2. Permohonan Pada Kesunyian

5.5K 416 6
                                    

"Aku tidak ingin melihat wajah cantik ini terluka seperti ini."

"Ah," Annica membalas. Gadis itu menggerakkan kakinya ke selangkangan Diggory dan mengeluskan telapak kakinya ke benda diantara kedua kaki pria itu. "Apakah kau memperhatikanku karena kau merasa kesepian di bawah sana, Tuan? Apakah karena Nyonya Ruth sudah tidak menarik lagi bagimu?"

Annica bisa merasakan benda di telapak kakinya membesar oleh sentuhannya. Gadis itu mendecih.

"Jangan berpura-pura peduli kepadaku kalau begitu. Apapun yang kau katakan, alasan apapun yang kau berikan, aku mengerti mengapa kau membeliku. Tujuanmu setipis kertas yang tembus pandang, Tuan Diggory."

Annica tahu ia tidak seharusnya membangunkan iblis yang ada di dalam pria itu. Walau terlihat kalem dan tidak berbahaya, Diggory mampu menjadi pria yang kasar dalam sekedipan mata.

Tapi Annica sudah benar-benar tidak peduli akan apa yang terjadi. Ia membenci kehidupannya. Ia membenci dirinya sendiri. Ia membenci Diggorry dan Ruth dan, dengan perkecualian temannya, Heidi, Annica membenci semua pelayan yang ada di rumah itu.

Diggory menyipitkan matanya dan meraih kerah gaun yang di pakai Annica. Pria itu akhirnya kehilangan kesabarannya. Ia sedang dalam banyak tekanan dari pekerjaannya. Dan apa yang dikatakan oleh Annica melukai harga diri pria itu. Tidak akan dibiarkannya gadis itu mengejeknya.

Ditariknya tubuh Annica agar mendekat dan diraihnya belakang kepala gadis itu. Lalu dengan paksa, di ciumnya bibir Annica.

"Mmh!" Annica mengerang. Sekuat tenaga didorongnya dada Diggory agar menjauh, tapi bukannya bergeming, pria itu justru memperdalam ciumannya.

Di remasnya pipi Annica dengan telunjuk dan ibu jarinya, dan dipaksanya agar mulut wanita itu membuka.

Merasa sia-sia untuk melawan, Annica akhirnya menyerah. Ia pun melemaskan rahangnya dan membalas ciuman Diggory dengan lumatan bibirnya sendiri.

Diggory mengira ia akhirnya mendapatkan apa yang dimauinya. Ia pun memejamkan matanya dan mulai melenguh, hanya untuk mendapatkan gigitan keras dari Annica ke bibirnya.

"Ah!' Diggory melepaskan ciumannya dan memundurkan wajahnya.

Tangannya menyapu bibirnya sendiri dan pedih, sedikit darah kini mengalir keluar dari bekas gigitan Annica.

Sambil terengah-engah, Annica menjauhkan tubuhnya dari Diggory.

"Hentikan. Aku tidak ingin kau menyentuhku lagi."

Diggory menundukkan kepalanya. Nafas pria itu terlihat memburu. Annica sadar bahwa ia sudah melakukan kesalahan dengan melawan. Karena kini ia bisa melihat kemarahan dalam dada Diggory yang terengah-engah.

Pria itu menaikkan kepalanya. Sangat pelan layaknya seekor harimau yang sedang mengintai mangsanya.

"Oh, Annica... ck...ck...ck... gadis nakal...," Diggory menggeram sambil menatap ke arah Annica dengan pandangan penuh kegelapan yang membuat bulu kuduk gadis itu seketika berdiri.

Diggory meraih lengan Annica dan menjatuhkan tubuh gadis itu ke atas ranjang.

"Tidak perlu mendadak menjadi malu, Annica," Diggory berkata dengan suara seraknya yang selalu membuat perut Annica bergolak ketika mendengarnya.

Pria itu kini menarik kedua tangan Annica ke atas sementara tubuhnya yang besar menindih gadis itu.

"Bukankah kau yang selalu menggunakanku untuk mendapatkan apa yang kau inginkan? Tidakkan aku selalu menuruti apapun yang kau mau? Daging? Obat-obatan? Bahkan segala pernak pernik yang tidak mungkin dimiliki seorang budak, pernahkan aku menolak permintaanmu?"

Bunga Dan Pedang [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang