34 | Tiga puluh empat

126K 15K 333
                                    

بسم اللّه الرحمن الرحيم

Vote dan komennya, tie!
-Semoga suka dan bermanfaat-

***


"Kamu udah sampai mana hafalannya?"

"Alhamdulillah sudah khatam, Ning. Ini lagi dimurajaah."

"Ma syaa Allah. Barakallah ya."

Santriwati dengan khimar putihnya itu tersenyum hingga menampakkan lesung di pipinya. "Aamiin, Syukron, Ning."

"Kalau kamu?" Pandangan Sabrina berpindah pada sosok santriwati lain. Santriwati dengan khimar cokelatnya.

"Kalau saya belum, Ning." Ia menyengir. "Tapi Alhamdulillah sudah 20 juz."

"20 Juz?" Sabrina menatap kagum mereka. "Maa syaa Allah. Kalian kok hebat-hebat sih? Kok bisa hafal segitu banyaknya?"

Santriwati yang memakai khimar putih tadi tersenyum. "Kita gak ada apa-apanya kalau dibandingin sama para hafidz Hafidzah di luar sana, Ning. Kita juga lagi sama-sama berusaha. Semua pasti bisa, Ning. Asal ada niat yang bener-bener lillahi ta'ala. Allah selalu memberikan kemudahan bagi hambaNya yang emang bener-bener mau berusaha. Apalagi dalam konteks kebaikan kayak gini. Menghafal Al-Qur'an."

Hati Sabrina berdesir mendengar penuturan santriwati itu. "Tapi jujur, aku susah banget buat menghafal. Kadang juga malas."

Kini, gantian santriwati berkhimar coklat yang menyahuti. "Rasa malas itu wajar, Ning. Bahkan itu emang udah jadi kodrat manusia. Pasti ada yang namanya malas. Kita juga gitu. Tapi, balik lagi ke diri kitanya. Bagaimana cara kita buat hadapin rasa malas itu. Istilahnya mah jangan diturutin. Kalau diturutin, nanti malah ngelunjak," ucapnya diakhiri dengan kekehan.

"Terus kalau susah menghafal, jangan nyerah. Semua emang gak instan. Gini, Ning. Kita bakal bisa kalau kita terbiasa. Membiasakan diri juga emang gak gampang. Tapi yakin, dibalik semua itu ada hasil yang in syaa Allah tidak akan mengecewakan. Ada usaha pasti ada hasil."

Sabrina mengangguk paham. "Tujuan kalian menghafal Al-Qur'an itu apa sih? Yang buat kalian semangat hafal Al-Qur'an, yang jadi dorongan kalian?"

"Ridho Allah, Ning. Selain itu, keutamaan menghafal Al-Qur'an itu banyak. Penghafal Al-Qur'an, akan Allah angkat derajatnya di akhirat. Penghafal Al-Qur'an juga akan diberikan syafaat saat di akhirat nanti. Maa syaa Allah. Selain itu, para penghafal Al-Qur'an juga akan disematkan mahkota dan jubah saat disyurga nanti. Disematkan di atas kepala kedua orangtuanya. Sebuah penghargaan terbesar yang akan didapat oleh para penghafal Al-Qur'an."

Lagi, dada Sabrina berdesir hebat mendengar penuturan mereka. Tanpa sadar, tangannya pun sudah saling memilin gugup. Perasaan sesak di hatinya datang membuat matanya ikut memanas. Tapi sebisa mungkin Sabrina tahan.

"Kalian mau memberikan jubah dan mahkota itu ke orangtua kalian?"

Dengan kompak dan cepat kedua santriwati itu mengangguk diiringi dengan senyum manisnya.

"Pasti, Ning."

"Dengan membaca, menghafal, dan memahami ayat-Nya, Allah akan melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya pada kita. Itu yang selalu Gus Arkan kasih tau setiap ada kegiatan tahfidz seperti ini."

***

Arkan dibuat bingung oleh Sabrina yang tiba-tiba saja diam sedari kembali dari Aula tadi. Biasanya perempuan itu akan banyak bicara, bukan? Tapi sekarang justru sangat bertolakbelakang.

Astagfirullah, Sabrina! (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang