3. Kesempatan

4.4K 383 9
                                    

Heidi datang ke kamar Annica beberapa jam kemudian dengan membawa berbagai obat-obatan yang didapatnya dari rumah sang tabib.

Wanita berumur lima tahun lebih tua dari Annica itu itu sudah bekerja di keluarga Millys sejak ia berusia muda. Kedua orang tuanya meninggal ketika wabah melanda desa mereka, jadi sebagai putri sulung keluarganya, otomatis ia lah yang kini harus menjadi tulang punggung bagi nenek dan adik-adiknya yang masih kecil.

Annica mengingatkannya akan salah satu adiknya di rumah. Dengan tubuh mungilnya dan rambutnya yang pirang. Oleh sebab itu, Heidi selalu merasa kasihan kepada Annica dan sebisa mungkin berusaha untuk menjaga gadis itu ketika bekerja.

Heidi tidak tahu bagaimana ceritanya hingga Annica berada di rumah itu. Atau mengapa Nyonya Ruth memanggilnya anak pengkhianat. Ia hanya tahu bahwa Annica dulunya adalah anak seorang keluarga kaya sebelum kemudian kehilangan segalanya dan terpaksa harus hidup sebagai budak Diggory.

"Oh... Penguasa Alam....  Annica! Kau tidak apa-apa?" Heidi langsung berseru begitu melihat Annica meringkuk diatas lantai dengan pecahan kaca bercecerah di sekeliling tubuh gadis itu.

Buru-buru Heidi meletakkan obat-obatan ke atas meja kecil di dekat pintu masuk dan mendekati Annica dengan langkah hati-hati.

"Apa yang terjadi disini, Annica?" Heidi bertanya sambil melangkahi serpihan kaca dilantai, berusaha untuk tidak menginjaknya.

Annica tidak menjawab. Ia bahkan tidak bergerak dari tempatnya hingga temannya meraih lengannya dan membantunya kembali ke atas ranjang. Heidi membaringkan tubuh Annica yang lemas ke atas ranjang.

"Ann, kau tidak apa-apa?" Heidi kembali bertanya.

Tapi Annica hanya membalikkan tubuhnya memunggungi Heidi. Setelah beberapa detik, barulah terdengar balasan dari bibir Annica, "Tinggalkan aku sendiri, Heidi."

Heidi terdiam mengamati tubuh Annica. Ada bekas-bekas cengkeraman tangan di pergelangan tangan dan lengan Annica, yang Heidi tidak yakin berasal dari mana. Mungkin dari kedua pelayan yang tadi memegangi lengan gadis itu atau mungkin dari orang lain. Tapi melihat bercak lelehan lengket yang keluar dari paha Annica, ditambah celana dalam robek yang kini tergeletak diatas lantai, Heidi bisa menebak apa yang terjadi di kamar itu.

"Oh, Annica...," Heidi mendesah sambil duduk di pinggiran ranjang.

Ia tidak tahu apa yang harus di katakannya untuk menghibur temannya.

Bukan rahasia bahwa sang kepala daerah memiliki obsesi terhadap Annica. Seperti orang yang sudah kecanduan, tuan rumahnya itu tidak bisa mengontrol dirinya setiap ketika berada di dekat Annica. Entah sudah berapa banyak luka dan lebam yang dilihatnya dari tubuh Annica setiap Diggory mendatangi gadis itu. Tidak heran jika setiap harinya Annica mengeluh ingin membolos dari pekerjaan rumahnya.

Tapi  Heidi tahu bahwa lebih baik terlindungi di rumah singa, daripada harus mempertahankan dirinya sendiri berada di luar sana.

Gadis muda cantik seperti Annica, tidak akan bisa bertahan lama hidup sendirian di luar sana. Seseorang akan melakukan hal yang lebih parah kepada Annica dibanding jika ia bertahan bersama Diggory. Bahkan Annica juga tahu akan hal tersebut. Itu lah yang membuat Annica bertahan sejauh ini. Ketika duniamu di kelilingi oleh pecahan kaca yang tajam, tidak ada pilihan yang lebih baik selain berhenti di tempat.

Heidi berdiri dan berjalan ke sudut ruangan untuk mengambil sebuah sapu. Sambil mulai membersihkan pecahan kaca yang bertaburan di atas lantai, wanita itu mencoba mengalihkan perhatian Annica dengan cerita yang di dapatnya ketika di rumah sang tabib.

"Kau tidak akan tahu siapa yang kutemui di rumah tabib Elwyn, Annica," Heidi memulai.

Tidak ada jawaban dari Annica.

Bunga Dan Pedang [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang