Part. 28

1.5K 55 0
                                    

Part. 28

Author POV.

Karin mengeram kesal saat telinganya mendengar keributan di yang sayup-sayup di luar kamar.

'Sial banget sih enggak tahu apa gua capek banget' umpat Karin.

Karin baru saja ingin memaki orang-orang di luar pintu kamarnya saat dia tersentak kaget melihat seisi kamar yang berbeda dengan kamarnya di kediaman Countess Alice.

'Ini gua dimana ?' pikir Karin kosong.

Karin tersentak kaget saat tiba-tiba saja pintu kamar di depannya terbuka.

'Gua lagi enggak di cari culik kan ? Kemana lagi tuh kucing sial itu gua lagi kaya gini dia malah kaga ada' pikir Karin panik.

Karin pura-pura kembali tidur sampai dia merasakan ada seseorang yang menatapnya dari samping ranjang.

Karin mengintip dari dalam selimut dan tanpa sadar menghelai nafas lega saat melihat seorang wanita di depannya.

"Selama pagi nyonya, saya Lusi putri kepala pelayan di rumah Duke dan mulia hari ini saya akan bertanggung jawab untuk semua keperluan Nyonya" Sapa wanita muda itu ramah sambil tersenyum lembut.

Karin membalas senyum Lusi dengan senyum manisnya juga.

"Ini dimana ya ?" Tanya Karin.

"Saat ini anda ada di kediaman Granduke Rudolf" kata Lusi.

Karin menghelai nafas lega saat dia tahu dia ada di kediaman Lukas.

"Dimana Karsein dan Lukas sekarang ?" Tanya Karin.

"Putra mahkota buru-buru kembali ke istana karena ada hal yang mendesak sedangkan Duke pergi bersama pasukan batalion 1 kedaerahan timur" jawab Lusi lugas.

Karin yang baru ingin turun dari ranjang besar itu langsung berhenti saat mendengar perkataan Lusi.

"Apa ada hal yang mendesak terjadi ?" Tanya Karin was-was dan takut.

Dia langsung panik saat memikirkan anak-anak panti yang tanpa pengawasan.

"Tenang saja nyonya tidak ada hal besar yang terjadi ini sering terjadi saat musim panen tiba, para pemberontak akan datang meminta pajak secara paksa dari  para rakyat kecil di Desa-desa atau ibukota" jawab Lusi.

Karin semakin panik mendengar kata-kata Lusi dan hingga membuatnya tanpa sadar berteriak panik.

"Lalu bagaimana dengan rakyat yang lainnya ? Tidak sekarang pikiran ku sedang sangat buruk bagaimana dengan nasib anak-anak di pantinya"

Lusi menatap kagum kearah Karin, dia tidak pernah melihat bangsawan mengkhawatirkan orang lain.

Mereka semua egois dan sombong bagi rakyat kecil sepertinya.

Dan tentu saja Karin tidak apa yang sedang di pikirkan Lusi, dia hanya memikirkan anak-anak yang ada di panti, dia sama sekali tidak peduli jika ada warga sipil yang terluka, Baginda itu semua tidak penting asal anak-anak panti selama dia dia tidak peduli siapapun yang mati terluka.

Mungkin orang lain yang tahu pikirannya sekarang akan berpikir dia egois tapi Karin tidak peduli, sekali lagi dia tekankan dia tidak peduli pikiran orang lain tentangnya.

Lusi langsung tersentak saat melihat Karin menatapnya.

"Maaf nyonya saya tidak tahu bagaimana kabar anak-anak di panti" kata Lusi.

Karin semakin panik saat mendengar kata-kata Lusi, dia langsung mengingat wajah-wajah tidak berdosa anak-anak di sana.

"Dimana putra mahkota ?" Tanya Karin sambil memakai jubah polos yang dia temukan di ruang ganti Lukas.

"Putra mahkota di istana yang mulia, yang mulia putra mahkota dan Duke ada di ruangan audiensi, nyonya" kata Lusi.

Karin langsung berlari kearah pintu dan membuat semua pelayan dan Lusi panik.

"NYONYA DUCHESS TOLONG JANGAN PERGI SENDIRI" Lusi berteriak panik saat melihat Karin yang sudah berlari dari kediaman pribadi Lukas.

Karin menarik menghentikan satu gerobak sayur yang berjalan di luar pagar kediaman resmi keluarga Lukas.

"Loh nona apa yang kau lakukan, itu berbahaya menghentikan kereta kuda secara tiba-tiba" kusir gerobak itu menegur Karin dengan lembut layaknya seorang ayah pada anak perempuannya.

"Paman aku mohon tolong antarkan aku ke panti di pinggir hutan, di sana ada anak-anak yang dalam bahaya, aku mohon paman" kata Karin.

Dia mengiba pada kusir itu sambil memohonkan dengan gerakan tangannya.

"Naiklah kebelakang aku akan mengantar mu dengan selamat sampai ke sana, aku bersumpah demi nama ku" kata pria paruh baya itu tegas.

Karin menghapus air mata dari sudut matanya dan langsung naik ke dalam gerobak kuda.

Dia masih bisa mendengar teriakan panik Lusi dan para pelayan lainnya di sana.

"Terima kasih paman aku pasti akan membayar niat baik mu nanti" kata Karin sambil menghelai nafas lega saat melihat gerobak mulai berjalan pergi.

"Tidak perlu seperti itu, aku tahu kau pasti sedang panik" kata paman itu ramah.

Karin hanya menatap jalan ibukota yang sibuk dengan para warga yang mulia aktivitas tidak seperti biasa.

"Paman kenapa alun-alun terlihat aneh, Banyak kesatria yang mondar-mandir ?" Tanya Karin saat melihat para warga was-was.

"Oh tadi malam ada penyerangan besar-besaran dari pemberontak negara Lonia dan Caro, banyak warga yang terluka dan rumah yang terbakar" kata paman itu sambil menghelai nafas.

Karin semakin panik saat mendengar kata-kata pria paruh baya itu.

"Tapi syukurnya tidak banyak korban yang mati untuk saat ini" kata paman itu pelan.

"Oh iya nak aku tidak pernah melihat mu apa kau warga baru di ibukota ? Ya walaupun aku kesini hanya untuk menjual hasil panen aku masih mengenal beberapa orang di pasar" tanya paman itu.

"Iya paman aku orang baru aku pengasuh anak-anak di panti, aku memang jarang keluar hanya anak-anak saja yang sering berbelanja di pasar" jawab Karin.

"Oh pantas saja rambutmu berwarna aneh, aku pernah melihat wanita berambut hitam kecuali Granduke dari Lonia" kata paman itu.

"Paman pernah melihat Granduke dari kerajaan Lonia ?" Tanya Karin kaget.

"Hahahaha.... tentu saja begini-begini aku juga sering mengirim bahan-bahan makanan apa lagi saat memasuki musim dingin, musim dingin di Lonia 5 kali lipat lebih dingin dari di sini, jadi jarang ada hewan atau tumbuhan yang bisa bertahan hidup" kata paman itu.

"Wah..." Seruh Karin tanda sadar membayangkan dinginnya saja sudah membuat Karim merinding.

"Apa saja yang paman jual ?" Tanya Karin.

"Aku menjual sayuran-sayuran untuk para restoran di kerajaan Lonia" jawab pria itu.

"Oh Iya Siapa nama mu nak, nama ku Ben Alfit, aku petani dari provinsi Green, daerah kekuasaan Counten Green" kata paman Ben.

"Aku Karin paman, senang bertemu dengan paman" kata Karin.

"Hahahaha ya aku juga senang melihat anak perempuan seumuran anak laki-laki ku yang pertama Leo" kata paman Ben.

Karin tersenyum dia tahu paman Ben adalah pria yang baik dan ramah, melihat bagaimana dia menolong Karin tanpa bertanya apapun, apa lagi saat melihat Karin keluar dari kediaman mewah milik Bangsawan.

.......

TBC

Reverse HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang