Part. 6

9.2K 491 7
                                    

Author POV.

Sudah 3 hari sejak dia kamar Karsein kerjaan hanya duduk, makan dan tidur.

"Kak kapan kita pulang ?" tanya Darel saat mereka berdua sedang di taman.

Karin bersyukur saat tahu Karsei menepati janjinya untuk memberikan kamar terbaik di istana miliknya.

"Kamu pikir kakak enggak mau pulang apa ? Tapi kita belum mengambil hadiah milik kita" balas Karin kesal.

Darel mendekat kearah Karin dan berbisik di telinganya.

"Kak aku rasa pangeran puta mahkota  sengaja menahan kita tetap di sini" bisiknya.

"Kenapa ?" bisik Karin kembali.

Darel memdesah lelah,  dia tahu jika kakaknya ini sangat pintar tapi kurang peka.

"kakk tidak tahu jika pangeran mahkota menyukai kakak" bisiknya sambil melihat ke kana dan ke kiri memastikan tidak ada orang lain mendengar pembicara kita.

"APA" teriak karin reflek membuat Darel langsung mendekap mulutnya.

Ya tuhan ternyata kakaknya ini benar-benar tumpul terhadap perasaan orang lain.

"Jangan teriak kak" bisiknya.

"ah maaf kakak kaget" ringis Karin pelan.

"Lalu gimana dong, berarti kita tidak akan pulang" Karin panik mengingat jika persediaan uang dan makanan di panti hanya untuk 1 bulan.

Bagamana jika anak-anak itu kelaparan dan kedinginan.

"Coba kakak bilang sama kepala pelayan di kediaman putra mahkota jika kakak ingin pulang hari ini, tidak peduli mau ada Raja atau tidak" saran  Darel yang di angguki oleh Karin.

"Permisi, saya ingin bertemu dengan kepala pelayan" kata Karin sambil memanggil pelayan yang berada di pintu taman.

'Baik nona"

Wanita berjalan dengan cepat mencari kepala pelayan yang biasanya berdiri di dekat putra mahkota.

.

.

.

.

.

.

Karin meminum tehnya dengan santai dan lembut, saat matanya melihat kearah pria paruh daya yang Karin kenal sebagai kepala pelayan.

Karin sering melihat pria itu yang selalu berdiri di belakang putra mahkota layaknya bayangannya.

"Permisi nona, anda memanggil saya nona"  kata pria paruh baya itu sopan.

"Ya saya ingin pulang hari ini juga dan saya tidak ingin menunggu Raja lagi, jika beliau ingin memberikan saya hadiah, beliau bisa mengirimnya dengan seorang kusir ke desa wislen dekat hutan kematian" kata Karin.

"Tapi nona" pria paruh baya itu panik saat mendengar perkataan Karin.

"Tidak ada tapi-tapian saya ingin pulang dan tugas saya di sini sudah selesai jadi tidak ada alasan lagi bagi saya di sini" kata Karin tegas.

Karin berdiri dari duduknya dan berjalan masuk ke kediaman putra mahkota.

Semua pelayan di belakang punggungnya panik, mereka takut dengan kemarahan putra mahkota jika dia tahu wanita yang sengaja dia tahan pergi.

"Kepala pengurus, bagaimana ini ? Bagaimana jika yang mulia tahu dan membuat istana ini menjadi lautan darah" kata pelayan itu gemetar ketakutan.

"Aku tidak tahu tapi aku harus melaporkan ini dulu ke putra mahkota" kata pria paruh baya itu panik.

Reverse HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang