New Home

5K 290 1
                                    

"Mom, I'll miss you." Ucap Gabriella langsung memeluk ibu nya. Kini mereka berada di Heathrow International Airport, London.

"Yeah, me too. Jangan nakal dengan kakak-kakakmu ya."

"No, Mom. Aku tidak berani dengan kakak-kakakku itu. Aku bahkan belum mengenal sifatnya." Balas Gabriella kemudian melepas pelukannya.

"Baiklah, jaga kesehatanmu ya. Jangan bermusuhan dengan kakakmu, karena mereka akan membuatmu meleleh terlebih dahulu." Ucap wanita yang bernama Emma, lebih tepatnya Emma Johnson. Istri kelima dari Jack Johnson.

"Iya Mom. Sehabis ini aku akan langsung ke rumah mereka. Mom jangan khawatir."

"Iya, aku tahu kau tidak akan melakukan hal buruk nanti. Masalah sekolahmu akan diurus dengan kakakmu. Kau tinggal membawa badan saja. Mom pergi dulu ya." Ucap Mom memeluk anaknya kembali kemudian mengecup kening anaknya selama beberapa waktu.

"Iya Mom. Bye. Cepat pulang." Ucap Gabriella sambil melambaikan tangannya.

"Ya, honey. I will." Sahut Emma juga melambaikan tangannya.

Emma kini meninggalkan Gabriella. Ia pergi ke Paris karena urusan bisnisnya sebagai seorang desainer handal dan terkenal tentunya. Ia akan pulang sekitar 6 bulan lebih lagi. Dan anaknya, Gabriella Johnson akan dititipkan dengan kakak-kakaknya.

Suaminya, Jack Johnson sibuk bekerja sebagai musisi terkenal di London. Bahkan semua anaknya mengikuti jejaknya menjadi musisi. Keahlian itu memang benar-benar turun kepada anak-anaknya. Sungguh keluarga yang luar biasa. Keluarga yang isinya berprofesi sebagai seorang musisi. Istri-istrinya pun semuanya berprofesi, tidak ada yang tidak bekerja.

---------

Gabriella's POV

Kini aku berjalan mencari-cari alamat rumah. Kertas yang ada ditanganku ini terus kulihat. Aku sama sekali tidak mengenal kota ini. Selama ini aku tinggal di Birmingham. Aku lahir disana dan tinggal bersama Ibuku disana.

Aku jadi teringat kata-kata Mom. 'Mereka akan membuatmu meleleh terlebih dahulu'. Aduh, apasih maksud Mom. Apa mereka itu api yang akan membuatku meleleh? Atau mereka itu sinar ultraviolet yang akan membuatku terpanggang kemudian meleleh? Ah, apa yang aku pikirkan. Aneh aneh saja. Sudahlah, lupakan.

Aku terus berjalan menyusuri kota. Kurasa rumah kakakku itu bukan di komplek atau apa. Melainkan disini, di tengah-tengah kota London. Bagaimana keluargaku tidak tinggal di ibukota negara Inggris ini? Ayah adalah musisi terkenal tentu saja bekerja di pusat negara.

Mataku terbelalak setelah mendapatkan alamat rumah yang sudah kucari selama 1 jam lebih. Rumah yang ada di depanku sangat besar dan mewah. Apa ini memang rumahnya? Apa aku tidak salah?

Kurasa tidak ada salahnya jika aku mencobanya.

Aku menekan tombol rumah itu. Keadaan rumah ini sangat sepi. Yang ramai hanyalah jalan raya yang ada di depannya. Halaman rumah itu sangat luas. Dari sini terlihat ada kolam renang di samping rumah besar itu.

Beberapa menit tidak ada balasan dari pemilik rumah, aku menekan tombol rumah itu lagi, tapi lagi-lagi tidak ada balasan dari pemilik rumah itu sampai aku mendapati seorang wanita paruh baya berdiri di sampingku.

"Hei, apa kau Gabriella Johnson?" Tanya ibu itu.

"Em, iya. Kenapa anda mengenal saya?" Tanyaku.

"Tentu aku mengenalmu, kau adalah putri bungsu dari Tuan Jack Johnson." Jelas ibu itu. Aku masih tidak mengerti kenapa dia mengenalku.

"Kau tahu ayahku?" Tanyaku lagi makin penasaran.

"Tentu. Aku pembantu di rumah ini." Jawabnya. Kini aku sudah mulai mengerti.

Aku hanya diam dan membalasnya dengan anggukan kepala. Kurasa bibi ini baik.

"Ayo, masuk. Kau pasti akan meleleh saat bertemu dengan kakak-kakakmu." Ajaknya. Dan mengatakan kata 'meleleh'. Apa maksudnya meleleh? Tadi ibupun mengatakan itu juga kepadaku. Aku semakin bingung.

Aku mengikuti ibu paruh baya atau lebih tepatnya pembantu di rumah kakakku itu, atau lebih tepatnya rumah ayah, karena rumah ini ayah yang membelikan. Namun, yang tinggal disini adalah kakakku. Sedangkan ayah punya rumah sendiri. Jarak dari gerbang sampai ke rumah lumayan jauh. Anggap saja seperti setengah dari lapangan bola. Besar bukan? Di halaman ini terdapat taman dengan rerumputan hijau, pohon rindang, dan bunga-bunga yang berwarna-warni. Disana juga ada tempat duduk di bawah pohon. Itu sangat indah dan tertata rapi. Oh, I love this place.

"Ayo masuk." Ucap pembantu itu ketika kami berada di depan pintu.

Aku mengikuti langkahnya masuk ke rumah besar ini. Dalam rumah ini sangat besar, luas, dan megah. Aku tidak tahu kalau ayah sekaya ini. Aku dan ibuku tinggal di Birmingham di rumah besar, dua lantai, dan halamannya seperti lapangan futsal. Sedangkan rumah ini, sangat-sangat besar dan mempunyai tiga lantai. Akupun tidak tahu berapa kamar di rumah ini, berapa kamar mandinya? Atau berapa ruang makannya? Aduh, aku bicara apa sih hanya karena melihat rumah yang sangat mewah ini.

Setelah puas melihat kemegahan rumah ini, aku dikejutkan oleh kedatangan lelaki tampan menuruni tangga. Aku terus memandangnya sampai ia akhirnya tiba di lantai yang sama dimana aku berdiri. Dan seorang lelaki dengan rambutnya yang keriting lagi muncul dari ruangan dekat tangga, mungkin kamarnya. Dia tidak kalah tampannya. Lalu kulihat lagi dua lelaki keren sedang menuruni tangga. Yang satunya berambut keriting dengan gayanya yang kasual dan yang satu lagi berambut blonde dan wajahnya seperti wajah Irish. Disaat yang bersamaan seorang lelaki bermata indah muncul dari belakangku atau lebih tepatnya dia baru masuk rumah melalui pintu utama.

Kini semua lelaki tampan itu sudah berdiri di depanku. Siapa mereka? Aku sangat canggung.

"Jadi kau tamunya. Aku mendengar bel rumah tadi." Ucap lelaki dengan tanda lahir di lehernya.

"Siapa dia?" Tanya lelaki berambut blonde. Matanya biru sebiru lautan samudera. Sangat indah.

"Tuan-tuan, ini adik kalian." Ucap bibi di sampingku. Dia memperkenalkan aku.

"What?" Ucap lelaki rambut keriting.

"Apa benar dia adikku?  Tidak terlihat seperti itu menurutku." Sambung lelaki dengan tindik di telinganya. Dia mempunyai mata yang cantik.

"Apa benar aku mempunyai adik secantik ini?" Tanya lelaki berambut keriting dengan gaya kasualnya. Sangat keren. Apa tadi, dia bilang aku cantik? Oh, no. Jangan senang dulu, itu wajar jika memuji wanita yang baru saja ditemui. Jangan senang Gab. Tapi tetap saja aku senang, karena yang memanggilku cantik adalah lelaki tampan seperti dia. Hehehe.

"Tuan-tuan. Ini benar, dia adik dari tuan-tuan. Gabriella Johnson." Ucap bibi lagi.

Aku yang masih bingung dengan keadaan ini hanya tersenyum konyol di hadapan lelaki tampan ini. Aku sangat bodoh. Bukannya menampakan senyuman indahmu seperti wanita cantik lainnya, kau malah tersenyum konyol, sangat sangat konyol, Gab. Tunggu dulu, siapa yang bilang bahwa aku cantik, aku tidak merasa begitu. Oh iya, lelaki berambut keriting dengan gaya kasualnya itulah yang mengatakan kalau aku cantik tadi. Astaga. Apa yang kau pikirkan? Huh.

"Baiklah, aku percaya. Selamat datang my little sister. Semoga kau senang tinggal disini." Ucap lelaki dengan gaya kasual.

"Em, hi." Ucapku gugup. Apa benar mereka semua adalah kakakku?

Aku tidak percaya jika aku mempunyai kakak yang sangat tampan seperti mereka. Apa aku sedang bermimpi?

Unbelievable.

Bersambung..

Brothers ConflictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang