Part 5

159 14 0
                                    

Setelah itu Hyera memberikan heels ke Jessie untuk dipegang, lalu dia berjongkok supaya Jessie bisa naik ke punggungnya.

"Naiklah, aku tahu kamu lelah," suruh Hyera tanpa melihat Jessie.

Jessie ragu untuk naik atau tidak, jika dia tidak naik maka Hyera tetap seperti itu. Mau tidak mau dia naik ke punggung Hyera, Hyera dengan sigap mengendong dia.

"Apa tidak berat?" tanya Jessie dibalas gelengan.

"Ringan kok, kalau aku bilang berat bukan Ketua Zevilion namanya," balas Hyera santai.

"Kamarmu di mana?" tanya Hyera menoleh sedikit ke samping.

"Nomor 285," balas Jessie diangguki Hyera.

Asrama ini memiliki 5 lantai, lantai 1 untuk ruang tamu, toserba dan mesin-mesin minuman atau snack atau makanan instan, sedangkan lantai 2 untuk kelas 10, lantai 3 untuk kelas 11, lantai 4 untuk kelas 12 dan lantai 5 untuk guru.

Untuk kamar asrama di masing-masing lantai ada 100 kamar kecuali kamar guru yang hanya ada 20 kamar itu pun masih ada kamar kosong.

Di asrama ini juga ada lift dan tangga, jika mereka malas mereka bisa naik lift. Khusus guru, sudah dibuatkan lift tersendiri yang langsung ke lantai 5 dan guru-guru saja yang bisa akses lift nya.

Jarak dari pesta ke asrama cukup jauh dan Jessie kuatir dengan Hyera yang masih mengendongnya tanpa lelah, padahal Hyera sudah menyuruh dia santai saja.

Setibanya di asrama, Hyera segera ke lift dan menekan tombol 2 karena dia malas naik tangga walau dia pakai sepatu bukan heels seperti Jessie gunakan.

Di lantai 2, dia tinggal mencari kamar saja setelah ketemu barulah dia menurunkan Jessie supaya Jessie bisa beristirahat.

"Makasih," kata Jessie tulus.

"Iya, masuk gih, kalau gitu aku permisi," balas Hyera sebelum pergi.

"Tunggu," kata Jessie menahan lengan Hyera.

"Kenapa?" tanya Hyera bingung.

"Namaku Jessie," kata Jessie memperkenalkan diri.

"Aku sudah tahu," balas Hyera santai.

"Boleh tinggal di sini? Temani aku sehari saja," kata Jessie entah ada angin apa, tiba-tiba saja dia berkata demikian.

"Maaf Je, peraturan tetap peraturan. Aku bukan siapa-siapa kamu, jadi kita tidak bisa tidur bersama," tegas Hyera, Jessie menunduk.

Hyera tidak bohong, dia berkata jujur dan dia tidak modus juga. Dia selalu menaati peraturan yang dia buat, karena peraturan sekolah ini memang Zevilion yang pegang bisa dikatakan Zevilion pemegang kendali.

"Sampai jumpa," kata Hyera berpamitan lalu melepaskan tangan Jessie, sayangnya Jessie memegang tangannya kembali.

"Aku mohon," mohon Jessie memelas.

Hyera tidak mengerti kenapa Jessie memaksa dia untuk tinggal di kamarnya, kalau Jessie takut gelap itu tidak berlaku lagi di sini sangat terang.

"Kasih aku alasan yang jelas kenapa kamu maksa aku tinggal?" tanya Hyera tegas, Jessie ragu dan takut mengatakannya.

Jessie tidak menjawab, dia malah membuka pintu lalu menarik Hyera masuk. Walau tenaga Hyera kuat, tapi tarikan dadakan membuat dia kaget juga, setelah itu Jessie mengunci pintu.

"Kamu kenapa sih?" tanya Hyera to the point.

Jessie tidak menjawab, dia melepaskan semua pakaiannya hingga naked di depan Hyera. Hyera kaget melihat dia seperti ini, Hyera memang cinta dia bukan berarti Hyera harus melihat tubuh dia tanpa status.

"Kamu gila! Pakai pakaianmu kembali," tegas Hyera dengan nada tinggi, dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Jessie saat ini.

"Aku bitch, aku bitch, mereka selalu mengatakan itu. Mereka mau menjualku, sentuh aku, ku mohon," kata Jessie frustasi membiarkan air matanya mengalir.

Hyera melihat keputusan asaan dari mata Jessie, dia tidak tahu seberapa menderitanya Jessie di luar sana sebelum Jessie ke sini. Dia menghela nafas, dia menghapus air mata Jessie.

"Urusan orang tuamu, kamu tenang saja. Kamu aman di sini, pakai pakaianmu," balas Hyera lembut mengelus kepala Jessie.

Hyera tahu tubuh Jessie sangat seksi, sayangnya dia bukan orang yang mengambil kesempatan saat Jessie frustasi. Dia tidak sebejat itu, dia mau mereka melakukan seks atas kemauan mereka bukan putus asa.

Tiba-tiba Jessie maju dan berjinjit, lalu dia menarik belakang kepala Hyera untuk mencium bibir Hyera. Hyera kaget saat Jessie dengan santainya mencium bibirnya, lama-kelamaan dia mengikuti alur.

Eeuumm.

Desah keduanya, mereka masih terhanyut dari ciuman mereka hingga Hyera lah yang tersadar lebih dulu dan menganggap ini salah terlebih mereka bukan siapa-siapa.

"Ini tidak benar, Je!" bentak Hyera mendorong Jessie pelan.

"Ku mohon," lirih Jessie dibalas gelengan.

"Jangan rusak dirimu, kamu berharga tidak peduli apa kata orang tentang kamu. Ini hidupmu bukan hidup orang lain," tegas Hyera menatap tajam Jessie, Jessie menunduk takut.

Hyera tidak peduli dengan kemejanya yang berantakan, setidaknya dia bisa mengendalikan dirinya untuk tidak menyentuh Jessie lebih jauh.

Jika dia tidak hentikan, bisa saja dia merusak Jessie walau ini bukan keinginannya tetap saja dia menikmatinya juga. Bukankah itu artinya dia orang bejat?

"Tidur, lupakan yang terjadi," suruh Hyera lembut.

"Jadilah pacarku, dengan begitu kamu bisa menyentuhku," kata Jessie memaksa, Hyera geleng-geleng.

"Kamu gadis normal, aku tahu itu saat kamu ketakutan melihat keanehan di sini. Kenapa sekarang kamu mau menjadikanku pacarmu? Kenapa kamu sedari tadi mau disentuh? Apa kamu tidak sayang tubuhmu?" tanya Hyera to the point.

Hyera bukan orang bodoh yang tidak bisa membaca kondisi, dia sering ketemu banyak orang. Melihat Jessie seperti ini, dia tahu ada hal aneh.

"Aku takut hiks," lirih Jessie pelan.

"Sudah aku bilang semua aman maka aman, jangan melakukan ini lagi," bisik Hyera memeluk sambil mengelus kepala Jessie.

Hyera membiarkan Jessie menangis sepuasnya, membiarkan dia melupakan semuanya. Tidak lama, dia mendengar nafas teratur artinya dia sudah terlelap dalam pelukkan Hyera.

Hyera membaringkan Jessie di kasur dalam keadaan naked, setelah itu dia melihat isi lemari Jessie supaya Jessie bisa memakai piyama dan betapa terkejutnya dia saat melihat isi lemari Jessie.

Pakaian kurang bahan semua, dia menghela nafas, pantas saja Jessie seperti ini. Frustasi dan ketakutan, mau tidak mau dia harus menghubungi Miyuki karena kamar mereka bersebelahan.

Dia tidak mungkin meninggalkan Jessie sendiri dalam keadaan naked, bisa bahaya. Dia menelepon Miyuki supaya Miyuki mengambil piyama baru miliknya dan dibawa ke asrama milik Jessie.

Miyuki yang baru saja di kamar, dia bingung karena Hyera menelepon apalagi kamar mereka bersebelahan. Saat dia mengangkat telepon, Hyera menyuruh hal aneh apalagi mengantar ke asrama kelas 10.

Walau bingung, dia tetap mengambil apa yang Hyera minta setelah dia pamit ke sang kekasih. Untung saja, password Hyera diketahui jadi dia bisa masuk.

TBC...

23. ZevilionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang