Part 6

143 16 0
                                    

Setelah mengambil piyama, Miyuki segera ke kamar 285 yang dia sendiri tidak tahu kamar siapa itu. Dia mengetuk pintu dan Hyera membukakan pintu sedikit.

Hyera langsung keluar dan menutup pintu asrama Jessie membuat Miyuki bingung sekaligus penasaran.

"Ini permintaanmu," kata Miyuki sambil memberikan setelan piyama baru milik Hyera.

"Makasih, untuk penjelasan besok ya," balas Hyera mengambil piyama itu lalu masuk kembali.

Miyuki geleng-geleng kepala saja, dia tahu kalau Hyera berkata jujur. Kalau Hyera berkata A maka A yang terjadi, makanya dia tidak memaksa dan menunggu besok.

Hyera yang sudah masuk dia segera memakaian piyama ke Jessie setelah memakaian Jessie underwear dulu, lalu dia menyelimuti Jessie dan dia memilih untuk tidur di sofa walau dia bisa saja tidur di kasur.

Sungguh tidak nyaman dia pakai kemeja dan celana bahan ini, ingin balik ke kamar tapi dia tidak tega. Mau tidak mau, dia tidur saja walau rasa tidak nyaman.

Pagi harinya, Jessie bangun lebih dulu. Dia kaget melihat dirinya yang memakai piyama, entah piyama siapa yang dia gunakan karena dia tahu, dia mana mungkin punya piyama bagus.

Lalu dia tidak sengaja melihat Hyera yang masih terlelap di sofa, membayangkan apa yang terjadi semalam akhirnya dia paham kalau piyama yang dia gunakan milik Hyera.

Dia tidak mengerti kenapa Hyera memilih tidur di sofa, padahal ranjang miliknya sangat luas. Akhirnya dia membangunkan Hyera, kasihan Hyera jika terlalu lama tidur di sofa.

Hyera yang dasarnya mudah dibangunkan, dia langsung terbangun. Dan dia melihat Jessie sudah terbangun lebih dulu, lalu dia memilih duduk.

"Pagi," sapa Jessie.

"Pagi, gimana perasaan mu?" tanya Hyera to the point.

"Masih sama," lirih Jessie.

"Jawab yang jujur, apa yang terjadi kemarin?" tanya Hyera menatap Jessie tajam.

"Kepala sekolah memberikan aku surat," balas Jessie takut.

"Berikan suratnya," tegas Hyera membuat Jessie mau tidak mau harus memberikan.

Hyera melihat isi surat tersebut, dia mengepal tangannya kuat. Surat itu berisi hal yang tidak pantas, orang tua mana yang tega menjual anaknya sendiri untuk dijadikan kupu-kupu malam.

Sudah dikekang, diatur, sekarang dijual. Kurang baik apa orang tua Jessie, memang sangat kurang baik. Hyera melihat Jessie yang menunduk sekaligus ketakutan, dia menghela nafas.

"Jangan lakukan hal seperti kemarin, kamu aman dan aku jamin itu. Siap-siap ke sekolah gih, aku balik dulu," kata Hyera lembut mengusap kepala Jessie lalu dia pergi.

Hyera pergi dengan surat yang diberikan Jessie, saat kembali ke asrama. Dia melihat Zevilion yang sepertinya ingin menyusul dia, dia segera masuk tidak mempedulikan mereka.

Dia menaruh suratnya lalu dia segera mandi dan ganti pakaian, sedangkan mereka di luar malah bingung melihat dia yang masih pakai pakaian kemarin.

Miyuki pun terheran-heran kenapa dia tidak memakai piyama yang Miyuki bawa untuk dia, dengan serentak mereka masuk ke kamar dia karena Zevilion tahu password masing-masing.

"Mau ke mana?" tanya Reine mewakili mereka.

Saat mereka masuk, mereka melihat Hyera tidak menggunakan seragam sekolah. Malah memakai pakaian formal, cukup membuat mereka bingung apalagi mereka tidak ada rapat atau kunjungan ke perusahaan.

Hyera menghela nafas, dia menjelaskan semuanya yang terjadi semalam sekaligus dia memberikan surat milik Jessie ke mereka sebagai bukti.

Mereka yang mendengar cerita dia sangat geram, mereka ingin menghabisi orang tua Jessie. Segila-gilanya orang tua mereka dalam bekerja, mereka masih menyayangi anak-anaknya bukan dijual.

"Kalian jaga sekolah ya, aku keluar bentar," pinta Hyera diangguki mereka.

"Iya, kamu tenang saja. Urusan Jessie di sini, kami bisa mengawasi bergantian," balas Yovela mewakili.

Hyera senang memiliki mereka, setidaknya beban dia berkurang satu. Dia segera pamit ke mereka melupakan dirinya belum sarapan, Miyuki yang sadar ingin mencegah dia pergi namun terlambat.

"Sebaiknya kita ke kamar Jessie dulu, kita ajak dia sarapan," usul Reine disetujui mereka.

Mereka ke lantai 2, di sana mereka bingung. Mereka lupa satu fakta, kalau mereka tidak tahu di mana kamar Jessie. Miyuki yang sempat ke sini, dia segera ke kamar 285.

Kamar yang dia datangi semalam dan dia yakin kamar itu milik Jessie, di sana dia mengetuk pintu dulu dan benar saja Jessie membukakan pintu.

Jessie mempersilakan mereka masuk, kamar Jessie terbilang rapi dengan catatan dia tidak frustasi hingga menghancurkan seisi kamar.

"Kalian kelas berapa?" tanya Jessie penasaran.

"Kami kelas 11, beda 1 tahun darimu," balas Miyuki diangguki Jessie.

"Ngapain ke sini?" tanya Jessie lagi.

"Ajak kamu sarapan, yuk pergi," ajak Yovela bersemangat.

Tenang Yovela bukan play girl, dia tetap setia sama pacarnya. Mana mungkin dia mengambil gadis incaran Hyera, dia juga masih sayang pacarnya.

"Kak Hye di mana?" tanya Jessie ketika dia tidak melihat Hyera.

"Hye tidak sekolah hari ini, dia pergi ke luar," balas Miyuki, Jessie menunduk seolah tahu ini salahnya.

"Maaf," kata Jessie lirih, hanya kata itu yang bisa dia keluarkan.

"Bukan salahmu, yuk sarapan sebelum kamu kelas bertarung," balas Miyuki diangguki Jessie.

Mereka pergi ke kantin, di kantin sudah ada pacar mereka. Mereka memperkenalkan pacar mereka ke Jessie, Jessie berkenalan juga dengan mereka.

Walau Jessie tahu hubungan ini salah, entah kenapa dia tidak mempermasalahkan toh ini hubungan mereka.

Setidaknya, perlahan tapi pasti dia bisa beradaptasi dengan baik walau ketakutan masih ada.

Takut dengan hal beginian tapi dia sendiri juga merutuki dirinya yang mengajak Hyera pacaran dengannya tanpa rasa cinta, saking frustasinya dia seperti ini.

Seharusnya dia tidak mempermainkan perasaan seseorang, dia sangat menyesal apalagi memikirkan hal itu.

Sedangkan Hyera di luar, dia mengurus keluarga Jessie yang tidak tahu diri. Jelas-jelas peraturan sekolah menegaskan, siapa pun tidak boleh keluar sekolah kecuali mereka sudah lulus.

Atau keluarga mereka harus membayar 100M untuk membebaskan sang anak dari sekolah itu, toh orang tua mereka sendiri yang memasukkan malah orang tua mereka juga yang menarik.

Sunggu tidak adil bukan? Makanya peraturan itu diberlakukan supaya orang tua tidak semena-mena, selain itu jika orang tua itu masih keras kepala maka jalur hukum siap menanti.

Apalagi orang tua secara sadar menandatangani surat perjanjian di atas materai, artinya orang tua akan kalah dalam hukum.

Sekarang Hyera berada di rumah keluarga Jessie, dia dengan sopannya langsung menendang pintu hingga rusak.

Orang tua Jessie sangat kaget melihat pintu rumah mereka hancur, lalu mereka melihat siapa pelakunya dan mereka ketakutan siapa yang tidak kenal Zevilion orang yang berpengaruh.

TBC...

23. ZevilionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang