4. The Crown and the Throne

671 74 3
                                    

Kedatangan Leroro ternyata untuk mengumumkan game bonus yg menguntungkan bagi para regular. Game itu ia sebut permainan mahkota. Para regular tidak diwajibkan untuk ikut serta dan mereka tidak mengalami kerugian apapun. Para peserta lalu dikirim ke sebuah ruangan khusus, ruangan luas berbentuk lingkaran dengan sebuah kursi 'singgasana' dan sebuah mahkota.

Bagi peserta yang berpartisipasi akan mendapat benefit yang tidak main main jika mereka bisa menang hingga akhir. Permainan mahkota adalah permainan dimana setiap tim dari regular harus bertahan atau menyerang untuk memperebutkan sebuah mahkota dan singgasana.

Satu diantara tiga anggota tim diharuskan untuk duduk diatas singgasana dan menjaga mahkotanya tetap aman, sementara dua lainnya akan melindungi sang 'raja' dari pencurian mahkota. Jika tim bisa bertahan maka mereka menang dibabak tertentu.

"Hmm berarti tidak ada untungnya jika kita maju lebih dulu." Khun bergumam sembari menyimak penjelasan Leroro, Bam disampingnya mengangguk setuju. Leroro mengerling kemudian kembali membuka suara seolah menjawab Khun.

"Itu benar."

Khun terkesiap, tak menyangka jika pendengaran orang itu benar benar tajam. Bam hanya mengangkat alisnya sesaat, memuji dalam hati.

"Sial dia bisa mendengarku."

"Jadi bila kalian sudah mengerti aturannya silahkan pencet tombol yang ada didalam ruangan kalian untuk ikut berpartisipasi."

"Kalau begitu, selamat bermain, regular."

Semua peserta menunggu di ruangan masing masing. Ruangan yang bersekat sekat dan dibatasi oleh jeruji besi -lebih mirip penjara daripada ruang tunggu.

"Baiklah, babak pertama crown game dimulai!"

Beberapa jeruji pembatas terdengar terbuka setelahnya. Gadis hijau yang menjadi taruhannya dengan Leroro maju sebagai tim babak pertama melawan si lelaki Surai hitam yang sebelumnya terlibat perkelahian.

Bam mengangguk singkat, dalam hati sudah menentukan pemenang dari babak ini. Gadis hijau itu kuat, terlihat dari aura energi yang menguar darinya.

"Khun, kapan kita akan siap?"

"Tidak dalam waktu dekat, aku mengincar diakhir bam, itu akan memudahkan kita nanti." Khun menjawab tanpa menoleh pada Bam, matanya sedang fokus mengamati, otaknya tengah sibuk merancang strategi.

"Baiklah, seperti yang kau inginkan." Bam mengangguk mengerti.

Pertarungan dimulai, Bam menatap bosan dan tidak tertarik. Shibisu itu payah bertarung. Si lelaki pedang itu tidak kuat tapi dia memanfaatkan kemampuannya dengan baik. Lalu si hijau, sebenarnya cukup dia yang menyerang dan mereka akan menang dengan mudah.

Berbeda Bam berbeda Khun, lelaki biru itu begitu fokus mengamati pertarungan. Mencari tiap tiap celah kekurangan pada tim lawan. Rak berbeda lagi, buaya besar itu hanya diam saja tak begitu peduli juga. Baginya semua mahluk disana adalah kura kura lemah.

Pertarungan sengit terjadi, si kadal itu maju sendirian melawan tim lawannya, Bam menyeringai tipis pilihannya tak pernah salah. Gadis kadal menang dengan mudah, ia bahkan mampu merebut mahkota dan singgasana.

Bam melirik Khun yang terlihat terkejut dengan kemampuan gadis kadal. Sepertinya Khun tak menyangka akan ada seseorang sekuat itu menjadi regular ditengah mereka. Bagi Bam yang bisa melihat energi 'kekuatan' seseorang tak ada kejutan berarti baginya. Ia bisa melihatnya dalam sekali kedipan mata.

"Hei bangun! Akulah yang seharusnya duduk disitu! Kalau begini rencanamu untuk apa kita maju duluan?!" Shibisu terlihat kesal dan ingin menyeret Anaak saat gadis hijau itu dengan santai berbaring diatas kursi.

The Tower And UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang