tadi Arga sempat mengatakan jika Ibu Rossa mempunyai phobia* akan suatu hal, apakah itu benar?" tanya Ibu Maya penasaran
*phobia : rasa takut akan sesuatu hal yang sangat tinggi (misal; ketinggian, kedalaman, binatang, atau yang lainnya tergantung kondisi fisik dan psikis penderitanya).

"Iya, seingat saya Rossa itu tidak memiliki phobia yang berlebihan. Tapi saya pernah lihat dia ketakutan saat bertemu dengan nenek tua yang selalu lewat di depan rumah kami dulu. Tapi saya kurang tahu kemana nenek tua itu sekarang"  tutur Pak Hendrik

"Ma, aku rasa kita bisa libatkan Rizal soal ini"  ucap Julian

"Rizal?? Nggak nggak... anak itu bisa saja membuat rencana aneh dalam versinya sendiri" ucap Ibu Maya

"Tapi Ma, waktu mama buat skenario kematian Andreas, Rizal menawarkanku rencananya dan itu berhasil mengalihkan dia, yaa walaupun akhirnya rencana itu yang menggagalkan rencana Mama dan Andre hehe"  jelas Julian

Mengingat hari yang sudah semakin gelap, Julian pun memutuskan untuk pulang dan berpamitan dengan Pak Hendrik sembari memberikan beliau sedikit makanan. Di sisi lain, Rizal meminta Andreas untuk tinggal bersamanya dalam beberapa waktu karena khawatir jika Ibu Rossa akan mengirim sesuatu yang akan mencelakainya. Dengan terpaksa, Andreas pun menuruti kemauan Rizal. Rizal pun menelpon Vano untuk mengambil barang-barang Andreas di rumahnya. Namun sesampainya di Rumah Andreas, Vano mendapati sesuatu yang cukup menyita perhatiannya beberapa saat.

"Siapa wanita tua itu? apa yang dia lakukan di rumah Andreas? apa aku tanya aja ya? semoga saja tidak terjadi apa-apa padaku"  ucap Vano pelan dari dalam mobil

Melihat kedatangan Vano, wanita tua itu sontak berdiri dengan tatapan tajam seakan ingin menyerang Vano. Namun dengan tenang, Vano menjelaskan maksud kedatangannya ke rumah Andreas.

"Julian?? Siapa dia? saya tidak kenal Julian?" ucap wanita tua tersebut

"Maafkan saya Nek jika kehadiran saya mengejutkan anda, saya hanya ingin mengambil barang-barang Andreas"  jelas Vano perlahan

"Andreas?? cucuku... d...dd dimana dia???"  tanya wanita tua tersebut

"A..apakah anda ini neneknya Andreas? b..b.bagaimana bisa??"  ucap Vano kaget

"Benar anak muda, saya Hartati ibu dari Erwanto, papanya Andreas. Saya berulang kali lewat sini berharap bisa bertemu cucu saya, namun nihil hasilnya. Entah dimana dia sekarang, saya menemukan rumah ini dalam renovasi beberapa waktu lalu, dan masih saja saya tidak menemui cucu saya itu"  jelas Nek Hartati

JUST TELL ME THE TRUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang