11

333 12 3
                                    

Jangan lupa vote dan komen

Thanku ❤️

Happy reading (semoga suka)

_____

Arga sudah berada di dalam kamar. Setelah tadi ke mall dengan kekasihnya dan usai mengantarkannya pulang ke rumah dengan selamat.

Laki-laki itu mengistirahatkan tubuh di atas kasur dan beberapa saat setelahnya ia terlelap. Tak lama kemudian ia mendengar suara dering ponsel yang berasal dari handphone miliknya.

Drtttt ... drttt ...

Arga lantas membuka mata. Ia terdiam untuk beberapa saat, berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih melayang di dalam mimpi.

Dengan malas, pemuda itu langsung mengangkat telponnya yang berada di atas nakas samping tempat tidur.

"Lo lagi dimana?"  Tanya Gavin dari telepon.

"Rumah."

"Gue sama Kai mau ke club, mau ikut gak?"

"Otw."

Mereka bertiga sudah berada di club. Dentuman musik yang begitu keras memenuhi penjuru ruang club. Suasana club yang gelap dan dibantu lampu disko yang berputar-putar membuat semuanya  semakin menggila dengan tarian erotis. Bar minuman berderet disisi kanan dan kiri.

"HELLO, I'M COMEBACK," sapa Kai dengan keras karena terhalang oleh suara musik.

"Woi!" Teriak Gavin.

"MATIIN DULU MUSIKNYA, ADA PENGUMUMAN PENTING TING TING ." Suara musik berhenti, semua mata tertuju pada mereka bertiga.

Gavin berdehem menetralkan suaranya, "Pesan semua yang kalian mau! Arga yang traktir," ujar Gavin dengan tampang tak berdosa sama sekali.  "Tepuk tangan dong." Seketika semuanya  bersorak senang.

"Wow!"

"Beneran nih?"

"Sering-seringlah kayak gini"

"YUHUUU!!"

Musik kembali dinyalakan, semua kembali berjoget riah tentunya dengan suasana hati senang karena mendapatkan traktiran. Kapan lagi ditraktir setelah sekian lama? Mereka bertiga jarang sekali berkunjung, terhitung setiap tiga bulan sekali saja.

Minuman di tempat ini Sangat mahal, tak jarang banyak pengunjung dari kalangan berbisnis tentunya dengan perusahaan yang terkenal dan mendunia.

Sedangkan orang yang ditumbalkan mendengus kesal. Sudah biasa ia dijadikan uang berjalan oleh teman-temannya, padahal mereka memiliki banyak uang juga. Meskipun begitu, pada akhirnya ia tetap membayarkan.

Tak lama setelah itu Kai membawa sebuah nampan yang berisi minuman beralkohol. Dibukanya lalu dituangkan ke gelas-gelas, dentingan gelas yang beradu menandakan mereka bersulang.

Mereka meneguk minuman masing-masing sampai tandas tak tersisa.

"Gak seru kalau gini aja," ujar Kai sambil merebahkan tubuhnya di sofa panjang.

"Gimana kalau main truth or dare," saran Gavin, kakinya ia angkat ke atas meja, ia menghisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke udara.

"Truth or dare?" Ulang Kai, "boleh juga, yokk!" Lanjutnya.

"Lo gimana?" Tanya Gavin kepada Arga, ia yang di tanya hanya mengangguk mengiyakan.

Truth or dare sebuah permainan berisi kejujuran atau tantangan, yang akan menantang kepribadian dan mental seseorang.

"Biar gue aja yang mutar." Arga mengambil botol yang berada di tengah meja, memutar botol tersebut hingga mengarah pada Gavin.

"Sial," rutuk Gavin saat ujung botol tepat menunjuk ke arahnya.

"Truth or dare?" Tanya Arga.

"Gue milih truth," katanya, mengingat otak teman-temannya agak aneh.

"Gue aja yang nanya," pinta Kai.

"Ok," jawabnya Arga singkat.

Kai terdiam beberapa saat seraya memikirkan pertanyaan apa yang cocok diajukan untuk teman disebelahnya, beberapa detik kemudian ia menjentikkan jarinya ke udara dengan senyum lebar.

"Lama! Cepetan nanya," sebal Gavin.

"Udah berapa banyak perempuan yang having sex sama lo?"

"Gak tau, dah lupa." Dengan santai Gavin menjawab seolah tak ada beban, Kai sontak  mengeplak kepala Gavin.

"Anjir! brengsek banget," Maki Kai tak habis pikir akan sifat Dajjal temannya.

"I don't care."

"Saking banyaknya sampe lupa." Arga menggelengkan kepalanya dengan tawa kecil sembari menuangkan wine ke dalam gelas, terdapat sindiran dari ucapan tersebut.

"But, gue selalu pakai pengaman," sanggah Gavin, ada alasan tertentu kenapa ia seperti ini dan tak ada satupun yang tahu alasannya selain dirinya dan Tuhan.

"Udah kan, sekarang giliran gue yang mutar." Gavin memutar botol kaca dengan lihai.

"Terus muter, jangan berhenti di gue," monolog Kai.

"ARGA," ucap Gavin dan Kai kompak.

"Truth."

"Lo sama Maureen udah main sejauh mana?" Pertanyaan itu berasal dari Gavin.

"Just a kiss and hug."


Delapan botol sudah pemuda itu habiskan, ia berjalan keluar dari club dengan sempoyongan. "Akhh! ... badan gue panas banget," desis Agra entah mengapa tubuhnya  terasa aneh. Seketika kekesalannya bertambah saat mobilnya mogok di tengah jalan. 

Arga berjalan tanpa tujuan , tak berselang lama setelah itu netranya melihat sosok perempuan yang selalu menjadi bahan bullying di sekolah, Arga menyeringai.

See you next ...

25/1/2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello, Destiny  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang