Ting! ... tong! ...
Suara bel berbunyi, waktu istirahat telah habis. Para prajurit yang menonton tadi segera kembali ke lapangan.
"Hean! kau dipanggil ayahmu!" teriak salah satu prajurit yang baru datang.
Membuat anak laki laki 1 tahun lebih muda dari Ana itu melenggang pergi, masih dengan emosi yang Ana perbuat tadi. "Seperti anak kecil saja," ceplos Ana memandang punggung Hean yang kian menjauh, untung tidak terdengar oleh sang empu kalau tidak nanti diamuk masa lagi.
Hana yang mendengarnya terkekeh, matanya mengikuti arah mata Ana. "Dia memang masih kecil Asra,"
"Iya juga ya, hahaha ..." mereka berdua tertawa serempak menunjukan kebahagiaan yang sudah lama tak mereka rasakan.
"Aku ingin mengambil minum dulu ya, aku haus," ujar Hana sambil melambaikan tangannya.
"Ambilkan juga satu untukku ya!, terima kasih."
Sekarang yang berada di taman itu hanya tinggal Ana seorang.
Bruk! ...
Kebohongan yang tadi ia katakan adalah kebenaran, kakinya keram, berdenyut kencang sangat menyakitkan hingga membuat Ana rasanya ingin berteriak. Kini ditempat jatuhnya Ana segera meluruskan kakinya, memijatnya pelan, dan sesekali meringis kesakitan.
Ana melanggar ucapan dokter yang menangani penyakitnya, seharusnya ia tidak melakukan aktifitas berat karena dalam masa pemulihan, dan itu juga membutuhkan waktu yang cukup lama satu bulan atau bahkan lebih, sedangkan ia baru saja sembuh satu minggu lalu.
Dengan langkah terpogoh pogoh Ana pergi meninggalkan taman, entah mau kemana yang penting tidak ada yang melihatnya apalagi melihat dirinya yang lemah tak berdaya ini. Ana tidak ingin membuat orang lain khawatir lagi karena kondisinya itu.
"Sepertinya kakiku keram akibat melompat tadi," gumamnya sambil terus berjalan pelan. Setelah lamanya berjalan, Ana sampai di dekat danau tengah hutan yang bersebelahan dengan taman. Ana langsung mendudukan dirinya di tepi danau dengan meluruskan kedua kakinya.
"Andai aku dikaruniai kekuatan sihir, pasti aku bisa menyembuhkan kaki ini tanpa harus memakai kursi roda selama bertahun tahun," gerutunya dengan ketus sambil melempar batu ke danau. Walau Ana terkadang dingin tapi jika sudah berada di tempat ini kalian akan menemukan sisi lain dari seorang Ana.
Krusuk ... krusuk ...
Terdengar suara semak semak yang berbunyi, Ana langsung waspada berdiri mengambil posisi kuda kuda walau kakinya terasa sangat sakit. Sambil menahan sakit, ia menggigit bibir bawahnya. Tangannya sudah siap mengambil senjata rahasia yang ia simpan untuk melindungi diri diwaktu genting.
Tiba-tiba datang seseorang berjubah hitam dengan corak keemasan keluar dari tempat sembunyinya, menghampiri Ana yang dibuatnya tambah waspada. Ana langsung mengeluarkan senjata rahasia buatannya itu dan sudah menodongkannya pada seorang berjubah itu.
"Siapa kau?" tanya Ana sinis masih menodongkan senjatanya, oh, iya senjatanya berbentuk pedang runcing dan bisa berubah bentuk jadi senjata lainnya, seperti tombak, dan dua buah belati tajam.
Seseorang berjubah itu berjalan santai mendekati Ana tidak menghiraukan senjata tajam yang sekarang ini teracung ke arahnya. Setelah sudah persis berdiri di depan pedang Ana, seseorang itu membuka jubah yang menutupi wajahnya.
Terlihat seorang laki laki matanya yang berwarna biru langit, warna rambutnya juga senada dengan warna matanya. Membuat tingkat ketampanan laki laki itu bertambah apalagi dengan baju hitam bercorak warna emas itu, sangat cool.
KAMU SEDANG MEMBACA
What is Transmigration?
FantasyHappy reading bestie~ . . . Asraliona seorang anak perempuan cantik, baik, ceria, dan periang. Namun karena sebuah insiden, semua yang melekat pada dirinya hilang diganti dengan sifat dingin dan tertutupnya. Kematian orang tuanya ternyata bukan kare...