Hii gyus, ini cerita pertamaku diwattpad masih harus banyak belajar banget nih. jadi harap di maklumi 😀
Mohon kritik dan sarannya untuk bisa berkarya lebih baik lagi kedepannya.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-Adira baru saja bangun dari tidurnya dengan mata sembab karena semalaman dia menangis teringat kedua orangtuanya, matanya beralih menatap jam dinding. Ia kaget ketika jam menunjukkan pukul 06:54. Gawat, ia akan terlambat pergi ke sekolah. Ditambah akan ada ulangan dan Gurunya sangat killer, tidak ada dalam kamusnya ulangan susulan.
Sebentar lagi jam masuk sedangkan ia belum melakukan apapun. Adira bergegas turun dari ranjang, ia pergi menuju kamar mandi. Adira mandi hanya butuh waktu lima menit karena ia sedang terburu-buru.
Sambil merapihkan penampilannya, Adira melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 07:00. Itu artinya ia sudah terlambat. Siap-siap saja pasti ia akan mendapatkan nilai jelek dimata pelajaran sang guru killer karena tidak mengikut ulangannya.
***
Sampai di sekolah Adira mendesah kecewa menatap gerbang di depannya yang sudah tertutup.
"PAK!"
Tak lama setelah itu pria paruh baya datang. "Oalah Adira kenapa bisa terlambat, baru kali ini loh?" Tanya satpam keheranan.
"Pak tolong bukaiin, ada ulangan dari bu Sarah." Adira menunjukkan raut memelasnya berharap Pak satpam mau mengasihani dirinya,.
"Yah, ya. Pliss," pintanya memohon, sambil menangkupkan kedua tangannya.
Pak satpam mengedarkan pandangannya ke arah sekolah dengan rasa was-was, takut ketahuan, karena membiarkan murid yang terlambat masuk ke sekolah. "Yaudah masuk cepat," ucap satpam sambil membukakan gerbang untuk Adira.
Adira tersenyum sumringah. "Makaaasih pak."
Adira mengangguk dan segera masuk karena takut ada Guru yang melihatnya terlambat, jika terlihat maka dipastikan ia akan dihukum.
Adira menghela napas tenang. Semoga saja Gurunya belum hadir di kelas walaupun terdengar mustahil, karena bagaimanapun beliau akan selalu datang tepat waktu biarpun hujan badai sekaligus. Itulah mengapa pelajaran tersebut tidak diminati banyak manusia, selain Guru yang sangat killer pelajarannya pun bikin pusing. Matematika atau kebanyakan pelajar menyebutnya mematikan.
*
*
*Setibanya di kelas Adira melihat sang guru dari luar pintu sedang berkeliling melihat murid-murid mengerjakan ulangan. Ia mengumpulkan secuil keberanian untuk masuk, dirinya tahu akan ada hukuman menanti.
Adira mengetuk pintu. "Permisi." Berjalan menuju sang guru, semua murid yang sedang mengerjakan ulangan otomatis langsung menoleh ke arahnya.
"Kenapa bisa terlambat? Ngapain aja semalam? Emang ini sekolahmu bisa datang kapan saja," serobot sang guru yang bernama Sarah karena killernya diketahui semua murid yang bersekolah di SMA Tunggal Airlangga.
Adira hanya diam tak tahu harus melakukan apa. Ini memang salahnya."Oke, saya akan beri kamu keringanan," celetuknya tiba-tiba, muka Adira yang murung seketika cerah kembali.
"Saya cukup mengerti. Anak beasiswa seperti kamu akan mendapatkan masalah jika alpa-nya sudah 3 selama setahun di sekolah ini," lanjutnya.
"Karena ini pertama kali kamu melanggar, saya masih bisa men-toleransi. Kamu akan tetap saya hadirkan di absen, akan tetapi, hukuman tetap berjalan. Jika kamu melarikan diri terpaksa batal."
"Sekarang hormat di tiang bendera tengah lapangan sampai jam istirahat habis!"
Sama saja bohong, ia selamat masuk gerbang depan tetapi ia juga dihukum. Biarpun begitu Adira tetap senang seengaknya ia tidak alpa di absen sekolah.
Adira langsung menuju ke lapangan untuk melaksanakan hukumannya. Ia lupa semalam kalau besoknya yang mengajar di kelas adalah Bu Sarah. Kalau saja ingat, ia akan tidur cepat semalam dan mempersiapkan dirinya supaya tidak terkena hukuman seperti saat ini, nasi sudah menjadi bubur.
See you next ...
30/9/2023
Jangan lupa vote dan komen 🥰🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Destiny [ON GOING]
Teen Fiction"Tuhan, aku tidak sekuat itu." Adira tertawa hambar, beberapa detik kemudian ia menangis pilu. Dunia begitu kejam kepada Adira hingga tak memberikan peluang untuk merasakan bahagia yang sesungguhnya. ADIRA OKTAVIA Gadis yatim piatu yang hidup kurang...