5. Selir Sang Jenderal

4.3K 335 20
                                    

Dua minggu kemudian.

Octavianus mengamati wajah gadis yang berdiri di depan pintu gerbang.

Kepala gadis itu menunduk ke bawah. Tapi ia bisa melihat bahwa gadis itu memiliki penampilan yang menarik. Kulitnya yang putih susu dan mulus membuat gadis itu berbeda dengan budak kebanyakan. Dan tubuhnya yang sintal, terlihat berisi di tempat-tempat yang tepat.

Budak itu mungkin bukan perawan tapi ia terawat dengan baik. Sang Jenderal pasti akan menyukai apa yang disiapkan untuknya. Octavianus hanya berharap bahwa wanita itu tidak terlalu rapuh hingga hancur bahkan sebelum Marcus selesai bermain.

"Jadi kau adalah budak yang dikirimkan oleh istri Kepala Daerah Diggory Millys?" Octavianus bertanya dengan suara lantang .

Gadis yang ada di depannya tersentak kaget.

"Y-ya, Tuan Panglima," Annica menjawab tanpa mengangkat kepalanya.

Alis Oktavianus terangkat naik. Tidak bagus. Jendral Marcus tidak menyukai wanita lemah yang penakut dan mudah kaget.

Oktavianus mengamati Annica sekali lagi sebelum memutuskan bahwa bukan urusannya Sang Jenderal menyukai gadis itu atau tidak. Mereka mencari budak bukan untuk melayani gairah seksual sang Jenderal. Pria itu sudah memiliki sederetan wanita untuk memuaskan kebutuhan ranjang Sang Jenderal yang sama besarnya dengan badannya. Yang mereka butuhkan adalah seorang pelayan. Seseorang untuk mengurusi keperluan selir-selir Sang Jendral.

Mungkin wanita penurut adalah yang tepat untuk posisi itu, mengingat bagaimana rewel dan sulitnya selir-selir itu untuk di urusi. Pelayan mereka sudah banyak yang berhenti karena kelima selir itu.

Oktavianus menghela nafas. Sejak kapan seorang panglima sepertinya mengurusi masalah rumah tangga seperti ini. Betapa ia merindukan jaman ketika kedamaian masih jauh. Jaman ketika dimana ia bersama Marcus, bersanding bahu bertemu bahu melawan musuh mereka di medan perang. Pedang dan kekacauan lebih menarik daripada mengurusi wanita dan segala drama mereka.

"Baiklah kalau begitu," Oktavianus berkata sambil mendengus. "Ikuti aku."

Pria itu mengayunkan tangannya memanggil Annica untuk mengikutinya masuk.

Setengah berlari, Annica menyusul langkah lebar Marcus yang sudah beberapa jangkah di depannya.

"Seperti yang bisa kau lihat, rumah ini sangat luas," Octavianus memulai penjelasannya ketika mereka melewati lapangan yang ada di bagian depan rumah. "Ada 3 gedung utama di rumah ini. Yang paling depan digunakan untuk pertemuan, yang kedua untuk perjamuan, dan yang ketiga adalah kediaman Sang Jenderal bersama para selirnya. Para pelayan dan prajurit memiliki barak sendiri di sekeliling gedung utama."

"Jenderal Marcus menyukai kebersihan," Oktavianus melanjutkan. "Jadi pastikan bahwa barang selalu di kembalikan ke tempatnya setelah dipakai. Sang Jenderal juga membawa prajurit-prajurit pilihan, pelajar dan sarjana bersamanya. Ahli hitung, juru tulis, dan orang-orang paling pintar yang bekerja pada kerajaan. Selain itu ia juga membawa kelima selirnya. Tugasmu adalah mentaati perintah mereka dan melayani apapun yang mereka butuhkan. Apakah kau mengerti?"

Oktavianus menoleh ke belakang dan berhenti mendadak ketika melihat bahwa Annica sudah tidak lagi mengikutinya dan kini sedang berhenti di depan salah satu ruangan sambil melongok ke dalam.

"Hei!" pria itu membentak.

Annica, yang sedang terbengong melihat beberapa pria dengan pakaian dari sutra terbaik sedang menyusun gulungan-gulungan kertas di dalam lemari, buru-buru berlari menghampiri Oktavianus.

"Ma-maaf, Tuan," gadis itu menjawab. Semua ini mengingatkannya akan pekerjaan ayahnya dulu. Berpakaian sutra terbaik dan bekerja dengan gulungan-gulungan kertas sepanjang hari. Hingga monster itu muncul dan mengubah segalanya.

Bunga Dan Pedang [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang