Just Attention

3K 222 10
                                    

Aku dan kakak-kakakku kini berada di sebuah ruangan aneh dan gelap. Disini hanya terdapat meja besar dan panjang juga kursi-kursi. Ruangan apa ini? Seperti ruang interogasi di kantor polisi.

"Gab, sekarang jelaskan kenapa kau memiliki cap telapak tangan di pipimu itu?" Tanya Liam.

Aku agak tersentak mendengar pertanyaan Liam. Aku hanya takut. Dan seharusnya masalah ini tidak usah dibahas lagi. Setelah terdiam dan menatapi satu persatu mata dari kakak-kakakku yang tampan itu, akupun mulai bicara.

"Em boleh aku bertanya dulu. Sebenarnya ini tempat apa?" Tanyaku. Aku tahu itu petanyaan bodoh. Tapi aku lebih tertarik menanyakan itu daripada harus menjawab pertanyaan Liam.

"Oh, God. You're so plain." Ucap Tristan kemudian terkekeh. Plain? Apa maksudnya mengataiku sangat polos. Aku juga tidak tahu.

"Shut up, Tris. Biar kujelaskan. Ini ruangan rapat untuk kami bersaudara. Disini kami mengadakan rapat jika memang ada suatu masalah." Jelas Louis aku hanya menganggukkan kepalaku. Jadi, ini ruang rapat. Saking besarnya rumah ini, ruang rapatpun ada.

"So, kenapa dengan pipimu itu, adikku sayang?" Tanya Ashton. Aku sedikit tersentak dengan ucapan Ashton. Lagi-lagi aku mendapatkan panggilan sayang dari kakakku. Hehe.

"Em, ada sekelompok wanita yang menampar tadi siang." Jawabku. Aku tidak ingin melanjutkan ceritaku. Aku tidak suka diinterogasi seperti ini.

"Lalu?" James menaikkan kedua alisnya.

"Lanjutkan ceritamu, honey. Jangan memotong cerita seperti itu." Sambung Harry. Aduh. Dia memanggilku 'honey'

"Em, okay. Mereka bilang, bahwa aku sudah lancang mendekati lelaki paling tampan di sekolah. Kemudian seorang wanita menamparku . Aku mencoba melawannya, tapi dua orang wanita lainnya langsung menyimburku dengan air." Aku akhirnya menjelaskan semuanya.

"Pasti itu perbuatan si blonde itu." Ucap Michael. Kulihat wajahnya menahan amarah. Apa dia marah sampai seperti itu hanya karena aku ditampar oleh perempuan blonde itu? Seperhatiannnya dia. Hehe.

"Apakah rapat ini sudah selesai? Kurasa ini sangat tidak penting. Dan kau Gabriella, seharusnya kau melawan mereka. Kau itu membuat kami susah." Ucap Luke. Dia berbicara panjang lebar padaku untuk pertama kalinya. Ya, walaupun kata-katanya sangat menyakitkan.

"Luke, apa yang kau katakan? Kau aneh Luke." Ucap Bradley.

"Hehh, whatevs." Ucapnya kemudian meninggalkan ruangan.

"Gab, jika kau disakiti mereka, kau harus memanggil kami. Kami akan melindungimu, Gab." Ucap Calum.

"Baiklah." Jawabku.

"Oke, kurasa sampai sini saja." Ucap Liam mengakhiri rapat hari ini seperti yang dilakukan oleh ketua. Tapi Liam bukanlah kakak yang paling tua, melainkan Louis. Tapi entah kenapa Liam sudah seperti kakak tertua, seperti ayah malah. Hehe.

Aku memutuskan untuk kembali ke kamarku. Aku menaiki tangga menuju lantai tiga karena ruang rapat tadi berada di lantai dua.

Sesampainya di kamar, aku langsung merebahkan tubuhku. Ini hari yang melelahkan. Belajar di sekolah saja sudah melelahkan. Dan aku juga mendapat musibah hari ini akibat serangan dari perempuan blonde itu. Aku bahkan memiliki rambut blonde juga. Tapi aku tidak seperti perempuan itu.

Tok. Tok. Tok.
Ketukan pintu itu menghentikan lamunanku. Aku membuka pintu kamarku. Tapi tak ada siapa-siapa di baliknya. Aneh. Kutemukan sebuah kotak. Kotak obat kurasa. Siapa yang menaruh ini ? Apa ini untukku? Aku menoleh ke kanan ke kiri. Tak ada orang. Aku jadi bingung. Akupun mengambil kotak obat itu dan menutup pintu kamar.

Brothers ConflictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang