Tower of God disclaimed by SIU.
Enjoy reading~
Terlahir sebagai orang yang over power sejak lahir kadang merepotkan. Tidak bisa mengontrol kekuatan sendiri bahkan untuk sekedar menggenggam gelas saja sulit. Energi yang tidak terkendali bisa memecahkan gelas ketika digenggam. Bam menghela napas kesal, entah sudah berapa gelas yang ia pecahkan hari ini."Ibu, bisakah aku menggunakan gelas plastik saja?" Bam mengeluh pada ibunya
"Ayolah nak, kau harus membiasakan diri menekan kekuatanmu itu." Arlene menggeleng, ia menuntut agar putra semata wayangnya itu terbiasa dengan kekuatannya sendiri
"Tapi Bu," Bam merenggut dengan tampang tak terima
"Kau akan masuk menara bisa gawat kalau orang lain tau kekuatanmu itu."
"Menyebalkan." Dengkusnya tak senang, mengambil satu lagi gelas untuk minum. Kali ini ia hanya menjepit gelasnya dengan jari telunjuk dan jempol takut pecah lagi.
.
.
.Bam menutup matanya dengan tenang, elusan lembut dikepalanya membuatnya mengantuk dan ingin terlelap. Diumurnya yang ke tiga belas tahun ini, bam akan berpisah dengan ibunya untuk menaiki menara. Bam segera ingin masuk menara, bukan, bukan berarti ia ingin segera meninggalkan ibunya. Hanya saja semakin cepat bam ke menara semakin bagus bukan? Tujuannya akan segera tercapai dan ia akan segera pulang kembali pada ibunya.
"Ibu, bisakah aku masuk menara sekarang?"
Arlene mengernyit, beberapa bulan lalu anaknya ini merengek dan mengeluh tidak ini naik menara, sekarang meminta masuk lebih cepat?
"Kau dengan kekuatanmu tentu saja bisa membuka gerbang mu sendiri. Tapi menjadi irregular itu melelahkan Bam, semua orang akan takut padamu-"
Bam bangun tiba tiba, matanya mengerling dengan binar jenaka.
"Bukankah itu ide bagus? Aku bisa menyembunyikan kekuatanku dengan menjadi irregular Bu!""Kau yakin?" Arlene bertanya tak yakin, ia sudah pernah menjadi irregular dan rasanya tak sebagus gelarnya.
"Tentu saja yakin!" Bam menjawab tanpa keraguan, manik madunya bersinar penuh percaya diri. Arlene menghela napas, senyum kecil terpatri dibibirnya yang merona merah. Tangannya menepuk pelan lalu mengusak Surai brunette anaknya.
"Kalau begitu besok ibu antar ke sana, dimana gerbang menara berada."
.
.
.Keesokannya sepasang ibu dan anak itu benar benar pergi, memasuki gua yang ada lumayan dalam ditengah hutan dipinggiran desa. Semakin dalam semakin luas pula gua itu. Bam menatap kagum pada stalaktit dan stalakmit yang bergantungan diatas gua. Sinar keemasan dari bebatuan disana menunjukkan jika gua ini tak pernah dijaman manusia manapun.
Arlene berhenti berjalan, ia berbalik menatap putra semata wayangnya teduh. Bam mengangkat alisnya tinggi, didepannya masih ada jalan yang panjang dasamping kirinya dinding gua dan disamping kanannya ada tebing gua yang dibawahnya ada sungai kecil yang begitu jernih. Lalu, kenapa ibunya berhenti?
"Ibu?"
"Kau harus memiliki tekad kuat untuk kemenara. Sebuah tujuan yang pasti akan membuka gerbang menara." Arlene menjelaskan, Bam memiringkan kepalanya sedikit bingung, bukankah ibunya sudah tau kenapa bam ingin memanjat menara?
"Tekadku tidak akan berubah, ibu. Aku akan menghancurkan zahard dengan tanganku sendiri! Bagaimanapun caranya aku akan masuk menara dengan atau tanpa menjadi irregular." Bam penuh dengan tekad, aura membunuhnya belum matang namun kebencian jelas ada disana. Ya, bam akan membalas dendam pada raja menara angkuh yang telah menghancurkan hidup ibunya. Tiba tiba tubuh ramaja tampan itu bersinar terang, ibunya tersenyum tipis kemudian memeluk anaknya singkat lalu melepasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tower And Us
RandomTujuan awal adalah mengalahkan raja menara, tapi apa salahnya menambah tujuan lain? Mendapat jodoh misalnya? Tower of God owned by SIU!!