Satu

7.4K 113 3
                                    

Hai Salmonocean..
Aku menulis ini karena gemes banget sama mereka
Hanya fiksi ya. Bukan real. Visual boleh siapa aja..

Let's make some story..

****

"Salma, cepet turun sayang. Makanannya keburu dingin." Suara seorang Ibu yang memanggilnya dari arah dapur dengan frekuensi suara yang bisa mencapai kamarnya di lantai atas.

Salma membuka sedikit pintu kamarnya, memunculkan kepalanya sedikit untuk menjawab pertanyaan mamanya, "Iya Mom. 5 menit lagi. Masih pasang kerudung."

Setelah melihat penampilan di cermin dan merasa puas, dia mengambil ransel hitam kesayangannya kemudian membuka pintu kamarnya yang berwarna ungu itu. Pintu berwarna ungu itu ditutupnya rapat dan segera bergegas menuruni satu-persatu anak tangga. Dia duduk dan melengkapi kursi kosong di ruang makan.

"Kuliah jam berapa kamu baru selesai siap-siap?" Tanya seorang laki-laki bertubuh atletis, tampan dan rapi memakai jas hitam. Dia adalah kakak pertamanya dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya bernama Wandy Adi Ningrat. Dia duduk di sebrang Salma. Wandy adalah pengganti Ayah baginya karena Ayahnya meninggal saat dia berusia 10 Tahun karena penyakit jantung.

"Jam sembilan sih Kak. Cuma janjian sama Nabila berangkat lebih awal buat cari kelas." Jawabnya sambil mencomot dua lapis roti yang berlapis selai cokelat kesukaannya.

"Inget ya Ca yang serius kuliahnya. Kuliah seni itu susah-susah gampang." Ucap mamanya sambil menyodorkan tisu ke depan Salma.

"Iya Mama aku pasti serius."

"Caca kan nggak punya cowok Ma. Jadi dia pasti maksimal kuliahnya." Lanjut Kevin Adi Ningrat,  Kakak kedua Salma yang sifat jailnya sangat mendarah daging.

"Apaan sih"

"Mau bareng gue berangkat kuliahnya?"

Salma menoleh ke arah Kevin. Tumben amat, batinnya. Salma dan Kevin memang jarang akur. Mungkin karena jarak usia keduanya hanya terpaut 1 tahun. Wajahnya pun mirip sampai dibilang kembar. Dimanapun mereka bersama pasti akan bertengkar.

"Serius lo Kak? Kampus kita kan beda arah. Ntar lo telat lagi." Salma meraih segelas susu di depannya.

"Iya buruan. Gue anter tapi pakek mobil lo ya. Bensin gue abis hehe." Kevin tertawa sambil berdiri dari kursinya.

Salma menghela nafas panjang mendengar ucapan kakaknya itu, "Kan bener suka manfaatin adeknya. Untung kakak, kalau adek udah gue sambit pakek piring."

"Salma, kok ngomong gitu sih. Nggak suka ah Mama. Kevin masih Kakak kamu meskipun umur kalian cuma beda 1 tahun." Ujar Mamanya, yang duduk di samping Wandy. Sedangkan Wandy hanya tersenyum melihat tingkah absurd kedua adiknya.

"Hmm Maaf Ma. Abisnya Kak Pipin suka iseng. Aku berangkat dulu ya Ma. Kak Wandy yang terhormat mungkin ada tambahan uang saku untuk adek paling cantik." Salma membungkuk  ke arah Wandy.

"Sebelum adekku yang cantik ini minta udah kakak transfer. Kamu cek mbanking."

"Oh my god, makasih Kakakku. Kenapa sifat Kak Kevin nggak ada sedikitpun mirip Kak Wandy. Mama salah ngidam pasti."

"Dih rasis lo. Gue lebih populer daripada Kak Wandy." Ujar Kevin dari arah pintu.

"Nanti aku pulang bareng Nabila ya Ma." Jawabnya sambil mencium tangan Wandy dan Mamanya.

FOREVER WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang