#3

96 15 0
                                    

- MENATAP LANGIT SEDU RUPANYA

setelah sampai di depan gerbang desa tersebut
qian yang sedikit tergugup lalu ia menginjakan kakinya di padang tanah tersebut dan mulai memasuki desa kecil tersebut, dan qian nampak masih takut dengan ramai nya penduduk desa itu.

ia melirik dan melihat kanan kiri sembari mengendap ngedap, ohh ayolah sekarang qian hanya butuh tetua dari desa tersebut bukan apa apa ia hanya butuh izin tinggal di desa tersebut

kini ia sudah menemui rumah sang tetua di depan matanya kini qian mengetuk pintu perlahan dan tak tampak di tunggu lama pintu tersebut sudah terbuka dan menampakan satu
rupa pria yang nampaknya yang qian cari cari

ia memulai dengan berbicara tetapi tertahan oleh kegugupan nya " p - permissi? "

" ah silahkan masuk lah terlebih dahulu "

" uh tidak terima kasih, di sini aku hanya .. "

" aku hanya?? " ulangnya taeyong

" aku hanya ingin meminta izin kepada mu apakah aku bisa tinggal di sini sementara waktu? " lanjutnya dan menjelaskan tentang apa yang qian alami selama ini

taeyong pun tertawa mendengar ucapan qian, qian yang nampak terheran dengan satu tetua itu apakah dia salah bicara? atau apakah ada yang lucu tolong beritahu

" jika kau ingin tinggal di sini maka silahkan saja ,aku tidak akan melarang mu juga bukan? " secara itu terang-terangan taeyong mengatakan nya

" mari ku antar pada kamar yg masih kosong " ajak nya pada qian dan qian hanya mengikuti ucapan taeyong selama ini , mendengar lebih sedikit cerita melempar canda tawa.

sesampainya di kamar yang taeyong katakan setelah berbicara panjang lebar dan setelah selesai dengan percakapan tersebut kini sang lawan bicara telah meninggalkan tempat dan hanya ada qian saja di sana untuk menghilangkan rasa jenuh ia memasuki ke dalam kamar nya, cukup menarik tidak semewah luaran sana dan sepertinya yang paling di butuhkan itu hanyalah nyaman, ya kamar yang nyaman.

" tak apalah sedari penting, aku bisa tinggal di sini terlebih dahulu "

saat mulai malam hari saat qian sedang akan memejamkan matanya baru saja memejamkan mata ia di suguhkan dengan ketukan di pintu nya , ia terbangun dan melangkah berjalan menuju pintu dan membukanya qian yang tidak mengenali orang tersebut lantas menanyakan apa yang di maksudkan dia untuk datang kemari

" ya apa ada yang bisa di bantu? "

" mohon maaf sebelumnya aku doyoung, ya aku teman dari taeyong ngomong ngomong kau di panggil taeyong menuju belakang rumah nya "

" memangnya kenapa? " tanya penasaran seorang qian

doyoung yang menghela nafas " aku juga seperti nya tidak tahu "

" yasudah seperti nya terimakasih sudah memberi tahu ku " tubuh nya yang membungkuk sebagai tanda terima kasih dan di balas kembali oleh lawan bicara nya itu

" sama sama , aku pergi dahulu " pamit nya kepada qian dan qian yang hanya menjawab
" iya " , lalu perlahan punggung  doyoung yang menghilang dari pandangannya kini

ia memutar kan balik badan nya dan memasuki ke dalam kamar nya " seperti nya dia sudah menunggu ku " , lalu ia bersiap siap dan tak lupa berdoa kepada tuhan agar tidak terjadi apapun kembali , lalu pergi jalan keluar menuju apa yang doyoung sebutan kini qian sedang berada di belakang taman, dan taeyong sudah menunggu nya sedari tadi.

" apakah aku terlalu lama? " ucap sebagai topik utama dan pembukaan

" tidak seperti nya " jawab seperlunya dari taeyong

' syukurlah ' Qian yang mengucapkannya itu di dalam hati hanya bisa tersenyum lega mendengar pernyataan itu

" ngomong ngomong kenapa kau bisa tahu desa kecil ini? "

" ugh ada seseorang yang memberi tahu seputar desa ini kepada ku "

" seseorang.. siapa? "

" maaf aku hanya tahu namanya saja sicheng "
qian yang menundukan karena ia terlalu lantang memasuki desa ini , tapi ia butuhkan tempat untuk bertahan hidup, mungkin jika hari itu ia belum mempunyai apa apa tetapi sekarang juga tidak tahu tujuan nya hanya untuk tinggal saja

" sicheng?? dia ternyata! " serentak taeyong

" ah sepertinya tidak apa apa "

" kau kenal? " tolong maafkan qian yang sudah terlalu lantang dengan pertanyaan ini

" ya aku mengenali nya, dia adik dari teman ku tetapi mereka menjadi musuh dan lantas memisahkan diri hingga saat ini " cerita panjang lebar dari seorang Taeyong, mungkin ia tahu seberapa ia rindukan kedua beradik kakak itu sudah lama nya

" seperti itu rupanya.. "

" kau mengenalinya? " kini taeyong yang bertanya kepada qian

" tentu, jika tidak ada dia mungkin aku tidak akan ada di sini "

suasana yang begitu sepi hanya ada kobaran obor api dan suara angin yang melewati teduh gendang telinga mereka berdua , hawa dingin menerpa wajahnya , cahaya bulan yang menerangi di setiap jalan , kunang kunang yang melewati mereka seakan menghiasi kejadian kehidupan kedua orang tersebut , mungkin tempat yang tidak terlalu buruk untuk mereka berdua.

suara jangkrik yang menggema.. suara alam dan bau alam yang menjadi pencuci mata
tetesan air yang ringan, melamun dan berbagai angan, namun setelah itu taeyong segera tepis dan sedikit berbincang kembali untuk mengenali satu sama lain, ia hanya ingin rasa dekat dengan penduduk baru

setelah perbincangan cukup baginya qian yang izin meninggalkan dari tempat tersebut sejujurnya ia hanya ingin istirahat dan menatap bulan remat remat tanpa adapun adanya satu kekacauan di malam hari.

sicheng yang sedang menumpuk kayu ranting kecil diatas untuk api unggun nya dan menyilangkan kaki , berdoa dan mengharap di esokan hari seakan terjadi sesuatu yang belum ia pernah lalui selama di hidup nya.

menatap rembulan yang bersinar terang suara redupan, badan yang mulai menghangat di karenakan ia sedang di depan api unggun, teman temanya yang mulai memejamkan mata sicheng yang hanya di luar tenda malam ini ia menjaga semalaman.

tak lama itu gerimis mengundang di wilayah mereka , sicheng yang tengah asik melamun dan ada saja gangguan seperti sekarang, gerimis hujan ia langsung membangun kan temanya dan menyuruh nya tidur saja di dalam tenda tersebut tidak apa ia akan kehujanan juga.

kini sunyi dan sepi di ruang hampa tidak ada seperti lain nya hanya sebuah markas berkelanjutan untuk berpindah pindah tempat jika mulai di rasa tidak aman. seperti biasa masalah datang dan pergi sudah biasa untuk mereka lalui.

ia membuka mata dan menatap langit rintik hujan bergema genangi bentala seakan membisik, walau hujan tak kunjung berhenti
sicheng yang kuat kuat merapalkan mantra datangkan cahaya tuk sinari bulan di malam hari nya.

ia menatap lekat langit dan mengaharap sesuatu. ia berpikir mungkin perang akan kembali lagi untuk sekian kalinya ia berharap tak akan ada korban kembali semoga saja apa yang ia harapkan terkabulkan untuk kali ini.

sicheng dan qian menatap langit sedu rupanya
jauh dari orangtua , hilangkan semua rasa ragu yang menyelimuti hati pikiran dan emosi mereka berdua rapalkan mantra datangkan cahaya untuk buka lembaran baru di esok harinya , saat nya qian untuk tertidur pulas dan sicheng hanya bisa terjaga semalaman.

.
.
.
.
.

[ Ya hanya dengan kekuatan vote , coment yang hanya bisa buat atmin bakal up cepat dan mungkin sertakan follow or mutual, agar kalian menjadi kapten terbaik di book ini, selamat membaca dan selamat tinggal ]

Reinkarnasi [ WINKUN ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang