Hii gyus, ini cerita pertamaku diwattpad masih harus banyak belajar banget nih. Jadi harap di maklumi 😀
Mohon kritik dan sarannya untuk bisa berkarya lebih baik lagi kedepannya.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-Saat ini Adira telah tiba di kafe tempatnya bekerja. Walaupun gajinya tak seberapa ia tetap bersyukur, setidaknya ia masih punya penghasilan untuk menampung kehidupan sehari-harinya.
Kedua orang tua Adira meninggal karena mengalami kecelakaan saat akan berkunjung ke kampung halaman. Pada saat itu Adira masih berusia 11 tahun dan hanya dirinya yang selamat.
Flashback
Sudah hampir tengah malam. Adira dan keluarganya masih juga belum sampai di kampung halaman. Ingin sekali mereka bersantai sejenak, tetapi tak ada area peristirahatan selama beberapa jam terakhir.
Helaan napas terdengar dari Adira. Punggungnya mulai panas akibat terlalu lama duduk. Sementara itu, sang ayah yang tengah menyetir tampak mengedip-ngedipkan matanya.
"Sabar, ya, sayang," ucap sang ayahnya
"Dira, tiduran aja, biar gak pegel," timpal sang bunda.
Adira hanya berdehem. Jujur saja kini kepalanya mulai pening. Ditambah dengan suara hujan deras di luar mobil, rasanya membuat Adira ingin muntah.
"Pusing?" Tanya sang bunda.
"Dikit," jawab Adira singkat.
Sang bunda merogoh tas, mengambil sebuah inhaler, lalu memberikannya pada Adira.
"Biar gak pusing."
"Bun, mau minum dong, tolong bukain," pinta sang ayah.
Disela-sela minum, tiba-tiba saja ban mobil tergelincir, membuat mobil seketika melesat tanpa arah dan menabrak pembatas jalan.
BRUKK!!!
Flashback off
Adira sedikit terkejut, seketika lamunan Adira buyar begitu mendengar suara yang berasal dari belakang. Ia menoleh, mendapati perempuan dengan berpakaian pelayan dan rambut sebahu yang memperhatikannya.
*
*
*Indah yang melihat Adira dari kejauhan mengerutkan dahinya, memilih langsung menghampirinya. Ia menepuk bahu Adira, "hey, kenapa melamun?"
Adira seolah tersadar, mengelengkan kepalanya, tersenyum manis. "Engga ada apa-apa kok."
Indah Maharani, teman kerja Adira, berkepribadian ramah dan sangat baik bagi sekitarnya.
"Oh iya. Kok cepat datang ke kafe, emang gak berangkat sekolah?" Tanya Indah, Pasalnya jadwal kerja Adira pukul dua siang, lantas mengapa setengah sembilan pagi ini ia sudah datang?
"Pulang cepat, Guru ada rapat," jawab Adira menanggapi, Indah menganggukan kepalanya tanda paham.
"Dir! Tolong antarin pesanan ini ke meja nomor lima belas, ya? Kebelet banget nih," serobot teman kerja Adira yang tiba-tiba datang, sambil menahan sesuatu yang ingin keluar.
"Hem ... yaudah siniin."
"Thanks." Pelayan tersebut berlalu setelah sebelumnya memberikan nampan sebuah pesanan.
Adira membawa pesanan itu ke meja nomor lima belas, ia menata di meja. "Silakan dinikmati," ucapnya sopan, tanpa memerhatikan begitu jelas siapa yang sedang ia layani karena fokus menata menu di meja.
"Jadi lo kerja di kafe ini?" Lontar Arga tiba-tiba, menatap Adira dari atas kepala sampai ujung kaki, dengan tatapan seolah merendahkan.
Adira terkejut, mengapa harus bertemu dengannya? Apa dia terlalu bersemangat hari ini hingga datang begitu cepat? Seharusnya ia datang nanti jam dua siang saja dan memilih menghabiskan sisa waktunya sebelum mulai bekerja.
"Emang sih lo cocok kerja disini, lo kan miskin, pantes aja kalau jadi Babu," cemooh Maureen. Sedangkan Adira hanya bisa selalu sabar atas semua hinaan yang didapatkan.
Maureen berdecak sebal, seketika nafsu makannya jadi hilang."Sayang, kita pergi aja dari kafe ini aku udah gak mood gara-gara liat muka si miskin ini."
Mereka berdua segera keluar dari kafe tapi sebelum itu Maureen menyenggol bahu Adira sehingga membuatnya mundur beberapa langkah.
See you next ...
24/9/2023
Jangan lupa vote dan komen🥰🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Destiny [ON GOING]
Teen Fiction"Tuhan, aku tidak sekuat itu." Adira tertawa hambar, beberapa detik kemudian ia menangis pilu. Dunia begitu kejam kepada Adira hingga tak memberikan peluang untuk merasakan bahagia yang sesungguhnya. ADIRA OKTAVIA Gadis yatim piatu yang hidup kurang...