4. Balai pelatihan

6 6 0
                                    

Sudah satu minggu berlalu Ana dan Hana bersekolah dan belajar dengan baik, semua mata pelajaran sudah Ana kuasai. Untuk Hana walau menurutnya lumayan susah tapi dia masih mampu untuk paham semua materi yang selama ini para guru jelaskan.

Ana sudah tidak terlalu memikirkan tentang Avigradulion, tetapi sesekali ia memperhatikan setiap kepribadian Avi, dan memang Avi tidak sama dengan yang ada di ingatan Ana.

Avi itu sangatlah polos, ia dengan mudahnya menerima semua coklat yang diberikan para wanita centil, dan sikapnya juga bisa dibilang pendiam, ramah, baik, dan seperti itulah adanya.

Sedangkan Lion yang berada dalam ingatan Ana tidak mungkin melupakan janji mereka, dan sifatnya juga sangat ambisius, cerewet, penyayang, baik, dan ... pokoknya banyaklah.

Sekarang adalah hari libur, Ana dan Hana sedang dalam perjalanan menuju pelatihan para pasukan kerajaan. Sebenarnya kenapa Hana ingin ikut walau setiap minggu kakaknya selalu mengunjungi tempat itu, karena hari ini sang 'Singa Hitam akan datang dan mengawasi para pasukan.

Dia adalah mantan komando yang terkenal akan kehebatannya yang sangat lihai menggunakan pedang. Dalam perang beberapa tahun lalu dialah yang memenangkan perang antar saudara, walaupun kerajaan ini sudah maju tetapi perang tidak bisa dihindari.

"Asra tahukah kamu sang 'Singa Hitam? Ia yang akan mengawasi hari ini!" beritahu Hana dengan semangat, mereka duduk di kursi belakang mobil taksi.

"Wah benarkah? Pantas saja kamu ingin datang. Tapi wajar sih, bahkan sampai sekarang walau banyak yang mengejarnya, ia tetap setia dengan kerajaan. Entah siapa nanti yang akan menjadi pasangannya," balas Ana tak kalah antusias sampai ia berbicara sepanjang ini, ouh iya ini adalah salah satu kalimat terpanjang yang pernah Ana ucapkan.

"Hmm, karena itu aku ingin datang. Tapi itu sungguh benarkan kak?" tanya Hana kepada kakaknya yang duduk di kursi samping supir.

"Tentu saja, minggu kemarin kakak mendapatkan kabar dari komandan langsung," balasnya, namanya adalah Ariana Vioch Alsylian. Dia adalah kakak pertama Hana, kakak keduanya hanya berbeda dua tahun dengan Hana, dan bersekolah di sekolah yang sama juga.

"Ouh sudah sampai, ayo kita turun. Terima kasih pak," Ariana memberikan beberapa lembar uang kepada sang supir lalu turun diikuti Hana dan Ana.

"Uwah, sudah lama aku tidak datang kesini," pekik Hana gembira, ketika melihat kembali gerbang yang sudah lama tak ia lihat.

"Ayo masuk, tapi nanti kakak tidak bisa menemani kalian kakak masih banyak pekerjaan. Kalian bantu saja bibi Ciho di dapur, oke?" tanya Ariana sambil mengangkat jempolnya, Hana dan Ana pun ikut mengacungkan jempolnya.

Mereka pun beriringan masuk melewati gerbang dan masuk ke dalam gedung balai pelatihan nan besar itu, disaat itu juga Ariana berpisah dengan mereka.

"Kakakmu sibuk sekali, ya," ucap Ana yang menatap punggung perempuan itu yang mulai menghilang di tengah kerumunan, lalu kembali melihat lihat sekitar halaman gedung tersebut.

"Ya, mungkin saja menjadi asisten komandan itu melelahkan. Selama satu minggu ini juga kakak selalu bermain dengan komputernya, entah sedang mengerjakan apa. Kau lihatkan tasnya tadi sangat besar dan berat?" jelas Hana, Ana hanya mengangguk angguk atau kadang beroh panjang.

"Oke kalau begitu, kita bantu dulu bibi Ciho lalu nanti setelah selesai kita akan menonton jajaran para prajurit yang berbaris rapih dilapangan luas ini," ketika mengatakan lapangan luas Hana merentangkan kedua tangannya seolah olah bisa merangkul luasnya lapangan itu.

Ana terkekeh akan tingkah Hana yang lucu, "Oke kalau begitu, yang datang terakhir harus mencuci semua piring nanti!" pekik Ana sambil berlari kencang menuju dapur, tak peduli dengan para prajurit yang berlalu lalang. Lagian para prajurit juga sudah terbiasa melihat tingkah seperti anak kecil mereka berdua selama ini, namun bedanya kini Hana tidak mendorong kursi roda yang tabu itu.

What is Transmigration?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang