Harusnya Kau Pilih Aku

1.2K 64 1
                                    

~Kau, harusnya memilih aku
Yang lebih mampu, menyayangi mu,
Berada di sampingmu
Kau, harusnya memilih aku
Tinggalkan dia, lupakan dia, datanglah kepadaku
Terry~

Sejak tadi Rony mencoba menghubungi Salma. Rencananya dia akan memberitahu soal Didan malam ini. Nabila dan Paul juga sepakat untuk bertemu di rumah Salma malam ini.

"Dek buka pintunya Dek cepetan." Ujar Mamanya yang sedang mengetok Pintu kamarnya.

Salma beranjak dari kasurnya kemudian membuka pintu, "Kenapa Ma?"

"Itu ada Rony di bawah. Kalian udah baikan ya?"

Salma segera mengambil kerudungnya. Dia melihat wajahnya sejenak di kaca. Takutnya ada bekas bantal karena dia tadi tertidur sebelum Mamanya menggedor pintu cukup intens.

"Kenapa Ma? Rony cocok nggak sama aku?"

"Loh iya dong. Mama Rony sama Mama masih sering ketemu di arisan kok. Suka banget Mama kalau kamu nikah sama dia."

"Ya ampun Ma. Jauh banget mikir Nikah. Aku mau selesaiin kuliah dulu. Mau jadi penyanyi kalau bisa sih."

"Ya Mama doain yang terbaik buat kamu sama Rony. Buruan dia nunggu sendirian."

Akhirnya Salma menghampiri Rony yang duduk di teras samping rumah Salma.

"Maaf lama Ron."

"Iya. Paul Nabila masih di jalan. 10 menit lagi nyampek." Rony terlihat gugup karena ini pertama kalinya dia ke rumah Salma sejak 2 Tahun yang lalu.

"Maaf Tante ganggu ya, ini kopi susunya Ron. Kamu masih suka kopi susun kan?"

"Eh Tante, ngerepotin jadinya. Masih suka Tante. Ini juga kue bikinan Tante masih enak banget rasanya. Udah lama banget Rony nggak makan ini."

Ucapan Rony membuat Salma sedikit terkejut. Bisa-bisanya bahas kue Mamanya. Ada rasa bersyukur di hatinya kalau Rony kembali di sampingnya.

"Iya Ron habisin. Kevin nggak ada di rumah juga. Tante masuk dulu ya."

Rony tersenyum sambil mengangguk. Dia menikmati brownies cokelat yang terasa sangat enak. Dia melihat ke arah Salma yang sedang melamun menatapnya.

"Sal? Kenapa?" Rony menghentikan kunyahannya.

"Eh nggak. Kayak nostalgia aja liat kamu makan kue malem-malem. Duduk di teras ini. Bahkan baju kamu ini baju yang kamu punya sejak SMA kan." Tanpa disadari air matanya tiba-tiba mengalir.

Rony menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Salma. Dia memberikan pundaknya untuk Salma menangis. Tangannya mengelus ringan kepala Salma yang tertutup kerudung hitam.

"Aku janji akan tetap di sampingmu Sal."

Salma menghapus air matanya, "Makasih ya Ron. Aku nggak mau mengulang kehancuran ku dulu karena terpaksa putus sama kamu."

"Wededew.. Nempel banget yang baru balikan."

Suara Paul menggelegar membuat Salma dan Rony terkejut.

"Rame lo cok. Telat lagi lo."

"Sorry Ron. Kita mlipir dulu makan malem berdua. Ada apaan Sal kok lo nangis?" Ucap Nabila. Dia memeluk Salma sejenak kemudian duduk di kursi sebrang Salma.

"Gue nggak papa. To the point aja gue udah malem juga, tadi gue sama Rony ke rumah sakit liat Didan. Cuma gue yang masuk ke kamarnya."

Mereka bertiga mendengarkan dengan seksama. Meskipun Nabila terkejut kenapa Rony tidak ikut masuk.

"Dia udah baik-baik aja meskipun masih pakek selang oksigen. Dan yang bikin gue terkejut.."

Salma menatap sejenak ke wajah ketiga orang di depannya. Wajah-wajah penuh tanda tanya. Dia sedikit tertawa karena wajah serius mereka.

FOREVER WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang