1. Tubir

3.2K 227 8
                                    

Yudha sedang menyesap kopinya sembari membaca berita pagi lewat Ipad-nya di meja makan. Begitu senyap, begitu tenang, hingga suara salah satu anak kembarnya menyapa inderanya.

"AYAH! AYAH! AYAH!"

Helaan napas panjang keluar dari bibir Yudha, begitu mendengar suara Naina berteriak nyaring memanggilnya.

"Kenapa?" Tanya Yudha malas, begitu Naina tiba di depannya dengan menenteng sepatu.

"Liat nih kelakuannya Raina!" Dengan kesal, Naina menyodorkan kedua sepatunya kepada Yudha.

"Kenapa lagi?"

"Beliin aku sepatu baru! Sepatu aku rusak abis dipake Raina!" Adu Naina.

Yudha memperhatikan sepasang sepatu tersebut dengan seksama. "Nggak papa kok, apanya yang rusak?"

"Itu pinggirannya baret, keliatan karetnya. Kata Raina, abis kegores kawat!"

Yudha kembali memperhatikan sepatu Naina. Hingga matanya berhenti pada goresan yang hanya 2 cm pada bagian belakang. "Ini?"

"Iya!"

"Ngapain beli baru? Ini masih bisa dipake kok!"

"Ayah! Ini kalo dibiarin lama-lama pasti bakal rusak! Sebelum rusak, beliin baru dong! Ayah ini gimana sih!" Ujar Naina menuntut.

"Ini masih bisa dipake! Nggak rusak! Cuma baret dikit, tinggal di selotip, udah nggak bakal keliatan baretnya!" Putus Yudha.

"Ayah ih!"

"Minta ganti aja sama Raina, kan dia yang ngerusakin sepatu kamu! Ngapain juga kamu minta ganti sama ayah?" Yudha tidak lagi mempedulikan Naina dan kembali sibuk pada berita yang tadi dibaca.

"Dasar pelit!" Cibir Naina.

"Ayo sarapan! Bentar lagi berangkat sekolah! Panggil Raina sama Tara kesini!"

"Aku nggak mau sekolah! Gantiin sepatuku dulu!" Bantah Naina.

"Ya udah kalo nggak mau sekolah, terserah! Yang rugi juga kamu, bukan ayah!"

Yudha pergi begitu saja untuk memanggil Raina dan putri bungsunya. Meninggalkan Naina yang menghentak-hentakkan kakinya kesal.



***



"Raina! Gue nggak mau tau ya, gantiin sepatu gue!" Seru Naina begitu dilihatnya sang kembaran datang ke meja makan dan memulai sarapan dengan santai.

"Naina! Sarapan dulu! Debatnya nanti!" Tegur Yudha.

"Ih, liat deh ayah! Raina itu kalo pinjem barang aku nggak pernah tanggung jawab!"

"Heh! Jangan seenaknya kalo ngomong! Lo duluan yang pinjem tas gue! Tapi begitu balik, resletingnya langsung rusak! Padahal itu tas kesayangan gue! Enam bulan gue nggak jajan, biar bisa beli tas itu, tau nggak! Jadi, sekarang kita impas!" Balas Raina sengit.

"Ya tapi, lo ngebalesnya nggak harus sama sepatu kesayangan gue dong! Lagian, tas lo itu emang udah buluk tau nggak! Udah seharusnya jadi rongsokan!"

"Apa! Rongsokan kata lo? Seenaknya aja-"

"Udah diem! Sarapan tuh yang mengandung karbohidrat, bukan bacotan!" Sela si sulung Xiena, yang tampak baru saja selesai mandi, terlihat dari rambutnya yang masih terbungkus handuk.

Si kembar itupun hanya mendengus kesal, lalu duduk di kursi masing-masing. Banyak teman-teman Raina dan Naina yang mengatakan jika ayah mereka berdua menakutkan. Namun, bagi si kembar, manusia paling menakutkan adalah kakak tertua mereka, siapa lagi, jika bukan Xiena.

Wisma Pak Yudha (END DI KBM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang